22. Cinta Seorang Badboy.

5.8K 459 17
                                    

Jam pelajaran sudah berakhir sekitar sepuluh menit lalu. Semua siswa ataupun siswi mulai meninggalkan kelas mereka. Termasuk geng The Vagos. Anggota inti mereka, kini tengah berkumpul di parkiran.

"Sa, degem yang itu semok bener dah. Pengen meluk deh, pasti empuk." Kata Rian sambil menunjuk ke arah dua orang cewek yang berpakaian sedikit ketat yang sedang menunggu jemputan.

"Istigfar Yan, kiamat makin deket." Tegur Nio dengan kepala yang menggeleng heran.

"Santuy aja, gue punya kok nomornya. Mau lo?" Sahut Leon.

"Beneran punya lo? Wah mau dong." Ujar Rian dengan wajah sumringah.

Itulah Rian, jika sudah menyangkut cewek seksi otaknya langsung jalan. Tapi kalau sudah berhadapan sama pelajaran, jangan di tanya. Otaknya udah pasti cetek.

"Gue juga bagi dong, lumayan lah temennya manis kalau senyum." Sahut Aksa seraya menyerahkan handphone nya pada Leon.

"Heran gue, kok lo bisa punya nomor tu cewek? Jangan bilang setiap cewek masuk gerbang sekolah kita lo mintain nomor." Tebak Revan. Leon menyengir lalu menganggukkan kepalanya.

"Terus tu cewek mau gitu ngasih nomornya secara cuma-cuma sama lo?" Timpal Nio pada Leon.

Leon mengangguk. "Jelas mau lah, orang gue ganteng, tajir, murah hati, baik, rajin menabung lagi. Apa coba yang kurang dari gue." Kata Leon dengan bangganya menyombongkan dirinya.

"Halah, muka kaya ikan sapu-sapu aja bangga." Cibir Aksa, ia mendelik tak suka oada Leon.

"Iri bilang bos." Kata Leon.

"Bukan cuman hati lo doang yang murah. Harga diri lo juga murah." Celetuk Ali tiba-tiba, membuat mereka bersorak senang dengan kalimat pedas dari Ali, sedangkan Leon ia berdecak sebal.

"Ini baru temen gue. Bangga gue punya temen kaya lo Li." Aksa memeluk singkat Ali.

"Diam-diam, eh taunya ngasih bom. Suka gue model kaya begini."

"Kaga bisa ngeliat temennya seneng dikit aja langsung pada ngiri. Kaga ada jatah boba lagi buat lo, Sa." Ucap Leon dengan kesal. Membuat mereka tertawa.

Aksa membelakak kaget. "Yah jangan gitu dong, Yon. Janji deh gue kaga bakal ikut lagi nistain lo."

Leon mengendikkan bahunya acuh lalu berjalan menjauhi Aksa yang sedang merayu dirinya.

"Lo kaya orang susah aja Sa. Tanpa perlu traktiran dari Leon juga lo bisa beli sendiri." Kata Rian dengan santai.

"Ya tapikan rasa beli sendiri sama di traktir beda." Ucap Aksa dengan lemes.

"Kebiasaan makan yang gratisan sih lo, jadi susah kan." Ejek Revan pada Aksa. Aksa hanya menunjukkan ekspresi kesalnya pada Revan.

"Gue yang traktir entar." Ucap Ali dengan mata yang masih fokus ke benda yang berebntuk pipih itu.

Aksa bersorak senang. "Makasih Ya Allah, akhirnya ada orang baik yang mau jajanin Aksa. Aksa janji kalau ingat Aksa bakal bantuin mang Koko bersihin taman, asal Aksa selalu di dekatkan dengan temen yang sebaik Ali. Dan di jauhkan dari manusia bernama Leon." Aksa bersujud syukur di bawah lalu menengadahkan kedua tangannya layaknya seperti berdoa.

"Makasih babang Ali, lo emang sahabat gue yang paling the best dah, kaga kaya si onoh." Aksa menunjuk ke arah Leon menggunakan dagunya. Membuat Leon memutar bola matanya malas.

"Hm."

"Wah wah rangkulan lagi nih." Celetukan Rian mengundang arah pandang mereka.

Di depan gerbang sana, ada Kira dan Runa yang berjalan sambil tertawa, di sampingnya ada Prilly dan Arkan yang juga ikut tertawa sesekali tapi tangan Arkan merangkul bahu Prilly, dan tak lupa Luna yang masih setia membaca bukunya sambil berjalan.

Cinta Seorang BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang