Mother

178 34 31
                                    

Matthew dengan tergesa menyetir mobilnya menusuri jalanan Sunnybank Drives. Ia sedari tadi mencoba menghubungi Danny dan panggilannya sukses tersambung setelah percobaan ke 18. Bukannya suara Daniella yang terdengar di sebrang sana. Malah, suara wanita paruh baya yang mengklaim dirinya calon mama mertua Matthew memintanya datang menjemput Danny.

***

Setelah membaca surat yang Danny berikan padanya. Zafrina hampir menangis, ia dapat merasakan ketulusan juga kerinduan James setelah Zafrina meninggalkannya beberapa tahun yang lalu. Alasan kenapa ia pergi adalah tak tahan dengan hidup susah bersama sang suami. Ia tak cukup sabar menunggu perubahan ekonomi yang di janjikan James. Jadi, ia nekat pergi ke Australia menggunakan visa yang sama dengan Daniella.

Tanpa menoleh ke belakang, ia pergi dari James dan putri semata wayangnya. Perjalannya sendiri tidak mudah, salah jika kalian kira Zafrina langsung menemukan pekerjaan dan rumah untuk tinggal. Ia jadi gelandangan hampir setengah bulan. Sebelum akhirnya bekerja di salah satu panti jompo. Di sanalah ia baru sadar jika Alaric ada dalam perutnya.

Ia sampai menjual handphonenya guna menyambung hidup, bekerja paruh waktu di beberapa tempat sekaligus. Mengumpulkan uang untuk biaya hidupnya bersama Alaric dan melanjutkan studynya di Givaudan. Ia berhasil memenangkan kompetisi menciptakan parfum dari wewangian yang jarang di pakai oleh orang lain dan hal itu mengantarkannya pada kesuksesan lebih lanjut. Membuatnya lupa total pada James dan Danny.

Seingat Zafrina nama anak perempuannya bukan Daniella. Melainkan Violet Rayadinata, membawa nama belakang sang ayah. Ternyata gadis cerdiknya sengaja merubah nama setelah sang ayah meninggal, membawa nama asli Zafrina sebagai nama tengahnya.

Kini Danny dan Alaric duduk di kanan dan kiri Zafrina. Mendengarkan cerita sang ibu dengan tenang.

"Grace Lavanya" sahut Danny saat Alaric bertanya siapa nama asli Zafrina.

Jadi, Zafrina mulai mencurigai Daniella saat menemukan liontin custom yang bentuknya mirip dengan kepunyaan Zafrina. Liontin itu langka, hanya ada dua di dunia, orang tua James menghadiahkannya pada mereka pada saat menikah dulu. Danny pernah tak sengaja menjatuhkan foto keluarga mereka bertiga dari buku notesnya. Saat Danny hampir menangis, Harry datang ke ruangannya menunjukkan apa yang ia temukan saat bersih - bersih. Zafrina yang menyuruhnya.

Danny menyukai wangi parfum yang sama dengan James dan Zafrina, yaitu pomegranate. Karena tak mau berspekulasi lebih jauh, Zafrina mengambil beberapa helai rambut yang tersisa pada sisir Danny saat Zafrina menjalin rambutnya tempo hari. Hasilnya 97%, memang anak itu adalah Violet kecil.

Alaric menatap foto sang ayah, wajah Danny sangat mirip dengan James. Tapi, sifatnya seperti Zafrina. Kebalikan dengan Alaric. Wajahnya seperti sang ibu dan sifatnya kalem layaknya James.

"Can i call you mom now?" Tanya Danny masih menyandarkan pipinya pada bahu Zafrina.

"Kalo nggak mau juga nggak masalah. Nggak usah di bikin ribet"

Mendengar jawaban jutek sang ibu, Alaric yang sedari tadi meletakkan kepala di pangkuan Zafrina seketika bangun dan menegurnya.

Mereka bertiga tertawa setelah perdebatan kecil.

