52. Senangnya Hatiku

714 59 5
                                    

Waktu-waktu bahagia akan segera tiba. Ini hanya awal saja. Ingat, roda itu berputar.

-MIVI-

Mike mengenakan kaos hitam dan menyambar jaket yang digantung di belakang pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mike mengenakan kaos hitam dan menyambar jaket yang digantung di belakang pintu. Dia menentengnya dan berjalan menuju dapur untuk minum. Kuncinya dia mainkan di jari telunjuk. Memutar-mutarnya sambil berjalan menuju pintu.

Rencananya setelah tadi pagi diminta Rose untuk pulang istirahat, siang ini dia akan kembali menemui Via di rumah sakit. Dia sama sekali tidak keberatan kalau harus menjaga Via tanpa pulang dulu. Mengetahui keadaan Via lebih penting dari apapun untuk saat ini.

Belum sempat Mike mengulurkan tangannya untuk membuka pintu. Bel apartemen berbunyi nyaring menandakan bahwa ada tamu yang datang. Karena sudah ada di depan pintu dan memang niatnya mau keluar, Mike segera membukanya.

Wajahnya terkejut melihat orangtuanya ada di hadapannya saat ini. Lengkap, ada Ratna dan Wawan. Mike ingat kalau Ratna sudah tahu tempat kaburnya. Jadi mungkin maminya mengajak Wawan untuk datang ke sini.

"Mami ngapain ke sini?"

"Kita boleh masuk?" tanya Ratna lembu seraya menatap penuh mohon pada anaknya.

Mike terpaksa mengangguk dan membuka lebar pintunya guna untuk mereka berdua masuk. Dia memimpin keduanya untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Langsung ke intinya aja, Mi. Soalnya aku mau ke rumah sakit."

Ratna menatap Mike yang duduk di seberangnya. Sepertinya dia tidak suka kalau dirinya dan suaminya berkunjung.

"Gimana keadaan Via? Mami belum ke sana lagi setelah kemarin sore liat Via dipindah ke ruang rawat inap." Ratna mencoba untuk membuka pembicaraan lebih bersahabat.

"Baik."

"Mami langsung intinya aja," lanjut Mike dengan kesal.

Ratna paham, tangannya menyenggol lengan Wawan agar segera membuka suara. Anak dana Papi sama saja, sama-sama keras kepala.

Wawan berdehem dan menatap anaknya. Mike menaikkan alis seolah sedang bertanya 'apa' pada Wawan.

"Papi mau minta maaf sama kamu karena udah maksain kehendak Papi."

Mike diam menunggu Wawan untuk meneruskan perkataannya. Sesekali matanya melirik jam yang melingkar indah di pergelangan tangan kirinya.

"Papi memutuskan untuk batalin perjodohan ini. Kamu bebas buat cari pasangan kamu asal itu dari keluarga yang jelas dan memiliki sikap baik."

"Papi batalin perjodohan ini karena udah tahu sifat asli Gladis? Kalau seandainya Papi enggak tahu, mungkin perjodohan ini masih lanjut, iya, kan?" Mike menyenderkan tubuhnya. Merasa kalau pembicaraan ini sedikit panjang dan akan memakan waktu lama.

M I V I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang