Pagi-pagi sekali Ali datang ke apartemen yang kini hanya ditinggali Prilly seorang. Tak lupa dia juga membawa sebungkus bubur ayam yang dia beli di dekat markas. Dia juga membuatkan teh hangat untuk di minum istrinya nanti.
Hal itu sudah rutin Ali lakukan selama dua hari ini. Walau Prilly tak memberikan respon bagus atas apa yang sudah Ali lakukan, tetap tidak membuat dirinya menyerah begitu saja.
Pintu kamar terbuka, menampakkan seseorang gadis dengan perut yang sedikit buncit berjalan menuju dirinya.
"Aku udah siapin bubur sama teh hangat buat kamu." Kata Ali lembut. "Ini uang harian buat kamu." Ali meletakkan selembar uang lima puluh ribu di atas meja.
"Udah kan?"
Ali mengangguk lesu. "Aku pergi dulu. Jangan lupa minum susu sama kunci pintu." Lalu Ali melangkah pergi meninggalkan Prilly yang nampak tak peduli.
"Hari ini kamu mau kan temenin mama ke suatu tempat, mama udah nggak tahan buat mengakhiri semuanya." Ucap Prilly seraya mengelus perutnya.
Untungnya mereka sudah memasuki hari libur sekolah, dimana kemarin adalah hari terakhir bagi mereka untuk ikut ulangan. Jadi sekarang mereka tinggal menunggu hasil sambil bersantai di rumah atau ke tempat yang menyenangkan.
Setelah selesai makan dia bergegas mengganti pakaian dan bersiap untuk pergi ke suatu tempat. Dan jangan lupakan kemarin sore dia juga sempat memotong rambut panjangnya menjadi pendek sebahu.
Ali sempat sedikit takjub dengan penampilan Prilly yang sekarang. Ingin rasanya dia memeluk tapi karena keadaannya berbeda, dia urungkan niatnya itu.
Ali baru saja menginjakkan kakinya di markas yang terletak dekat lapangan bola. Dahinya mengerut bingung kenapa teman-teman berangsur-angsur pergi.
"Kalian mau ke mana?" Tanya Ali dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Bima menyengir. "Mau ke pasar bang."
Ali mengangkat sebelah alisnya lalu bertanya. "Ngapain?"
"Nemenin Bang Revan beli sesuatu. Abang mau ikut?" Sahut Bima.
Belum sempat Ali menjawab. "Eitss, udah di bilangin kita nggak bisa nambah anggota lagi. Bukannya fokus nyari sesuatu malah baku hantam." Sahut Aksa sekenanya.
Bima sudah sembuh dari komanya dan kembali menjadi lebih baik. Pelaku yang melakukannya pun sudah di temukan, ternyata mereka bukan suruhan Rajawali. Melainkan dari preman yang sengaja menggunakan lambang Rajawali untuk mengibuli mereka.
Untungnya waktu itu Ryan cepat tanggap, kalau tidak mungkin pertengkaran antara Vagos dan Rajawali akan terjadi lagi.
Hal itu membuat Ali sedikit heran. Bagaimana mungkin Ryan dapat melacak dengan cepat siapa pelaku yang melakukan kekerasan pada Bima tapi tidak bisa melacak nomor yang menghubungi istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Seorang Badboy
Fiksi RemajaJatuh cinta dengan seorang Badboy bukanlah impiannya. Tapi apa boleh buat jika takdir berkata lain. Berawal dari tabrakan tak sengaja di koridor sekolah hingga menjadi asisten seorang Badboy. Benci jadi cinta adalah hal yang lumrah bagi manusia. Te...