Usia kandungan Prilly sudah menginjak tiga bulan. Di usianya sekarang membuat perut Prilly sedikit menonjol, mungkin jika dia menggunakan baju yang lebih besar dari ukuran biasanya bisa saja tidak terlihat.
"Perut aku makin keliatan, kalau pakai baju yang biasa aku pakai mungkin bakal ketauhan." Kata Prilly seraya mengelus perutnya di depan kaca besar.
Ali yang baru saja selesai mandi. "Pakai baju aku aja." Sahut Ali sambil mengusap rambutnyaya menggunakan handuk putih.
"Terus kamu pakai baju siapa?"
"Aku bisa pakai yang satunya lagi, kan punya dua."
Prilly mengangguk lalu mengambil seragam putih milik Ali yang ukurannya lebih besar dari miliknya.
"Nggak terlalu ketara sih, tapi aku ngerasa nggak cocok aja pakai baju kamu."
Ali mengancingkan seragamnya. "Terserah kamu. Pilihannya cuma dua, mau pakai seragam punya aku tapi orang nggak tau atau pakai punya kamu tapi orang curiga."
"Pilihan kamu nggak ada yang bagusnya." Sungut Prilly kesal namun tetap memakai seragam milik Ali.
"Makan dulu sana, tadi aku udah beli bubur ayam." Kata Ali seraya mengelus lembut rambut Prilly.
Prilly mengangguk patuh lalu beranjak pergi menuju meja makan. Selama sebulan terakhir ini, dia selalu ingin sarapan dengan bubur ayam. Dengan segenap jiwa Ali bangun lebih pagi hanya untuk membeli bubur ayam yang berada di depan minimarket.
Perihal mengidam Prilly, dia belum meminta hal yang aneh-aneh selain meminta makanan. Walau terkadang tidak kenal waktu. Pernah waktu usia kandungannya baru menginjak dua bulan, Prilly meminta di belikan es cendol pada puku tiga dini hari.
Awalnya Ali menolak namun dengan segala rengekan akhirnya Ali menuruti, dia hampir berkeliling Jakarta saat itu hanya untuk mencari es cendol. Hingga pukul Lima dia bertemu dengan pak Tono, penjual es dawet sekaligus es cendol langganan bundanya. Jadinya Ali meminta tolong untuk di buatkan saat itu.
Handphone Prilly bergetar di atas meja rias. Ali menatap heran siapa yang mengirim pesan sepagi ini.
0896xxxxxxxx
Hai sayang❤️
Apa kabar?Melihat pesan masuk itu membuat Ali memanas. Apalagi pengirimnya dari nomor yang tidak di kenal.
"Gue nggak akan biarin seorang pung ngerusak hubungan gue."
Setelah itu Ali memblokir nomor itu lalu di delete nya, tapi sebelum itu dia menulis di handphone miliknya sendiri. Untuk berjaga-jaga siapa tahu orang itu menghubungi istrinya kembali.
"Nanti kamu istirahat sama teman-teman kamu ya." Kata Ali seraya mengelus pipi chubby Prilly.
Mereka sudah berada di sekolah, lebih tepatnya di depan kelas Prilly.
"Emangnya kamu mau kemana?".
"Ada yang mau aku omongin sama anak-anak."
Prilly mengangguk pelan. "Tapi nanti pulangnya kamu jemput aku di sini."
"Siap bu bos!"
"Inget! Jangan makan yang pedes, nggak boleh kebanyakan minum yang dingin-dingin, jangan minum soda, jangan kebanyakan makan micin, jangan_" Ucapan Ali terpotong karena jari telunjuknya menutupi mulut Ali.
"Aku ingat semua ucapan kamu."
"Pinter!" Ali menepuk pelan kepala Prilly.
"Jelas lah! Gimana nggak bisa lupa kalau selama tiga bulan ini kamu ngomongnya itu mulu." Cibir Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Seorang Badboy
Novela JuvenilJatuh cinta dengan seorang Badboy bukanlah impiannya. Tapi apa boleh buat jika takdir berkata lain. Berawal dari tabrakan tak sengaja di koridor sekolah hingga menjadi asisten seorang Badboy. Benci jadi cinta adalah hal yang lumrah bagi manusia. Te...