Suasana di ruangan ini berubah menjadi mencekam, di tambah lagi dengan wajah kepala sekolah yang menunjukkan wajah datar. Ratu meremas roknya semakin erat, apalagi sekarang orang tuanya sudah datang dan menatap tajam dirinya.
"Maksud bapak memanggil saya dan anak saya kesini ada apa ya?" Tanya Ayahnya Ratu, dengan wajah sinis.
Pak kepala sekolah menghela nafas kasar. "Begini pak, saya hanya meminta klarifikasi berita dari yang menyebar di sekolah ini. Apakah itu benar?"
"Berita apa pak?"
Pak kepala sekolah menyerahkan foto dan berita online yang sudah di print. "Bapak bisa lihat sendiri."
Ayah Ratu menatap kaget melihat berita tentang anaknya itu, di tambah lagi dengan foto tersebut. "Anak saya nggak mungkin melakukan ini pak." Tegas Ayah Ratu.
"Bapak tenang dulu, saya memanggil bapak dan Ratu kesini untuk meminta kejelasan tentang kebenaran berita itu." Sahut pak kepala sekolah.
"Kamu nggak ngelakuin itu kan?" Tanya Ayah Ratu pada Ratu dengan nada tajam.
Ratu menunduk. "Maaf yah."
Wajah Ayah Ratu memerah menahan emosi. "Kenapa kamu ngelakuin ini, HAH! Apa karena uang? Selama ini semua kebutuhan kamu selalu kami penuhi terus apa yang kamu cari? Uang, Make up, perhiasan, mobil, tas branded semuanya kami penuhi. Tapi kenapa kamu sampai ngelakuin ini, Rat?" Ucap Ayah Ratu dengan penuh emosi.
Bapak kepala sekolah tidak berkata apa-apa lagi, dia hanya diam membiarkan seorang ayah dan anak itu menyelesaikan urusannya.
"Jawab ayah, Ratu!"
"Aku ngelakuin ini karena kalian! Kalian emang selalu ngasih semua materi yang aku butuhkan, tapi kalian ngelupain satu hal yang paling aku butuh kan, yaitu kasih sayang. Kalian nggak pernah ngasih perhatian ke aku, yang kalian kasih cuman uang, uang, dan uang." Ucap Ratu dengan air mata yang sudah menetes di pipinya.
"Tapi itu semua buat kamu."
Ratu tersenyum remeh. "Kalian pikir, uang bisa buat aku bahagia? ENGGAK YAH! Enggak. Justru karena uang aku kesepian, nggak ada yang mau deket sama aku selain karena uang. Oleh sebab itu aku nyari kebahagiaan dari orang lain, mereka jauh lebih mengerti aku ketimbang kalian."
Rahang Ayah Ratu mengeras, selama ini dia tidak pernah memikirkan bagaimana kehidupan anaknya, yang dia lakukan hanya bekerja. Pak kepala sekolah menghela nafas kasar.
"Di saat orang tuanya yang menghadiri acara sekolah, aku malah bibi. Orang yang nggak ada hubungan darah sama sekali sama aku tapi malah peduli sama aku. Kadang aku heran, kenapa keluarga sendiri rasanya kaya orang asing."
"Orang yang aku pikir akan menjadi tempat pertama aku pulang tapi justru jadi tempat terakhir. Tujuh belas tahu aku hidup, sedikit pun kalian nggak pernah peduli sama aku. Bahkan disaat-saat aku sakit pun kalian nggak ada." Ucap Ratu melemah dengan air mata yang memenuhi pipinya.
Ayah Ratu terdiam, dia tak tau harus berkata apa lagi.
"Maaf, saya nggak bermaksud buat ikut campur. Tapi ada baiknya bapak dan istri bapak ngasih perhatian yang lebih buat Ratu, anak-anak di usia mereka lebih butuh perhatian ketimbang uang pak."
"Terima kasih atas perhatiannya pak dan maaf buat berita yang merusak nama sekolah ini. Saya akan membawa Ratu ke Jerman."
Ratu mendongak. "Maksud ayah mau ninggalin aku sendiri di negara orang lain?"
"Nggak gitu sayang, Ayah sama bunda akan tinggal di Jerman, jadi kami ngajak kamu buat ikut. Tolong kasih kesempatan buat kami memperbaiki semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Seorang Badboy
Teen FictionJatuh cinta dengan seorang Badboy bukanlah impiannya. Tapi apa boleh buat jika takdir berkata lain. Berawal dari tabrakan tak sengaja di koridor sekolah hingga menjadi asisten seorang Badboy. Benci jadi cinta adalah hal yang lumrah bagi manusia. Te...