Sejak kemarin, Prilly di landa kegelisahan. Pikirannya terus berkelana memikirkan Ali, entah ini bawaan bayi yang ada di perutnya atau memang ini murni keinginannya sendiri.
"Aku harap kamu baik-baik aja ya." Kata Prilly dengan lembut seraya mengelus perutnya.
Brak.
"Kamu ngapain di sini?" Tanya Prilly dengan nada heran, yang melihat Arkan datang dengan wajah panik.
Arkan mengatur nafasnya sambil mengelap sisa-sisa keringat di wajahnya.
"Harusnya aku yang nanya, kamu ngapain masih di sini?"
"Emangnya aku harus kemana?"
Arkan menepuk jidatnya kesal. "Please lah Prill, lemotnya jangan sekarang."
"Itu, Ali, pacar kamu di bandara. Kamu nggak ada niatan buat nyusul dia gitu atau nyegat dia biar nggak jadi pergi kaya di film-film gitu."
Mendengar nama Ali membuat Prilly merenung kembali. "Aku sama kak Ali udah putus, Ar."
Arkan menghela nafas kasar, dia tau penyebab putusnya Prilly dan Ali. Dia juga tahu apa masalah yang membuat Prilly mengurung diri seperti ini. Karena selama dia kembali ke rumah asalnya, Arkan selalu meminta kabar pada Adam tentang perkembangan Prilly.
Bukan apa-apa dia hanya terlalu khawatir pada adik kecil yang selalu menjadi kesayangannya sejak dulu.
"Kamu nggak takut kalau misalkan Ali kecantol sama cewek bule di sana."
Prilly terdiam sejenak.
"Aku sebenarnya juga kecewa sama apa yang udah Ali lakuin sama kamu, aku merasa gagal karena nggak bisa ngejaga kamu dengan baik. Tapi mau gimana lagi, aku nggak mungkin mukul Ali, kalaupun itu aku lakuin emang bisa ngebalikin keadaan kaya semula?" Kata Arkan dengan nada lembut seraya mengelus pucuk kepala Prilly.
Prilly menggeleng pelan memberikan jawaban pada pertanyaan Arkan barusan.
"Kejar gih, mumpung masih ada kesempatan. Ntar Alinya udah pergi aja kamu mewek-mewek." Cibir Arkan yang membuat Prilly mengerucutkan bibirnya.
"Cape dong kalo aku lari."
"Astaga Prilly, yang nyuruh kamu lari itu siapa."
"Tadi kamu bilang 'kejar' kan, itu artinya lari dong. Lagian aku mana bisa lari yang ada ntar bayi nya keguncang-guncang di perut aku." Ucap Prilly dengan wajah polos. Sehingga membuat Arkan gemas sendiri.
"Bukan itu maksud aku, kita ngejarnya bukan lari princess."
"Terus naik apa?"
"Kan ada motor bokap kamu yang nyanggur di bagasi tuh."
"Ya terus kenapa?"
Dengan gemas Arkan mencubit pipi Prilly pelan. "Ya kita naik itu jubaiedah, kamu kenapa lemot banget sih."
"Sakit tau."
"Bodo amat! Pokoknya sekarang kamu siap-siap, pakai celana panjang sama jaket aku tunggu di bawah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Seorang Badboy
Teen FictionJatuh cinta dengan seorang Badboy bukanlah impiannya. Tapi apa boleh buat jika takdir berkata lain. Berawal dari tabrakan tak sengaja di koridor sekolah hingga menjadi asisten seorang Badboy. Benci jadi cinta adalah hal yang lumrah bagi manusia. Te...