51. Gemoy

749 64 9
                                    

Mas Bucin sama Mbak Kesayangan. Dua julukan yang membuat seakan ada kupu-kupu terbang di perut.

-MIVI-

Mike mendatangi rumah Gladis dengan amarah yang membuncah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mike mendatangi rumah Gladis dengan amarah yang membuncah. Dia sudah tidak bisa kalau harus disuruh diam dan menyaksikan semuanya. Ini bisa dijadikan alasan untuk membatalkan perjodohan gila yang direncanakan orangtuanya. Siapa juga yang mau menikah dengan perempuan seperti itu. Adanya malah disuruh pergi ke laut saja.

Dia keluar dari mobil dan berjalan dengan cepat ke arah pintu utama rumah megah berlantai dua. Tangannya memencet bel berkali-kali mengesampingkan rasa sopan pada orangtua Gladis.

Pintu dibuka oleh Gladis. Dia cukup terkejut melihat Mike datang ke rumahnya dengan wajah merah padam dan tatapan tajam yang ditujukan padanya.

"Ke-kenapa, Mike?" ragu Gladis bertanya. Firasatnya sudah tidak enak.

"Lo masih tanya kenapa setelah perbuatan lo merugikan semua orang?!" desis Mike tajam.

Gladis susah payah meneguk ludahnya sendiri. Tubuhnya keringat dingin, tangannya sudah bergetar memikirkan apa yang akan Mike lakukan padanya. Dia juga tidak mengira akan secepat ini ketahuan. Bahkan dia juga tidak tahu kalau akan ketahuan. Padahal sudah menyusun rencana sedemikian rupa.

"Lo salah paham, itu enggak seperti yang lo liat dan denger." Gladis masih mencoba untuk membeli diri.

"Di saat ini pun lo masih pake kalimat yang sama. Kalimat yang lo kasih ke gue beberapa tahun lalu dan kejadian ini bikin gue yakin kalau lo emang enggak pernah berubah."

"Jangan gitu, Mike! Ini semua bukan salah gue sepenuhnya! Lo harus tahu cerita aslinya, jangan cuma liat dari sudut pandang lo!"

"Sampai kapanpun gue enggak akan pernah mau denger cerita dari mulut busuk lo! Gue udah terlanjur marah karena dengan gampangnya lo nyentuh kepunyaan gue dan bikin dia celaka!"

Gladis tertawa mendengar berita itu. Ternyata rencananya berhasil meski sekarang harus ketahuan. Setidaknya keinginannya terwujud.

"Bagus, deh kalau dia bisa tidur di rumah sakit. Kasih kalau tidur di rumah nanti bosen," kata Gladis sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga.

"Kamu ngomong apa, Gladis?!"

Gladis terlonjak kaget saat tahu di belakangnya ada orangtuanya yang sedang menatapnya tidak percaya. Mereka menatap Mike yang masih berdiri di teras rumah, meminta penjelasan.

"Saya pamit dulu, Om, Tante."

"Masuk dulu, kita bicarakan baik-baik. Ayo?"

Mike kembali memutar tubuhnya dan tersenyum. Senyum yang terkesan mengejek dan tidak percaya dengan perkataan orangtua Gladis.

"Saya langsung pulang aja, Om. Kalau mau tahu jelasnya, bisa tanya ke anak Om yang sangat baik hati dan tidak sombong. Saya rasa Om juga tahu gimana nasib perjodohan ini ke depannya. Permisi, Om, Tante." Mike menunduk singkat dan berlalu dari hadapan mereka.

M I V I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang