36. Cinta Seorang Badboy.

4.9K 486 55
                                    

Di sinilah sekarang Ali berada. Di depan ruangan sang ayah. Dia menarik nafas dalam-dalam lalu di hembuskannya. Menghilangkan sedikit beban yang membuatnya pusing akhir-akhir ini.

Pemandangan pertama yang dia lihat adalah Hanif yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit dengan alat bantu oksigen. Aisyah menyambut kedatangan Ali dengan senyuman.

"Bunda kira kamu nggak bakal datang nak." Kata Aisyah seraya berjalan menghampiri Ali lalu memeluknya.

Ali tak membalas pelukan Aisyah. "Kenapa?" Tanya Ali setelah Aisyah melepaskan pelukannya.

"Penyakit umur nak, di tambah lagi ayah kamu banyak pikiran terus juga jarang makan, makanya kesehatannya menurut terus jadi drop." Kata Aisyah.

Ali berjalan medekat ke ranjang Hanif, menampakan wajah yang sedikit berkeriput dengan bibir yang pucat.

Hanif berusaha tersenyum. "Ma mafin ayah nak." Ucap Hanif dengan terbata-bata.

Ali tak menjawab, matanya terus menatap Hanif lekat. Saat Adam hendak duduk Ali dengan sigap membantunya. Serta melepaskan alat bantu oksigen.

"Ayah minta maaf Li, hanya itu yang ayah bisa. Kalau ayah bisa memutar waktu ayah bakal nolongin ibu-ibu itu, maaf." Hanif menunduk lemah.

Ali memajamkan matanya. Kejadian Prilly malam itu terlintas lagi di otaknya.

"Keira mana?" Tanya Ali yang baru saja teringat kalau adik mungilnya itu tidak berada di ruangan ini.

"Bunda titipin sama tante kamu, di rumah sakit nggak baik buat dia." Sahut Aisyah, Ali hanya mengangguk singkat.

"Ayah udah semakin tua Li, suatu saat kamu yang bakal gantiin posisi ayah sebagai pemimpin." Kata Hanif.

Ali mulai merasa curiga. "Mau apa." Katanya to the point.

Hanif tersenyum tipis. "Ayah tau mungkin permintaan ayah kali ini bakal buat kamu sulit, tapi cuman kamu yang bisa ayah andelin sekarang." Hanif menjeda kalimatnya sebentar. "Ayah mau kamu sekolah di London."

Rahang Ali mengeras. "Aku nggak mau." Tolaknya cepat.

Hanif meraih tangan Ali. "Ayah mohon Li, setelah itu ayah bakal bebasin kamu nggak akan ngekang kamu lagi."

"Luka yang ayah kasih kemarin masih belum sembuh, sekarang sudah ada luka baru." Kata Ali seraya tersenyum miris meratapi nasibnya sendiri.

Aisyah menangis ia memegang lengan Ali. "Maafin kami nak." Hanya itu yang mampu di katakan Aisyah.

"Cuman kamu Li harapan ayah, nggak mungkin ayah ngasih Keira sedangkan dia masih terlalu kecil buat paham semuanya. Soal rasa sakit yang kamu rasain sekarang, ayah benar-benar minta maaf, ayah menyesal."

Ali terdiam dengan tatapan yang tajam. Masalah satu belum selesai dan sekarang muncul masalah baru. Belum lagi dia harus memperbaiki hubungannya dengan Prilly. Dan sekarang dia harus di jauhkan.

"Bunda mohon nak."

"Ali butuh waktu." Setelah itu Ali beranjak pergi meninggalkan Aisyah dan Hanif.

Waktu Ali tiba di loby rumah sakit dia melihat Prilly dan Adam yang keluar dari ruang kandungan. Otaknya tak bisa berpikir jernih lagi. Kejadian malam itu kembali terulang lagi di pikirannya.

"Prill." Panggil Ali namun tak mendapat jawaban dari Prilly.

Dengan cepat Ali berjalan menghampri Prilly namun terhalang oleh suster yang sedang membawa beberapa peralatan rumah sakit. Peralatan itu jatuh ke bawah karena tertabrak dengan tubuhnya.

Cinta Seorang BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang