Selama dua minggu ini Prilly tidak masuk sekolah. Hanya ada surat yang di antarkan langsung oleh Adam ke wali kelas. Ketiga temannya sudah tak terhitung berapa kali menghubungi Prilly, namun tetap tak ada jawaban.
"Gue khawatir deh sama Prilly, masa chat atau telpon dari kita nggak ada yang di angkat sih." Kata Runa sambil mengotak-atik handphone miliknya.
"Emangnya Prilly sakit apa sampai nggak ngasih tau kita." Sahut Kira. "Kaya ada yang di sembunyiin gitu." Sambungnya dengan wajah yang di tekuk.
Runa mengangguk setuju. "Kak Ali juga akhir-akhir ini nggak kelihatan. Kayanya emang ada yang nggak beres deh di antara mereka berdua."
"Tapi kata om Adam Prilly emang beneran sakit kan, om Adam nggak mungkin bohong sih." Ucap Kira sambil menumpukan dagunya di tangan.
Runa menoleh menatap Kira. "Gue juga tau kalau Prilly sakit, tapi masalahnya sakit apa sampai nggak ada kabar gini." Kata Runa, dengan gemas ia mencubit pipi Kira.
Kira mengelus kedua pipinya yang di cubit Runa. "Sakit tau."
"Kebanyakan ghibah sampai lupa kalau guru udah masuk." Tegur Luna tanpa menoleh ke arah keduanya.
Runa dan Kira pun gelagapan dengan cepat ia mengambil buku yang akan di pelajari sekarang. Berbeda dengan mereka berdua yang menunjukkan rasa khawatir secara terang-terangan, dia lebih memilih khawatir secara diam-diam.
Gue percaya lo bakal baik-baik aja. Batin Luna.
Untuk kesekian kalinya Ali hanya meletakkan tasnya di kursi setelah itu pergi keluar kelas tanpa berbicara. Sekedar ikut makan di kantin atau kumpul-kumpul pun jarang dia lakukan.
"Ali lagi kenapa sih, kaya banyak masalah gitu." Ucap Nio.
Leon mengangguk setuju. "Dia juga udah jarang ngumpul sama kita."
"Kayanya emang masalah kali ini lebih gede dari biasanya deh, kalau bukan, nggak mungkin Ali sampai semurung itu." Timpal Rian.
"Lo nggak tau pan?" Tanya Aksa pada Revan.
Revan mendelik tak suka. "Gue udah bilang berapa kali jangan manggil gue pan, lo kira gue panci." Dengusnya tak suka.
Aksa menyengir tanpa dosa. "Ah elah pan, nggak usah ngegas juga dong. Lagian nama lo itu kebagusan, nggak cocok sama tampang lo yang burik itu."
"Si Aksa emang beneran minta di geplak ya." Timpal Leon.
"Nih botol kaga ada yang punya, boleh deh lo getokin pala tu bocah pakai ini." Ujar Rian seraya menampakkan botol air mineral yang masih tersegel.
"Masa lo jahat sama gue Yan, gue ini anak pembawa berkah. Makanya kalo mau ngehujat hati-hati." Kata Aksa dengan nada sombong dan angkuhnya.
"Pembawa berkah gigi lo monyong, yang ada lo itu pembawa sial. Baru lahir aja udah joget mamah muda." Sahut Leon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Seorang Badboy
Teen FictionJatuh cinta dengan seorang Badboy bukanlah impiannya. Tapi apa boleh buat jika takdir berkata lain. Berawal dari tabrakan tak sengaja di koridor sekolah hingga menjadi asisten seorang Badboy. Benci jadi cinta adalah hal yang lumrah bagi manusia. Te...