18. Cinta Seorang Badboy.

5.4K 446 9
                                    

"Astagfirullah kak, ini muka kenapa bisa biru-biru gini. Itu bibirnya juga berdarah. Berantem lagi ya?" Prilly meringis menatap Luka yang ada di wajah Ali. Ali menatap datar ke arahnya.

"Obatin." Ucap Ali dengan nada memohon.

Prilly memutar bola matanya malas. "Ck! Udah di bilangin jangan berantem masih aja. Batu banget jadi orang." Omel Prilly seraya menarik Ali agar bisa mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu.

"Tunggu bentar." Prilly berlalu mengambil kotak obat yang sudah ia siapkan sejak lama.

Ali menatap punggung Prilly yang sudah mulai menjauh. Ia tersenyum senang saat melihat wajah khawatir dari cewek itu.

Setelah pertempuran tadi, Ali langsung menancapkan motornya menuju rumah Prilly. Entah apa yang membawanya kesana tapi ia tak peduli.

"Kenapa bisa berantem lagi sih? Nggak bisa di selesain secara baik-baik?" Prilly mengompres luka yang ada di wajah Ali dengan air es.

Ali menggeleng pelan. "Mereka duluan."

"Jangan di ulangin lagi ya. Kasian muka gantengnya jadi penuh luka gini." Prilly membersihkan darah yang mengering di bibir Ali dengan pelan.

"Tergantung."

"Maksudnya?" Prilly menghentikan kegiatannya, beralih menatap Ali dengan kening yang berkerut.

"Kalau mereka gangguin lo. Udah pasti gue bikin masuk rumah sakit, kalau perlu ke neraka sekalian." Ucap Ali santai. Tanpa ia tahu kalau jantung Prilly berdegup kencang.

Bukan sekali dua kali Ali memberikan gombalan seperti ini. Tapi setiap kali cowok itu mengeluarkan gombalannya mampu membuat jantung nya berdegup cepat.

"Udah tau sakit, masih bisa aja gombalin orang." Cibir Prilly dengan raut wajah yang senormal mungkin.

Ali mengambil tangan Prilly yang berada di wajahnya, lalu di genggamnya.

"Gue serius."

Mati gue. Rutuk Prilly dalam hati.

"Jangan gini kak. Untung cewek yang lo gombalin gue, coba aja cewek lain pasti mereka bakal baper." Prilly melepaskan tangannya dari genggaman Ali.

"Emang lo nggak baper?"

Prilly terdiam sejenak. Jujur, ia juga baper dengan ucapan Ali. Tapi mau gimana pun ia harus berusaha terlihat biasa saja, agar tak terlalu di cap cewek gampangan. Lagian cewek mana yang nggak baper sama Ali, cowok yang secara fisik nggak ada celahnya.

Prilly menggeleng pelan.

Ali mendesah pelan. "Padahal kalo lo baper, gue siap tanggung jawab."

"Udah berapa cewek yang kakak janjiin kaya gitu?"

"Cuman lo." Sahut Ali santai.

"Aku buatin minum dulu ya." Prilly berlalu menuju dapur untuk membuatkan minuman untuk Ali.

Di dapur ia memikirkan ucapan Ali barusan. Ia juga bingung dengan status hubungan mereka, bukan pacar tapi setiap saat selalu berkirim pesan. Teman? Emang ada teman yang kaya mereka. Udah lah ia juga bingung, yang sekarang ia rasakan adalah nyaman. Prilly nyaman ada di dekat Ali.

Ali merutuki ucapannya barusan. Kenapa bisa ia sampai keceplosan mengatakan itu. Ia juga sedikit kecewa dengan ucapan Prilly barusan. Ia kira cewek itu sudah ada rasa dengannya.

"Ali." Tegur seseorang yang baru masuk ke dalam rumah Prilly.

Ali menoleh lalu tersenyum samar. "Udah pulang om?" Ali mengalimi tangan Adam dengan sopan.

Cinta Seorang BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang