Ali berserta anggota Vagos yang lainnya langsung masuk kedalam gedung tua itu. Mereka di sambut dengan puluhan anggota Rajawali.
"Bangsat!" Geram Ali dingin, saat tahu ternyata dalang di balik semuanya adalah musuhnya sendiri.
"Mana ketua lo?" Tanya Ali tho the point, tanpa basa basi.
Orang itu tersenyum remeh. "Ketua gue lagi senang-senang. Mending lo pada pulang aja." Ucapnya dengan wajah yang mengejek.
"Gila nih orang, kita udah jauh-jauh datang kesini malah di suruh pulang, terus ngapain tadi ngirim pesan nyuruh kita kesini. BAMBANG." Sungut Aksa kesal, serta berjalan selangkah lebih maju.
Anggota Rajawali tertawa secara bersamaan. Mereka memberikan tatapan mengejek serta tersenyum remeh pada Vagos. Membuat anggota Vagos kesal karena ulah mereka.
"Oh itu, kita cuman minta lo buat nonton secara live gimana jagonya ketua kita di ranjang. Apalagi ceweknya seksi."
"Masalah lo sama kita, jadi jangan bawa orang lain dalam masalah kita." Ucap Revan dengan tenang, serta tangan yang di masukkan kedalam saku celananya.
"Awalnya sih emang gitu, tapi ternyata asik juga ngebawa orang lain dalam masalah ini. Apalagi kita bisa nikmatinnya."
Leon tersulut emosi. "Nggak usah banyak bacot lo. Mending sekarang kita buktiin seberapa jagonya kalian." Kata Leon, dengan ancang-ancang hendak menyerang.
"SERBU!"
Mereka semua berkelahi dengan sangat brutal. Walau anggota Vagos kalah jumlah tapi mereka masih bisa mengalahkan separuh dari anggota Rajawali.
Leon menendang perut cowok bertubuh gempal itu dengan keras, membuat cowok itu langsung tersungkur kebawah. Aksa dan Nio memukul perut cowok bertubuh sedikit berisi secara bertubi-tubi.
Rian menginak perut cowok yang sedang terkapar itu dengan penuh emosi. Sedangkan Revan, cowok itu memukul wajah dan perut cowok berambut keriting itu dengan beringas.
Ali, cowok itu menendang dan memukul cowok yang tadi menantang mereka dengan kasar.
"Li mending lo selametin orang yang di sekap Putra, masalah ini biar kita yang urus." Teriak Rian pada Ali. Ali mengangguk mantap.
Ia memberi pukulan terakhir pada cowok itu sebelum meninggalkannya.
"Gue pergi." Ucap Ali lalu beranjak naik ke lantai atas dengan tergesa-gesa.
Di sisi lain. Dalam ruangan yang pintunya berwarna hitam itu terbuka lebar. Menampilkan sosok laki-laki yang beberapa waktu lalu pernah menyanderanya. Lelaki itu tertawa sumbang sambil berjalan menuju Prilly.
"Aku mohon, lepasin aku." Lirih Prilly dengan wajah yang penuh air mata.
"Maaf ya cantik, gue nggak bisa ngelepasin lo gitu aja. Apalagi nangkep lo itu susah banget."
"Mau kamu apa? Aku nggak punya masalah sama kamu."
"Lo emang nggak punya salah sama gue, tapi cowok lo yang punya masalah sama gue. Jadi, supaya gue bisa ngeliat dia sengsara yaitu dengan cara menikmati tubuh lo yang mulus ini." Ucap Putra dengan senyum devil serta tangan yang membelai wajah Prilly.
Prilly menggeleng lemah, ia terus memberontak agar ikatan di tangannya terlepas.
"Gue pengen ngasih tau sesuatu sama lo sebelum semuanya makin kacau. Lo pasti bingungkan kenapa bokap lo nyuruh kalian untuk jauhan." Putra berjalan mengitari Prilly.
"Sebenarnya sih gue nggak pengen ngasih tau, tapi karena mulut gue gatel banget nyimpan rahasia ini, makanya gue kasih tau. Lo tahu kecelakaan yang nyokap lo alamin dua tahu lalu, yang bikin nyokap lo sampai kehilangan nyawa nya."
Prilly mendongakkan kepalanya, menatap dalam Putra.
"Kamu jangan mengada-ada."
Putra terkekeh renyah. "Ngapain gue ngada-ngada, orang gue nyaksiin sendiri. Kalo bokap Ali yang udah buat nyokap lo meninggal. Hanif, saat itu lelaki tua itu menyetir mobil dengan ugal-ugalan. Hingga tanpa sadar dia nggak ngeliat ada ibu-ibu yang sedang nyebrang dengan kantong belanja di tangannya." Putra menjeda kalimatnya sebentar.
"Dan bruk, nyokap lo tertabrak mobil Hanif, bukan hanya tertabrak. Hanif bahkan melindas tubuh nyokap lo dengan kecepatan kencang. Yang membuat tubuh nyokap lo hancur, darah bergelinangan dimana-mana. Dan lo tau, Hanif ia sempat menengok kebelakang melihat siapa yang ia tabrak. Dengan wajah takut, laki-laki tua itu langsung menancapkan mobilnya cepat."
"Gue yang kebetulan lewat langsung menghampiri ibu-ibu itu, gue minta tolong sama warga sekitar. Tapi nggak ada yang bisa di harepin, nyokap lo meninggal di tempat."
Prilly menganga tak percaya. Memang benar kalau penyebab kematian mama nya adalah tabrakan lari, tapi ia nggak tahu kronologi sebenarnya. Dan yang paling membuatnya tak percaya adalah, ternyata orang yang membunuh mamanya, Ayah Hanif. Orang tuanya Ali.
"Aku nggak percaya."
"Terserah lo mau percaya atau nggak. Tapi coba lo tanya sama bokap lo, dia juga pasti tau siapa semuanya."
Prilly terdiam sejenak. Ia mencerna kalimat yang membuat dirinya ingin segera meninggalkan dunia.
"Tapi lo tenang aja, penderitaan lo akan berakhir sampai di sini. Sebelum itu gue pengen nyicipin tubuh lo ini." Ucap Putra, seraya berjalan mendekati tubuh Prilly.
"Gue pengen liat segimana hancurnya Ali, saat ngeliat cewek yang di sayang nya udah hancur." Kata Putra sinis, sambil memajukan badannya agar bisa mencium bibir Prilly.
"Pengecut!"
Putra mengendikkan bahunya tak peduli. Ia terus mendekat hingga Prilly meludahi wajah cowok itu. Membuat cowok itu benar-benar marah.
Dengan beringasnya ia merobek kaos yang berwarna merah muda itu dengan kasar. Sehingga menampil kan bra Prilly yang herwarna hitam. Membuat Putra semakin tersulut gairah.
"Wow, lo sungguh seksi." Bisik Putra tepat di telinga Prilly.
Prilly sudah nggak tahu harus berbuat apa. Yang bisa ia lakukan sekarang adalah hanya menangis dan menangis. Mungkin memang benar hidupnya akan berakhir sampai di sini.
Dengan tak sabar ia mencium bibir Prilly dengan kasar. Melumat bibir cewek itu serta tak sesekali ia menggigit bibirnya. Lumatan itu semakin menjadi-jadi, ia memaksa agar bibir Prilly mau membalas ciumannya. Tapi Prilly enggan membuka bibirnya.
Tangan Putra menarik tekuk Prilly lalu cowok itu menurunkan tangannya menuju gumpalan yang besar dan berisi itu, ia meremasnya dengan kasar. Membuat Prilly sedikit meringis, hal itu langsung di manfaatkan Putra dengan mencium bibir Prilly. Cowok itu mengabsen setiap inci mulut Prilly, namun tangannya masih terus meremas payudara Prilly.
Air mata terus mengalir di wajah Prilly. Ia benar-benar sudah jijik dengan dirinya sendiri, yang dengan mudahnya di sentuh oleh cowok.
_____
Sengaja di pendekin, biar kalian semakin penasaran. Sebelum ceritanya aku lanjut jangan lupa buta vote, coment dan follow ya.
Gimana? Kesel nggak sama Putra?
Kalian kaget nggak kalau ternyata Hanif yang ngebuat Hana meninggal.
SPAM COMENT YA, BIAR UPDATENYA CEPET.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Seorang Badboy
Teen FictionJatuh cinta dengan seorang Badboy bukanlah impiannya. Tapi apa boleh buat jika takdir berkata lain. Berawal dari tabrakan tak sengaja di koridor sekolah hingga menjadi asisten seorang Badboy. Benci jadi cinta adalah hal yang lumrah bagi manusia. Te...