Bel rumahpun berbunyi, Zafrina melarang Danny membukanya. Ia perlu waktu sebentar untuk berbicara dengan Matthew.

"Madam Zafrina?" Tanya Matthew mendapati wanita berdagu runcing dengan tatapan dingin membukakan pintu untuknya.

Sementara itu, Danny meletakkan kepalanya di pangkuan Alaric. Masih canggung, Al mencoba menerima kenyataan. Mengusap rambut pirang kakak perempuannya lembut. Mereka terpisah selama kurang lebih 27 tahun. Tanpa ada memori masa kecil bersama dan ibunya tak pernah menceritakan apapun mengenai James ataupun Danny padanya. Menghormati sang ibu, Alaric juga tak pernah mencari tahu. Ia selalu bersyukur mempunyai Zafrina ada dalam hidupnya.

"So, i have to call you kak then" kata Alaric mengundang tawa Daniella.

"Nggak pake kak lebih baik. Kan muka gue masih kayak anak umur 18 taun"

Entah kenapa Alaric menempeleng kepala kakaknya karena gemas. Membuat Danny segera bangun dan menjambak rambut Alaric sebagai upaya balas dendam. Setelah itu Danny terlebih dahulu memeluk leher Alaric. Berterima kasih karena selama ini telah bersikap baik dan menjadi satu - satunya sahabat bagi Danny.

Alaric menepuk punggung Daniella, ia baru sadar betapa mungil badan kakaknya yang kini tengah ia dekap. Apakah hidupnya terlalu sulit?

"Kakak bisa main pistol gitu emang punya lisensinya?"

Alaric menatap Danny.

"Punya, perpanjang tiap tahun"

Alaric menopang kepalanya menggunakan tangan kanan. Memiringkan wajah untuk melihat wajah kakaknya lebih jelas.

"Tapi kan yang di ijinin punya pistol itu cuma orang - orang dengan jabatan tertentu. Emang kakak punya occasion spesial sampe boleh punya senjata api?"

Daniella tertawa kecil, ia berjanji akan memberi tahu Alaric mengenai hal itu di lain waktu.

"Pulang kamu" kata Zafrina memasuki ruang tengah.

"Iya, iya. Galak banget, mamanya siapa sih tuh" sahut Danny beranjak dari sofa, meninggalkan Alaric.

Untuk pertama kalinya, Zafrina mengecup rambut Danny. Mengantarkannya pada Matthew sebelum keduanya menghilang bersama Volvo tepat pada jam 9 malam.

"That's why you never want me to fall in love with her. She is my sister" Alaric menyentuh bibir menggunakan jemarinya ketika Zafrina kembali masuk.

"Lagian mama juga nggak mau punya mantu pecicilan kayak gitu. Nggak ada anggun - anggunnya jadi cewek" Zafrina mengusap kepala Alaric.

"Ma, papa dulu kerja apa?" Tanya Alaric kemudian.

"Profiler" Sahut Zafrina.

"Wah keren banget" kata Alaric menegakkan punggungnya.

"Salah mama ninggal Danny sama papa kamu. Makanya kakakmu jadi begitu. Mainan pistol" Kata Zafrina lagi.

"Besok aku mau belajar nembak ah" ujar Alaric.

"Heh! Buat apa?" Balas Zafrina melotot.

"Malu ma sama Danny. Dia yang cewek aja bisa, masak aku nggak" Sahut Alaric memberi kecupan selamat malam di pipi sang ibu sebelum pergi ke kamarnya.

Zafrina masih mengamati surat dari James, lalu menempelkan bibir ke kertas usang bertuliskan tinta basah khas suaminya.

"Nanti aku mampir jenguk kamu ya mas" bisik Zafrina lirih, mengusap wajah pada foto yang kondisinya masih sangat bagus.

Semua rasa bersalah, sedih dan rindu jadi satu.

Friends Special Edition (Joo - Kyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang