27. Cinta Seorang Badboy.

5K 474 17
                                        

Sudah seminggu berlalu, tapi tidak ada perubahan dengan hubungan keduanya. Prilly yang tetus menghindar jika bertemu dengan Ali, bahkan ia juga memblokir nomor ponsel Ali. Dan Ali yang selalu berusaha mengejar maaf dari Prilly, tapi tak pernah di gubris oleh cewek itu.

"Arghhh." Ali meremas rambutnya kesal. Ia duduk di sudut ranjang dengan pikiran yang terus melayang kesana kemari.

Flashback On.

Ali berjalan gontai saat memasuki pintu rumahnya. Kedatangannya di sambut oleh Hanif dan Aisyah. Ali hanya tersenyum sebentar pada Aisyah lalu memberikan tatapan datar pada Hanif.

"Kamu ada masalah?" Tanya Aisyah dengan lembut.

Ali menghembuskan nafasnya kasar, lalu beralih menatap Aisyah lekat.

"Ada yang kalian sembunyiin dari aku?" Tanya Ali, secara bergantian ia menatap Aisyah dan Hanif.

Aisyah dan Hanif saling tatap satu sama lain. Hanif berdiri lalu menepuk pundak Ali singkat.

"Jawab Yah, Bun."

"Apa benar ayah pernah melakukan tabrak lari kepada seorang ibu-ibu?" Ali langsung memberikan tatapan mengintimidasi pada Hanif.

Tubuh Hanif menegang seketika. Otaknya kembali berputar pada kejadian beberapa tahun lalu.

"Sebelumnya ayah benar-benar minta maaf. Tapi saat itu ayah nggak sadar, Li." Hanif menunduk dengan tatapan sendu.

Ali memejamkan matanya. "Ayah tahu, orang yang udah ayah tabrak itu adalah mamanya Prilly, yah. Orang yang Ali sayang." Ucap Ali dengan nada lirih di akhir kalimat.

Baik Aisyah ataupun Hanif, mereka berdua sama terkejutnya. Hanif merasa bersalah atas apa yang sudah ia lakukan di masa lalu.

"Maksud kamu, Prilly yang sering ke rumah kita? Gadis yang selalu kamu ceritakan?" Tanya Hanif dengan nada sendu.

Ali mengangguk pelan tanpa berniat menatap Hanif. Ia memilih mendudukkan dirinya di sofa, lalu di susul dengan Hanif dan Aisyah.

"Maafin ayah Li. Saat itu ayah sama bunda sedang bertengkar, ayah benar-benar frustasi saat itu. Hingga ada salah satu teman ayah yang ngajakin ayah buat ke club, dia bilang dengan minum bisa menghilangkan stres. Karena pikiran ayah kalut, ayah setuju aja sama dia." Hanif menjeda kalimatnya sebentar hanya untuk mengambil nafas lebih panjang.

"Di sana ayah menghabiskan hampir tiga botol alkohol. Ayah pulang dengan keadaan yang tak terkendali, berbicara asal dan menyetir mobil dengan ugal-ugalan. Sampai, ayah menabrak sesuatu, ayah kira itu kucing atau hewan liar yang sedang menyebrang jalan. Tapi setelah ayah liat, dia seorang ibu-ibu yang sudah tidak berdaya dengan darah yang bergelinangan. Ayah takut, ayah kalut. Bingung harus berbuat apa, hingga ayah memilih untuk pergi dan meninggalkan orang itu begitu saja." Jelas Hanif secara rinci mengenai masa lalunya.

Aisyah sudah tak dapat menahan air matanya lagi. Saat itu ia juga salah dalam kejadian itu, kalau saja mereka tidak bertengkar mungkin hal itu nggak akan terjadi.

"Aku kecewa sama ayah."

"Ini bukan sepenuhnya salah ayah kamu Li, bunda juga salah. Kalau saja saat itu kami nggak bertengkar, mungkin semuanya nggak akan terjadi." Ucap Aisyah di sela-sela tangisnya.

"Mungkin kamu nggak bisa semudah itu maafin ayah, Li. Tapi ayah janji bakal turuti apapun keinginan kamu, agar ayah bisa daat maaf dari kamu. Kalau saja kejadian di masa lalu ayah nggak terjadi, mungkin kamu nggak akan mendapatkan akibatnya. Sekali lagi ayah minta maaf Li." Ucap Hanif dengan penuh penyesalan.

Tanpa berkata apapun Ali langsung meninggalkan mereka menuju kamarnya. Adam mengusap wajahnya kasar, sedangkan Aisyah ia menatap punggung Ali dengan penuh penyesalan.

Cinta Seorang BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang