Smile

355 34 11
                                    

Now I got a smile like Lionel Richie
Big and bright, need shades just to see me
Tryna stay alive just like I'm the Bee Gees (Oh, woah)
A Mona Lisa masterpiece (Now I'm)

Katy Perry - Smile


Danny memastikan tampilannya pagi ini sebelum berangkat. Alis check, rossy cheek, orange plum lips. Tak lupa ia menyemprotkan parfum buatannya sendiri dan mengantonginya untuk berjaga - jaga. Setelah menunggu satu tahun lamanya. Perekrutan karyawan baru di Perusahaan Parfum Internasional Arc ~ en ~ ciel kembali di buka. Kali ini, ia harus berhasil.

Ia mengambil tas slempang di atas ranjang berisi berkas berkas yang di perlukan. Lalu memakai high heels sesuai dengan stelan blue skynya. Sambil bersenandung, ia melangkahkan kakinya ke lantai bawah. Danny mampir ke meja makan saat melihat si pemilik rumah duduk di sana, menikmati sarapan pancake dan kopi yang ia buat tadi.

"Mas Matthew, ini parfum pesenannya" Danny menyerahkan paper bag berwarna biru pada pria bermata sipit di hadapannya.

"Uangnya butuh sekarang apa ntar pas gajian aja?" Tanya Matthew membuka tutup botol kaca berukuran 50ml, menempelkan ujung hidungnya ke lubang pump.

"Mas. Jangan dalem dalem. Nanti kesedot lho. Idungnya jadi kayak cu pat kai" goda Danny membuat Matthew tertawa, padahal tadi ia sedang menikmati wangi parfum kesukaannya.

"Mas. Kasi cash aja boleh nggak sekarang? Buat uang saku" kata Danny ber aegyo.

"Loh. Tumben amat ke kafe butuh uang saku?" Matthew menarik dompet leather dari saku belakang.

"Pasti chat aku semalem nggak di baca, mas. Hari ini aku ijin nggak masuk kerja, mau ikut seleksi karyawan baru di Arc ~ en ~ ciel perfume. Hih" Danny mengambil beberapa lembar AUD yang di sodorkan Matthew.

Pria itu berdehem, mencoba mengingat ingat chat masuk. Sepertinya memang terlewat.

"Uda bilang sama Min kamu?" Tanya Matthew.

"Uda dong. Dari kemarin malah, yaudah. Aku berangkat dulu ya mas. Bye" Danny segera beranjak begitu melihat arah jarum jam.

"Bos kamu itu aku lho. Tapi, kalo nggak masuk ijinnya selalu ke Minara duluan. Bukan ke aku" Matthew memprotes.

"Abis mas galak. Serem. Daaah Mas" Danny melambaikan tangan sebelum menghilang dari balik pintu.

Matthew menghela nafas, mengambil smartphonenya dengan mode kamera depan aktif. Mencoba tersenyum, menampakkan kedua lesung pipinya di kedua sisi wajah.

"Serem darimana coba? Orang imut gini" ujar Matthew membawa piring serta gelas kotor untuk di cuci.

***

Oh iya. Danny ini lulusan ISIPCA ( Institut supérieur international du parfum, de la cosmétique et de l'aromatique alimentaire ) itu lho sekolah khusus di Perancis untuk studi pasca sarjana di bidang parfum , produk kosmetik dan formulasi rasa makanan, dengan masa magang di industri.

Daniella ini menempuh S1 Kimia Murni di Universitas Gajah Mada sebagai syarat untuk mengambil gelar master di ISIPCA. Di sana Danny fokus ke bidang parfum. Sebenarnya dengan pengalaman magang dan sertifikat perfumer yang ia pegang. Danny sudah bisa membuat trade mark parfum sendiri. Bahkan ia bisa memulai bisnis dengan itu. Tapi, itu malah sama sekali tak terpikirkan oleh Daniella.

Tujuan hidupnya saat ini hanya menjadi karyawan perusahaan parfum terkenal nomor dua di dunia. Tak lain dan tak bukan adalah Arc ~ en ~ ciel Perfume. Danny sangat mengagumi sosok wanita yang membangun perusahaan itu. Inspirasinya sedari kuliah S1 dulu, Zafrina Eleanor Quinn. Menyebut namanya saja sudah membuat Daniella kegirangan. Apalagi dapat bekerja dengannya.

Danny setengah menjerit, hampir saja ia kebablasan jika tak segera turun di halte ini.

Terdengar bunyi notif chat masuk. Ia tersenyum lalu segera membalasnya sebelum masuk melalui gerbang yang ramai.

Sementara Matthew menggerutu, kenapa Allie gampang sekali mengetik kata babe saat chat dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sementara Matthew menggerutu, kenapa Allie gampang sekali mengetik kata babe saat chat dengannya. Kan orang bisa salah paham. Ah iya, asal kalian tahu. Matt lebih suka memanggil nama belakangnya di banding Danny. Jadi, jangan heran.

***

Danny menyempatkan diri untuk mampir ke toilet. Perutnya pasti sakit jika dalam mode gugup. Baru saja ingin mencuci tangan, terdengar suara dari salah satu bilik yang terkunci.

"Anybody out there?"

"Yy yes. Can i help you?"

"Aku tembus nih. Nggak tau kalo hari pertama. Kamu bawa pembalut ato celana ato rok. Whatever?"

Danny menatap ke langit - langit.

"Tuhan tau aja kalo aku selalu bawa baju ganti kemana mana" batin Danny.

"Ukuran pinggangku 30. Apa muat?"

"Aku juga segitu kok"

Danny mengeluarkan celana jeans dan menaruh satu pembalut di sakunya. Lalu ia menyodorkannya dari bagian bawah pintu.

"Nanti aku ngembaliinnya gimana?"

"Abis di pake langsung laundry di Waterloo aja. Tau kan? Titip aja ke pegawai yang namanya Allen, buat Daniella. Nanti aku ambil di sana. Ya ampun uda jam segini" Danny langsung berlari ke luar toilet untuk mencari titik kumpul para calon karyawan.

Danny menyisipkan sedikit rambut ke belakang telinga, mengatur nafas lalu melakukan hal sesuai anjuran bosnya, senyum. Ia melangkahkan kakinya ke dalam ruangan.

Friends Special Edition (Joo - Kyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang