Sehari setelah pernikahan, mereka berdua pindah ke apartemen milik Ali. Apartemen yang dulunya jadi tempat berkumpulnya dia dan para sahabatnya.
Kepindahan mereka berdua atas keinginan sendiri dan di dukung oleh para orang tua. Walaupun bagi Adam sedikit berat melepas putri sematawayangnya namun dia tetap mengijinkannya.
"Kamu taruh aja kopernya di sana, nanti aku yang beresin." Kata Prilly seraya menunjuk lemari yang berwarna putih.
Ali mengangguk lalu meletakkan dua koper itu ke tempat yang di perintahkan oleh Prilly.
Prilly berjalan ke arah dapur memeriksa, apakah masih ada bahan makanan yang tersisa.
"Kamu nggak pernah masak ya?" Tanya Prilly dengan mata yang masih menilik isi kulkas.
Ali menggeleng. "Biasanya pesen go-food."
"Orang kaya mah bebas." Cibir Prilly, kemudian beralih melihat lemari penyimpanan.
"Astaga, masa garam sama gula nggak ada. Kamu niat punya apart nggak sih." Gerutu Prilly kesal.
"Namanya juga cowok."
"Cowok sih cowok, tapi masa bumbu dasar di dapur nggak punya." Prilly mendengus kesal menatap Ali.
"Abis ini kita belanja deh, nanti pilih aja apa yang kamu mau." Bujuk Ali agar Prilly tak menunjukkan wajah kesal lagi padanya.
"Bapak mantan sultan, sekarang kita itu krisis keuangan. Jangan gaya-gayaan buat belanja bulanan, kaya orang kaya aja."
"Kamu nggak lupakan kalau ayah sama papa nggak ngasih kita uang jajan, jadi mulai sekarang harus hemat." Sambung Prilly.
Uang jajan atau uang bulanan mereka berdua di hentikan oleh kedua orang tua mereka. Bukan apa-apa, mereka hanya ingin memberikan pelajaran kepada keduanya. Sekaligus ini sebagai hukuman yang mereka dapatkan.
Tapi jangan khawatir, Hanif tidak mungkin membuat menantu dan calon cucunya kelaparan. Dia memberikan kewenangan pada Ali untuk mengurus salah satu cabang cafe yang cukup terkenal di Indonesia.
Ali hanya manggut-manggut saja mendengar tausiah yang di berikan oleh Prilly.
"Kamu dengerin aku nggak sih?"
"Denger yang."
"Yang yang, kamu kira aku kuyang." Dengus Prilly lalu berlalu pergi.
Ali mengelus dadanya sabar. Sabar Li, ibu hamil emang kadang sensian. Ucapnya dalam hati.
"Kamarnya cuman satu ya?" Tanya Prilly.
Ali mengangguk cepat.
"Terus aku tidur di mana?"
"Ya di kasur."
"Kamu?"
"Kasur juga lah."
"OGAH!" Prilly menolak dengan cepat ucapan Ali.
Ali menatap heran. "Kenapa nggak mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Seorang Badboy
Novela JuvenilJatuh cinta dengan seorang Badboy bukanlah impiannya. Tapi apa boleh buat jika takdir berkata lain. Berawal dari tabrakan tak sengaja di koridor sekolah hingga menjadi asisten seorang Badboy. Benci jadi cinta adalah hal yang lumrah bagi manusia. Te...