Seluruh anggota inti Vagos kini tengah berkumpul di lapangan. Beberapa di antaranya ada yang sedang memainkan bola basket. Sedangkan yang tersisa hanya memperhatikan di pinggir lapangan. Termasuk Ali, cowok itu tak berniat untuk ikut bermain dengan yang lainnya.
"Li main yuk, dari pada lo diam gitu yang ada entar kemasukan setan sekolah." Ucap Aksa mengajak bermain basket kepada Ali.
"Nggak minat." Sahutnya singkat.
"Kita tau lo lagi patah hati, tapi jangan terlalu di pikirin. Mending di bawa asik aja." Ujar Leon sambil mendudukkan dirinya di samping Ali.
"Yon yon, jangan samain Ali sama lo. Kalian itu beda dari segi aspek manapun. Lo playboy si Ali anak baik. Cewek lo dimana-mana sedangkan Ali baru kali ini punya cewek. Ibaratnya nih ya, lo itu Ali tapi versi yang lebih buruk." Sambar Rian dengan terus memantul-mantulkan bolanya.
Leon menatap sinis Rian. "Sembarang kalau ngomong. Kalau gue buruk berarti lo burik." Kata Leon dengan santai.
"Muka gue udah di fitrahin, seenaknya lo bilang burik. Lo tuh yang burik, muka hasil operasi aja bangga." Ucap Rian tak terima di katai oleh Leon.
"HEH! Muka gue ini tercipta dari benih yang paling sempurna. Nggak kaya lo, yang cuman nyempil doang."
Rian menggulung lengan bajunya yang sudah tergulung lalu berkacak pinggang seraya menatap tajam Leon.
"Benar-benar minta di bogem nih orang. Maju sini lo, heh jangan lari woy. Bangke udah seenaknya ngatain malah kabur." Ucap Rian dengan lari yang terhenti. Sedangkan Leon memberikan mimik wajah mengejek pada Rian.
"Gini nih, kalau benihnya hasil coba-coba. Otak nya pada miring-miring." Kata Aksa seraya menatap keduanya.
"Sama dong kaya lo, Sa." Sahut Nio.
"Kalo ngajakin war bilang sekarang aja Ni, kaga usah ngatain gue segala." Sinis Aksa yang membuat mereka terkekeh.
"Stop! Kalau kalian berdua mau berantem mending jangan di sini. Pusing gue ngeliatnya." Tegur Revan sambil menggelengkan kepala.
"Kita nggak berantem." Sahut Nio dan Aksa serempak.
Revan terkekeh geli. "Iya deh yang ngomongnya kompakan." Aksa langsung menjulurkan lidahnya pada Nio. Sedangkan Nio hanya memutar bola matanya malas.
"Gue pergi dulu." Ucap Ali tiba-tiba, lalu berlalu dari hadapan mereka.
"Lah main pergi aja tu anak. Kaga ada akhlak emang." Ujar Aksa.
Nio melempar kulit pisang kepada Aksa, hingga mengenai kepala cowok itu. Membuat Aksa langsung menatap tajam Nio.
"Bangsat! Lo punya masalah apa sih sama gue Ni, ngomong sekarang. Kita selesain secara jantan." Aksa menatap kesal Nio.
Nio mengendikkan bahunya acuh. "Lo bego."
"Wah beneran ngajak war ni orang. Jangan tahan gue Van." Ujar Aksa dengan gaya yang seolah-olah sedang di tahan oleh Revan.
"Gue di depan lo bego, gimana bisa nahan."
"Revan mah gitu, kaga ada perhatiannya sama gue." Kata Aksa dengan gaya merajuk. Revan bergidik ngeri pada Aksa. Sedangkan Nio terkekeh geli melihat tingkah Aksa.
...
Ali saat ini tengah berlari menyusuri koridor. Ia tak memperdulikan sudah berapa orang yang ia tabrak. Yang ia pikirkan sekarang adalah harus mengejar gadisnya. Hanya itu.
"Prill." Panggil Ali sedikit Keras.
Tanpa berniat menjawab atau sekedar menatap orang yang memanggil namanya itu. Prilly tetap meneruskan langkahnya dengan cepat, tanpa peduli dengan sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Seorang Badboy
Teen FictionJatuh cinta dengan seorang Badboy bukanlah impiannya. Tapi apa boleh buat jika takdir berkata lain. Berawal dari tabrakan tak sengaja di koridor sekolah hingga menjadi asisten seorang Badboy. Benci jadi cinta adalah hal yang lumrah bagi manusia. Te...