Aku berharap kamu bisa terbuka dan menceritakan tentang dia.
-MIVI-
"Lo ngapain, sih pake kabur-kaburan segala?"
Mike hanya diam. Dia tidak biasanya seperti ini. Mulut yang biasanya melontarkan hal-hal menyebalkan ataupun gombalan dollarnya kini hanya diam. Matanya menatap jalanan di bawah yang menampilkan hiruk-pikuk kesibukan. Dia bukannya tidak menganggap Via tidak ada. Hanya ingin diam untuk sementara.
"Gue tahu lo lagi berduka tapi enggak cuma lo doang."
Bukan itu yang menjadi masalahnya. Via tahu, tetapi dia hanya mencoba untuk berpura-pura tidak tahu. Biarlah laki-laki itu saja yang akan bercerita.
Tangan Via terulur untuk mengelus punggung Mike. Dia mengamati raut wajah Mike yang mengeras menahan amarah. Dia tidak marah pada Via, kan?
Via jadi rindu dengan gombalan dan tingkah Mike yang kadang membuatnya kesal bahkan marah. Selama lima hari ini mereka sama sekali tidak saling bertukar kabar. Selama lima hari itu pula Via baru bertemu dengan Mike hari ini. Itupun dari pesan yang dikirimkan Mika.
"Kenapa? Lo enggak mau ngomong sama pacar lo sendiri?"
"Lo kalau ngambek kayak anak kecil, deh."
Karena tidak ada tanda-tanda Mike yang akan membuka suara. Via memilih untuk ikut diam menatap lurus ke gedung di depannya. Entah gedung apa itu, tetapi mungkin sebuah perusahaan. Beberapa burung--tidak tahu apa namanya--melintas di atas awan.
Di samping balkon milik Mike ada seseorang yang juga ikut membuka pintu balkon. Akan tetapi dia urungkan saat Via menatapnya. Mungkin merasa tidak nyaman saat ada orang lain.
Kembali Via menatap Mike yang berkali-kali menghembuskan napas kasar. Tangannya juga mengusap permukaan wajah. Setelah itu dia menumpukan tangannya di pembatas balkon.
"Gue enggak mau dijodohin."
Empat kalimat pembuka yang membuat Via menatap Mike lama. Dia menunggu kelanjutan perkataan Mike. Bukannya melanjutkan, laki-laki itu malah berbalik dan berjalan masuk.
Via mengikutinya duduk di atas tempat tidur. Tiba-tiba pundaknya terasa berat dan basah. Mike menangis di pundaknya. Dia sampai sesenggukan. Mungkin inilah puncak kesabaran dan keterdiamannya selama ini. Via memilih membiarkannya.
Perempuan itu merengkuh tubuh Mike agar lebih dekat dengannya. Tangannya menepuk kecil punggung Mike agar merasa lebih tenang. Mencoba memberikan kekuatan lewat pelukan hangat.
Hingga lima belas menit berlalu dan Mike masih setia pada posisinya. Walaupun tangisannya sudah lebih reda.
"Gue enggak mau sama Gladis. Dia udah bikin gue jatuh sejatuh-jatuhnya."
Via mendongakkan kepala Mike dan menghapus air matanya menggunakan jari jempol.
"Lo tinggal bilang sama orangtua lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
M I V I
Teen FictionDON'T COPY MY STORY "Kok lo udah kayak orang cemburu aja. Jangan-jangan lo ada rasa sama gue? Kalau iya, langsung belok kanan aja!" kata Mike sedikit keras. Dahi Via mengernyit bingung, "Belok kanan? Kemana?" "Ke KUA dong. Kalau belok kiri lurus wae...