"Prill, lo ada janji?" Tanya Kira pada Prilly yang sedang memasukkan alat tulisnya ke dalam tas.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar dua menit yang lalu. Prilly dan ketiga temannya memilih menunggu kelas cukup sepi untuk pulang.
Prilly menyerngit heran," janji? Enggak tuh."
"Terus tuh di depan ada kak Ali." Tunjuk Runa ke arah pintu yang menunjukkan Ali sedang bersandar di dinding dengan tangan yang di masukkan ke kantong celananya.
"Mungkin ada perlu sama anak kelas kita." Kata Prilly dengan santai.
Aruna dan Syakira menatap ke penjuru kelas. Ternyata yang ada di kelas ini hanya mereka ber-empat. Berarti memang benar Ali memiliki urusan dengan Prilly. Karena sangat tidak mungkin seorang ketua Vagos mau repot-repot mendatangi hal yang tidak penting.
"Dikelas cuman ada kita." Sahut Luna dengan mata yang masih tertuju di buku. Aluna memberitahu apa yang ada di pikiran kedua temannya.
Prilly menatap area kelasnya dan benar di kelas cuman ada mereka saja.
"Udah sih, santuy aja." Ucapnya setelah itu melangkahkan kaki untuk keluar kelas.
"Gaya lo santuy, di tatap tajem aja ciut." Cibir Runa.
"Tau tuh. Kemaren aja di bentak dikit aja langsung berkaca-kaca." Timpal Kira.
Prilly memberengut kesal. Ia memukul lengan Runa dan Kira secara bergantian.
"Udah?" Tanya Ali dengan wajah datar.
"Udah apa?"
"Pulang." Ali menarik tangan Prilly untuk diantarkan pulang olehnya. Namun baru beberapa langkah cewek itu sudah memberontak kesal.
"Apaan sih kak. Datang-datang langsung ngajak pulang. Nggak ada manisnya banget." Kata Prilly kesal namun di kalimat terakhir di pelankannya.
Ali memajukan wajahnya menatap intens Prilly. Prilly yang di tatap seperti itu sedikit salah tingkah.
"Lo. Bukan. Cewek. Gue. Jadi buat apa gue manis-manisin." Ucap Ali dengan nada mengejek.
Wajah Prilly memerah,"kamu bisa nggak sih sehari aja nggak usah nyebelin."
"Bisa! Kemaren ada cewek bilang, kalau gue tidur jadi kalem."
Prilly tergagap dengan pernyataan Ali. Perasaan kemaren dia mengatakan itu saat Ali tidur, tapi kenapa masih bisa mendengar. Atau jangan-jangan Ali pura-pura tidur.
"Prill, kita duluan ya." Kata Kira berpamitan pada Prilly.
"Eh tungguin dong." Saat Prilly hendak mengejar tangannya di tahan oleh Ali.
"Lepasin dong. Aku mau bareng mereka."
"Masih muda udah pikun." Cibir Ali yang membuat Prilly menggembungkan pipinya kesal.
"Kamu itu nggak punya hobi lagi ya selain ngejek orang."
Ali menggeleng mantap.
Prilly menatap Ali kesal,"ayok katanya mau nganterin pulang." Prilly menarik tangan Ali menuju ke parkiran.
Pemandangan mereka berdua tidak lepas dari tatapan para siswa dan siswi. Ada yang memberikan tatapan mengejek dan ada juga yang memberikan dukungan untuk keduanya.
Sebenarnya Prilly risih di jadikan pusat oerhatian seperti ini. Ia terlanjur terbiasa menjadi tak terlihat dan sekarang harus di kejutkan menjadi pusat gosip utama di sekolah ini.
"Pake!" Ali memberikan helm berwarna biru yang di bawakan oleh Bima.
"Sejak kapan kamu punya helm dua. Helm cewek lagi." Ucap Prilly sambil memakai helm biru itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Seorang Badboy
Ficção AdolescenteJatuh cinta dengan seorang Badboy bukanlah impiannya. Tapi apa boleh buat jika takdir berkata lain. Berawal dari tabrakan tak sengaja di koridor sekolah hingga menjadi asisten seorang Badboy. Benci jadi cinta adalah hal yang lumrah bagi manusia. Te...