Bener dan salah akan dibuktikan oleh waktu.
-MIVI-
Via berjalan terseok-seok sambil tangannya memegang lutut yang sakit untuk digerakkan.
"Anjing emang itu mobil! Mau disantet secara virtual kayaknya!"
Sepanjang lorong menuju arah apartemen milik Mike, mulut kecil itu tidak ada hentinya mengumpat ini dan itu. Semua hewan di kebun binatang sudah dia sebutkan. Tidak ada yang absen, mulai dari buas hingga jinak.
Karena sudah tahu kata sandi apartemen Mike, dengan kasar jarinya memencet tombol yang bertuliskan angka itu. Setelah pintu terbuka, dia masuk dan langsung melemparkan paper bag yang berisi novel ke sembarang arah hingga isi di dalamnya keluar berceceran.
"What the hell, Baby?! Kenapa penampilan lo kayak gembel, anjir!" Mika heboh sendiri melihat tubuh Via yang penuh dengan luka dan memar.
"Ini kenapa?! Lecek banget, udah kayak enngak mandi satu abad!"
"Diem! Berisik banget congor lo!" Via menatap Mika tajam.
Bokongnya dia dudukkan dengan kasar di atas sofa. Tangannya melinting baju sampai ke siku. Menampilkan kulitnya yang tergores aspal menyisakan darah kering di sekitar luka. Beberapa bagian juga ada yang membiru. Jangan lupakan kakinya yang juga lecet sana-sini.
"Kenapa lo? Abis tarung?" Mike datang membawa satu baskom es batu dan kain kecil. Tidak lupa Mika yang segera berlari mengambil kontak P3K.
"Pacar lagi luka kena musibah malah dikatain! Enggak guna banget! Punya atau enngak punya pacar sama aja!"
"Bersihin dulu lukanya. Nanti malah busuk."
Via melotot dibuatnya. Enteng sekali kamu Mika berkata seperti itu. Tidak tahu rasanya menjadi Via.
"Lo kalau ngomong asal jeplak! Gue lagi sakit ini!"
Mike dan Mika mulai mengobati luka Via. Mike mengompres memar di tangan dan kaki sedangkan Mika membersihkan luka yang darahnya mulai mengering. Mereka tidak menanyakan sebab Via bisa menjadi seperti ini. Satu yang pasti, akan ada kabar buruk dari mulut kecil berlidah tajam itu.
Mika menyudahi acara membersihkan dan mengobati luka Via. Dia membereskan alat-alatnya dan mengembalikan ke tempat semula.
"Masih sakit?" suara Mike mulai bersahabat dari sebelumnya.
Via mengangguk dan menyodorkan tangannya yang luka, "Perih banget yang ini."
Kepala Mike maju dan meniup luka itu. Bibirnya mendarat mengecupnya bermaksud mengiklankan rasa perih. Padahal tidak sama sekali, hanya modus saja.
Via jadi salah tingkah di tempat. Biasanya juga biasa saja tidak seperti ini rasanya.
"Ada, sayang ada!" Mika datang dan duduk acuh di sofa singel. Dia mencoba untuk tidak melihat ke arah mereka--Mike dan Via.
KAMU SEDANG MEMBACA
M I V I
Teen FictionDON'T COPY MY STORY "Kok lo udah kayak orang cemburu aja. Jangan-jangan lo ada rasa sama gue? Kalau iya, langsung belok kanan aja!" kata Mike sedikit keras. Dahi Via mengernyit bingung, "Belok kanan? Kemana?" "Ke KUA dong. Kalau belok kiri lurus wae...