Jatuh cinta dengan seorang Badboy bukanlah impiannya. Tapi apa boleh buat jika takdir berkata lain. Berawal dari tabrakan tak sengaja di koridor sekolah hingga menjadi asisten seorang Badboy.
Benci jadi cinta adalah hal yang lumrah bagi manusia. Te...
Setibanya di rooftop, Prilly menatap sesosok laki-laki yang sedang berdiri dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celananya, serta wajahnya yang terkena matahari.
Prilly berjalan perlahan. "Kenapa kak?" Tanya Prilly dengan sedikit pelan.
Ali memutar tubuhnya menatap Prilly. Tanpa membuka suara ia langsung menubruk tubuh mungil itu, menyalurkan rasa rindu yang sudah memuncak.
Hampir saja Prilly terjatuh jika tidak sekuat tenaga ia tahan.
"Ka kakak kenapa?" Tanya dengan suara yang tergagap.
Ali mengeratkan pelukannya. "Kangen." Cicitnya pelan, tapi masih mampu terdengar oleh Prilly.
Blush. Pipi Prilly memerah seketika saat mendengar pengakuan itu keluar dari mulut Ali. Ia akui ia juga rindu dengan tingkah menyebalkan Ali.
Prilly membalas pelukan Ali lalu mengelus pucuk kepala cowok itu.
"Maafin papa ya kak."
"Maaf? Kenapa?"
"Pasti papa ngomong macem-macem kemarin. Maafin papa ya kak, dia mungkin cuman takut anaknya salah pergaulan." Tutur Prilly lembut, berusaha memberikan kejelasan tentang kejadian kemarin.
Ali terdiam sejenak. "Nggak di maafin." Ucapnya dingin. Sebenarnya Ali sudah tak mempersalahkan soal kemarin, tapi ia hanya berniat untuk menjahili Prilly saja.
Prilly menghembuskan nafas kasar. Kalau ia yang ada di posisi Ali pasti akan bersikap demikian, jadi sebisa mungkin ia memaklumi Ali saat ini.
"Kenapa nggak di maafin? Kakak beneran pengen jauh dari aku ya?"
Ali langsung melepaskan pelukannya. "Siapa yang ngomong gitu." Sarkasnya dengan nada yang datar serta tajam.
Prilly meremas ujung roknya. Lalu menggelengkan kepala pelan.
"Gue nggak akan pernah bisa jauh dari lo. Semenjak lo hadir di hidup gue, dunia yang semulanya gelap kini berubah jadi mempunyai banyak warna. Lo nggak tahu seberapa kerasnya gue ngehapus rasa ini, seberapa kerasnya gue buat pergi dari hidup lo. Tapi gue nggak bisa! Dunia gue seakan-akan sepi kalau nggak ada lo, dan hal yang gue takutin terjadi kemarin. Kita berjauhan! Gue merasa kehilangan lo, gu-gue takut lo pergi dari gue." Itulah kata terpanjang yang pernah di keluarkan Ali dalam hidupnya.
Hanya untuk cewek yang baru beberapa bulan ia kenal tapi mampu membuat semuanya berubah. Bahkan sama kedua orangtuanya pun, ia nggak pernah banyak bicara.
Prilly menatap wajah Ali tak percaya dengan semua kalimat yang di lontarkan cowok itu. Detak jantungnya menjadi cepat secara tiba-tiba.
Ali mendekati tubuh Prilly. Menatap lekat mata hazel itu. Mata yang sejak kemarin ia rindukan. Prilly yang di tatap seperti itu membuat dirinya gugup. Lalu Ali menarik tangan Prilly untuk di genggamnya. Setelah itu ia memberikan kecupan di tangan mungil itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.