"Stop it" Danny tertawa saat Matt mencuri sebuah kecupan saat ia tengah mengetik aplikasi partner visanya pada Immi Account.
Semua data telah terkumpul dan hari ini ia berniat men submit aplikasinya. Untunglah Zafrina memberinya cuti. Jadi ia bisa menghabiskan waktunya bersama Matthew di rumah. Pagi - pagi sekali ia keluar dari apartemen sembari membawa bed cover serta sprei ke tempat laundry. Ya, kalian tau kenapa kan?
"Udah sampe mana?" Tanya Matthew menghirup kopinya. Ia duduk di sebelah Danny, menyelonjorkan kedua kakinya dan menyandarkan punggungnya ke sofa.
Danny tak menjawab, masih fokus dengan layar yang ada di hadapannya. Matt mengecup telinga Danny.
"Ya ampun, mas. Bentar, ini aku uda sampe attachment lho. Aku nggak mau ya nanti nggak ke save trus ngulang lagi" Danny tak menoleh, membuat Matt harus bersabar.
Danny mengambil credit card miliknya untuk memasukkan beberapa digit kartu yang di minta oleh sistem. Lalu mengetikkan nama kepemilikan kartu dan melanjutkan pembayaran. Sesaat ia meneliti jumlah tagihan dan biaya tambahan. Kemudian proses selesai setelah invoice pembayaran muncul pada inbox emailnya. Tak lama kemudian, muncul bridging visa alias visa pengganti yang akan digunakan oleh applicant selagi menunggu visa di proses.
Danny men shut down laptopnya, melakukan peregangan. Rasanya pegal sekali selama dua jam menatap layar komputer tanpa jeda. Mengisi semua data, menjawab pertanyaan dan melampirkan semua hal yang di perlukan. Ia melepas kacamata, memejamkannya pelan. Danny belum terbiasa memakai benda itu. Tapi, ia juga lebih tidak bisa memakai kontak lens.
Semenjak bekerja di kantor Zafrina, penglihatan Danny semakin memburuk. Jadilah ia meminta Alaric menemaninya ke optik terdekat dan tadaaaa, kedua matanya minus dan terdapat silinder. Maka dari itu ia menggunakan kacamata sekarang.
Danny segera menyandarkan kepalanya di dada Matthew. Mengusap ujung hidungnya yang gatal. Membuat Matthew tertawa, kucing kecilnya lucu sekali.
"Badan mas mulus banget. Nggak ada tatonya. Pasti risih liat badanku ya mas?" Tanya Danny.
"Aku ada tato kotak kotak ini lho di perutku" Balas Matt membuat Danny tertawa, maksudnya abs.
"Garing ih" kata Danny cemberut.
"Tato kamu bagus lagi. Seksi" Matt menyingkap rambut panjang Danny dan mengecup tengkuk bawahnya, tempat permulaan tato Danny terlihat.
"Jadi besok kalo di tanya officer uda hafal ya?" Kata Danny mendongakkan wajahnya.
"Emang officer nanya sampe kesitu situ apa Al?" Tanya Matthew bingung.
Danny mengangguk.
"Nanti kita interviewnya gantian, apa di ruang terpisah gitu. Selain nanya hal hal basic kayak ulang taun kapan. Warna favorit apa. Makanan kesukaan. Apa yang dibenci. Sampe tahi lalat sama tanda lahirpun mereka tanya tau mas. Jangan heran, trus surat pernyataan yang kita buat itu juga ditanya. Kapan pertama kali ketemu, trus gimana bisa jatuh cinta, kalo di rumah kita berdua kayak apa. Semuanya" kata Danny menjelaskan.
Matthew mengangguk, setidaknya ia sudah mulai mempersiapkan diri.
"Pernah ada juga yang chatnya antar pasangan itu mereka minta juga. Jadi nanti kita screenshot, print, di jilid" kata Danny tertawa mengingat temannya pernah mengalami hal tersebut.
"Makanya kamu uda mulai bikin folder chat kita berdua ya?" Tanya Matt menarik Danny ke pangkuannya. Hingga mereka saling menghadap satu sama lain. Refleks Daniella melingkarkan kedua kakinya ke pinggang Matthew.
"Iya, kali aja di minta" kata Danny menyunggingkan sebuah senyum, membuat Matthew mabuk kepayang.
Ia meraih tengkuk Danny, bahkan menekannya agar bibir Danny terbenam semakin dalam pada bibir Matthew.
Danny tak lagi menahan perasaannya. Justru sekarang ia menyambut semua ciuman dan sentuhan Matt dengan suka cita. Mengijinkan pria itu benar - benar masuk ke dalam kehidupan sepinya. Menyatu, saling berbagi kisah cinta tanpa bicara.
Danny tercekat saat Matthew mengulum bibirnya kuat. Jemarinya mencengkram kerah baju Matthew. Pria itu akhirnya melepaskan lidah Danny. Beralih mengecup bagian selangkanya. Tempat perpotongan leher dan bahu Daniella yang tampak indah. Kembali meninggalkan tanda untuk kesekian kali.
"I am crazy for you, right now. Maybe forevermore" kata Matt menatap Danny, dadany naik turun menahan gejolak dalam tubuhnya.
"Maybe for the rest of my life. I feel the same way too" balas Danny mengusap wajah Matthew, kembali menyatukan bibir. Sementara Matt menggendongnya menuju kamar.
Danny melucuti pakaiannya sendiri saat Matthew sibuk melepas baju. Sebuah senyuman muncul ketika netra mereka bertemu. Danny menangkup wajah Matthew, menyalurkan adrenalin yang kini terpompa ke sekujur tubuhnya.
Terdengar lenguhan pelan meluncur dari bibir Danny saat Matt menyentuh pahanya.
Danny bergidik saat Matt menempatkan lututnya di antara kedua kaki Danny. Memperlebar sela yang tertutup dan mulai menyatukan bagian lain dari tubuh mereka.
Danny menyembunyikan desahannya dengan menggigit bahu Matt. Ia terlalu malu memperdengarkan suara tertahannya saat penyatuan terjadi. Membuat Matt semakin gemas saat menggerakkan pinggulnya di atas tubuh Daniella.
Matt menatap Danny, mengecup semua bagian wajahnya sementara bagian bawah dari mereka bekerja. Terdengar suara halus Daniella yang lolos dari bibir merahnya. Matthew kembali melumat bibir gadis itu penuh kasih. Memberi pernyataan melalui gerak tubuh betapa Matthew mencintainya.
Desahan Danny bertambah keras saat ia sudah hampir sampai pada moment pelepasan. Sedangkan Matt belum mencapainya. Tapi, Danny sangat kooperatif. Ia terus menikmati permainan Matthew. Walaupun sudah bermandikan peluh. Matthew selalu bisa membuatnya kembali on.
Matthew mengerang, memegangi tubuh Danny yang sedari tadi menahannya di bawah.
Mereka berdua tertawa, akhirnya kembali sibuk dengan bibir masing - masing. Matt menyelipkan bantal di bawah pinggul Danny. Khawatir kekasihnya terlalu pegal karena olahraga mereka tadi.
"Thank you" ucap Danny menyentuh dada hingga perut Matthew.
"Oow" kata Matt merasakan sesuatu di bawah sana kembali menegang.
"God, help me" Danny tertawa saat Matt kembali memulai ronde lain.
Mungkin dalam waktu dua jam ia akan meminta Matthew jeda. Sebelum membuatnya tak bisa berjalan~
One mile to every inch of
Your skin like porcelain
One pair of candy lips and
Your bubblegum tongue
(John Mayer - Your Body Is A Wonderland covered by Boyce Avenue)
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends Special Edition (Joo - Kyun)
FanfictionDanny, melanglang buana mencari pekerjaan di Australia berbekal Work and Holiday Visa. Suatu saat, ia berhasil mengikuti test perusahaan impiannya yaitu Arc ~ en ~ ciel Perfume Pty Ltd dan lolos. Tapi, ternyata perusahaan itu tak lagi memberikan off...