Ali mengendarai motor dengan kecepatan di atas rata-rata. Wajah paniknya semakin terlihat jelas. Apalagi jarak antara markas dan apartemen bisa di bilang cukup jauh, untungnya jalanan tidak macet karena sekarang sudah memasuki tengah malam.
Beberapa menit yang lalu Ali mendapat telepon dari Prilly, bukan suara ceria atau jutek yang di dengarnya. Melainkan suara rintihan kesakitan yang dia dengar. Oleh karena itu dengan cepat dia pergi menemui Prilly.
"Ya Allah semoga nggak terjadi apa-apa." Ucap Ali dengan memohon agar Prilly dan calon bayinya baik-baik saja.
Ali sampai di depan pintu apartemen dengan wajah yang di penuhi keringat. Dengan pasti dia menekan password apartemen yang berisikan tanggal pernikahan mereka berdua.
Hal pertama yang dia lihat adalah barang-barang yang berhamburan. Semakin melangkah ke dalam ada hal yang membuat dirinya khawatir sekaligus takut, yaitu darah. Darah merah kental berceceran di lantai hingga menuju kamar.
Di ikuti Ali hingga menuju kamar dan saat dia membuka pintu di buat terkejut dengan tergeletaknya Prilly di atas karpet dengan darah yang berlumuran serta pisau berada di sampingnya.
"Prill."
Ali menepuk pipi Prilly dengan khawatir.
"BANGUN! PRILL!"
"SAYANG! BANGUN! KITA JANJI BAKAL TERUS SAMA-SAMA."
"BILANG KE AKU SIAPA YANG NGELAKUIN INI SEMUA KE KAMU! BILANG PRILL!"
"PRILL! JANGAN TINGGALIN AKU!"
"Bangun Prill! Bangun." Ucap Ali semakin melemah karena tak sanggup menahan tangisnya.
Ali mengecek denyut nadi Prilly, syukurnya masih ada denyutnya. Dengan cepat dia menggendong Prilly dengan hati-hati untuk di bawa kerumah sakit.
"Bertahan sayang! Aku mohon!"
Ali berjalan menuju keluar kamar dengan wajah cemas. Tiba-tiba ada suara yang membuatnya merasa bingung.
"HAPPY BIRTHDAY TO YOU."
"HAPPY BIRTHDAY TO YOU."
Aksa datang dengan membawa kue ulang tahun di sertai lilin yang menyala. Tak lupa di ikuti dengan anggota inti Vagos dan teman-teman Prilly serta keluarga Ali dan Prilly.
"BANTUIN GUE WOY! PRILLY DALAM BAHAYA!" Pekik Ali dengan keras.
Bukannya menolong mereka semua hanya tertawa kecil seolah-olah tidak ada yang terjadi.
"Kalau emang nggak ada yang bantuin, minggir! Biar gue yang urus sendiri." Ali hendak berlalu tapi di tahan oleh Revan.
"Tunggu dulu dong!" Kata Revan dengan kekehan kecil.
Ali semakin menatap tajam. "Prilly sekarat bangsat!" Hendak melangkah namun di kagetkan dengan pelukan di lehernya.
"Selamat bertambah usia, sayang!" Bisik Prilly lembut tepat di samping telinga Ali.
Ali menatap Prilly heran. "Ka kamu?"
Prilly tersenyum manis. "Aku baik-baik aja Kak. Turunin aku dulu dong."
Dengan spontan Ali menurunkan tubuh Prilly lalu kembali menatap mereka semua dengan tatapan yang penuh tanya.
"Jadi ini semua rencana kalian?" Tanya Ali dengan dingin.
Mereka semua memalingkan wajah menolak untul berkontak mata dengan Ali. "Lebih tepatnya sih rencana bini lo." Sahut Ryan seraya menunjuk Prilly yang sedang menujukkan senyum manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Seorang Badboy
Dla nastolatkówJatuh cinta dengan seorang Badboy bukanlah impiannya. Tapi apa boleh buat jika takdir berkata lain. Berawal dari tabrakan tak sengaja di koridor sekolah hingga menjadi asisten seorang Badboy. Benci jadi cinta adalah hal yang lumrah bagi manusia. Te...