Ali dibuat pusing akhir-akhir ini dengan sikap cuek Prilly. Entah itu emang bawaan hamil atau emang mood dia lagi tidak bagus. Yang pasti Ali benar-benar frustasi.
Seperti saat ini, Prilly tiba-tiba tidak menegur dirinya dari bangun tidur sampai sekarang. Menurut Ali dia tidak merasa membuat kesalahan sedikit pun, lagi pula kemarin malam mereka masih mengobrol satu sama lain.
Ali mengikuti Prilly dari belakang yang hendak membuat jus Alpukat. "Kamu marah ya? Aku ada buat salah sama kamu? Kalau ada aku minta maaf deh."
Tanpa memperdulikan Ali, Prilly terus memotong Alpukat kemudian di masukkan ke dalam blender.
"Kamu duduk aja, biar aku yang buatin." Kata Ali sambil mengambil alih pekerjaan Prilly.
Prilly menepis kasar lengan Ali lalu melakukannya sendiri.
"Kamu kok tiba-tiba diam gini sih, perasaan kemarin kita baik-baik aja tapi kok sekarang kamu berubah gini. Udah ngerasa bosan sama aku?"
Suara Ali tersamarkan dengan suara nyaring dari mesin blender.
"Prill, aku nanya loh sama kamu. Jangan di diemin gini dong, berasa nggak di hargain banget." Kata Ali dengan nada yang berubah menjadi lebih tegas.
Namun hal itu tetap tidak membuat Prilly menjawab ucapan Ali. Ali mengacak-acak rambutnya kasar lalu sedikit berteriak.
"Kamu kekanak-kanakan banget sih, kalau ada apa-apa tu ngomong jangan diem gini. Kamu kira aku ngerti kalau kamu diem gini." Ucap Ali kesal.
Prilly mengendikkan bahunya acuh lalu mengambil trumbl berwarna pink yang bertulisan sakura di bagian depannya.
"PRILL."
"PRILLY."
Bukannya takut atau gugup, Prilly justru meninggalkan Ali menuju kamar lalu datang dengan tas selempang berwarna pink miliknya.
"Kamu mau kemana?" Tanya Ali.
Prilly menatap sebentar. "Pergi."
"Kenapa nggak bilang sama aku dulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Seorang Badboy
Genç KurguJatuh cinta dengan seorang Badboy bukanlah impiannya. Tapi apa boleh buat jika takdir berkata lain. Berawal dari tabrakan tak sengaja di koridor sekolah hingga menjadi asisten seorang Badboy. Benci jadi cinta adalah hal yang lumrah bagi manusia. Te...