31. Cinta Seorang Badboy.

5.2K 558 36
                                    

Jam pelajaran ke empat sedang berlangsung. Setiap kelas di liputi keheningan karena adanya guru yang tengah mengajar. Seperti Pak Tono, guru agama yang kini sedang mengajar di kelas Prilly.

Brak.

Pintu terbuka dengan sedikit kasar. Menampakkan dua orang cowok dengan baju yang tak beraturan serta dasi yang di ikat di kepala. Keduanya datang dengan nafas terengah-engah.

"Kalian lagi kalian lagi. Sekarang mau ngapain kalian berdua ke sini." Pak Tono di buat geleng-geleng dengan tingkah dua orang cowok itu.

Aksa menyengir tanpa dosa. "Saya mau ketemu ibu negara pak." Kata Aksa seraya menatap Prilly sejenak.

"Ibu negara? Siapa? Nggak usah nyari alasan deh kalian. Bilang aja kalian berdua lagi kabur dari bu Nuning, ya kan?" Tebak pak Tono pada keduanya.

Nio mengelus dadanya pelan. "Astagfirullah pak, nggak baik su'udzon sama kita, ingat akhirat pak. Bapa tau kan kalau berprasangka buruk sama seseorang itu dosa besar." Kata Nio seperti sedang menggurui gurunya sendiri.

Pak Tono nampak berpikir sejenak lalu beralih menatap keduanya. "Ya sudah, ibu negara yang kalian maksud siapa?"

"Nah gitu dong dari tadi, kan jadi sama-sama enak." Aksa menyengir. "Itu pak si Prilly."

Sontak semua orang langsung menatap Prilly dengan pandangan menajam. Prilly yang merasa namanya di sebut langsung menghentikan aktivitasnya mencatat. Ia menoleh menatap Aksa dan Nio secara bergantian.

"Ada urusan apa kalian nyari Prilly?"

"Urusan hati pak. Kalau nggak di selesain secepatnya bisa perang dunia ke tiga pak." Sahut Aksa asal, membuat seisi kelas tertawa.

Nio menghela nafas kasar. "Jangan dengerin Aksa pak, lupa minum obat dia mah. Masalahnya Ali ngambek pak, susah di bujukin kalau sama kita-kita, makanya kita kesini buat nyamperin pawangnya." Ucap Nio pada pak Tono.

Pak Tono nampak tertarik dengan pembicaraan keduanya. "Ngambek? Kalian serius?"

Aksa dan Nio serempak menganggukkan kepala mereka. "Dua rius malah pak. Markas di belakang sekolah hancur semua gara-gara Ali ngamuk. Tangannya sampai berdarah, kita udah bujukin buat di obatin dia malah marah-marah nggak jelas." Kata Nio.

"Bener pak! Itu aja si Rian sama Leon lagi berusaha buat nenangin Ali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bener pak! Itu aja si Rian sama Leon lagi berusaha buat nenangin Ali. Kalau nggak ditenangkan bisa-bisa ni sekolah udah rata sama Ali." Sahut Aksa dengan antusias.

"Kenapa bisa gitu?" Tanya Pak Tono dengan jidat yang berkerut.

Nio menggaruk tekuk kepalanya yang tak gatal. "Gimana ya ngejelasinnya, pokoknya ini masalah hati pak. Ngertilah orang kalau udah patah hati bisa sampai bunuh diri. Bapakkan juga pernah muda, pasti ngerti masalah ginian."

"Boleh ya pak, kita minjam Prillynya bentar. Entar di balikin kok, di jamin nggak bakal ada lecet satu pun." Timpal Aksa.

"Anggap lah pak membantu sesama manusia. Itung-itung nambah pahala pak." Celetuk Dion, selaku wakil ketua kelas.

Cinta Seorang BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang