Kemarin lupa ngenalin, maaph~
Paginya,
"Cah ayuuuu, ayo sarapan" Sri membuka pintu kamar Ren.
Saat ia membuka pintu, Sri dapat melihat kamar Ren sangat berantakan. Papan white board melintang di tengah ruangan. Proyektor masih menyala dan beberapa foto terpin pada board lain. Mungkin Danny kelelahan makanya ia tidur di bawah atau Danny tertendang Ren lantas terguling ke bawah? Sementara putrinya sendiri masih terbaring memeluk note, beberapa lembarannya menyebar di sekitar tempat tidur dengan bibir sedikit terbuka.
Sri tersenyum, mungkin mereka akan bangun sendiri ketika lapar nanti. Jadi, ia menutup kembali pintu kamar Ren.
***
Heavenly Coffee
Marvin sedari tadi terus mencuri pandang ke arah Matthew. Tiba - tiba saja hari ini ibunya datang. Membawa serta Finance Manager baru yang tak lain dan tak bukan adalah wanita yang ingin Vivi jodohkan dengan Matthew tempo hari.
Gadis berambut pendek itu tahu jika perjodohan ini bukanlah suatu hal yang di setujui oleh Matthew. Melihat ekspresi laki - laki di sebrangnya itu membuatnya takut. Matthew menggenggam erat sisi meja yang ia jadikan sandaran. Mungkin jika tak ada Jolin, Matthew sudah meledak dari tadi.
Setelah perkenalan singkat, Matthew menyuruh Marvin membawa Jolin berkeliling. Berharap wanita itu segera pergi agar Matthew bisa berbicara empat mata dengan sang ibu. Pria itu tak langsung berbicara, ia mengambil gelas kopi. Menelan rasa pahit Americano yang sangat terasa dalam keadaan dingin.
"Mama denger Daniella balik ke Indo. Kamu di tinggalin juga kan akhirnya" Vivi menilik kukunya yang berkuteks merah menyala.
Matt tak menjawab, hanya menyilangkan kedua tangan di depan dada.
"Minggu depan kita dinner sama keluarganya Joline. Buat ngatur kapan kalian tunangan, kalo nggak langsung nikah ajalah. Kamu uda terlalu lama buang waktu"
Matt masih tak menjawab.
"Yaudah, mama pergi dulu. Baek - baek sama Jolin ya"
Wanita itu menepuk pipi Matt, memberinya kecupan kecil sebelum keluar.
Matt menghela nafas memukul meja kerjanya menggunakan tangan terkepal.
***
Danny sudah terlebih dulu bangun, lalu ia naik ke ranjang Ren. Lalu menjepit hidung sahabatnya menggunakan jari tangan. Kemudian gadis cantik itu tersedak dan menggeliat. Danny tertawa melempar handuk basah ke wajah Ren agar segera bangun. Tawanya meledak saat membaca chat dari Marvin.
"Hoalah edan" kata Ren mencoba membuka kedua matanya.
"Cepetan mandi, abis itu kita makan. Trus finalisasi hasil analisa semalem" kata Danny masih sibuk dengan smartphonenya.
"Bikinin kopi napa Dan" kata Ren mencepol rambutnya ke atas.
"Enakan beli sumpah, di banding bikinan gue" kata Danny yang sudah memakai kacamata minusnya menatap Ren.
"Kalo lo nggak mau bikinin. Gue nggak mau nemuin emak lo besok. Bodo amat!" ancam Ren.
Danny tertawa, Ren tampaknya serius dengan perkataannya barusan. Ia segera keluar dari kamar menuju dapur.
***
Danny sesekali mengangguk saat membaca hasil analisa Ren. Lalu menghirup es teh manis buatannya yang kelebihan gula. Sementara Ren masih menunggu email masuk dari Johnny. Mereka berdua sebenarnya sudah memprediksi apa sebenarnya pekerjaan Vivianne. Bagaimana bisa dia mempunyai anak buah gangster kelas kakap seperti pria yang berhasil menyusup ke dalam lab perusahaan Zafrina.
"Girls"
Mereka berdua seketika menatap layar PC.
"Johnny" sahut Ren dan Danny bersamaan.
"Ampun, dari kemaren gue di kerjain mulu sama lo berdua" kata Johnny memasang tampang stressnya.
Danny tertawa, kemarin saat tengah malam ia sengaja menghubungi kawan lamanya di CIA dulu. Ia tidak dapat menemukan profil tersangka peledakan lab. Jadi Danny meminta Johnny untuk melakukan scan wajah menggunakan aplikasi canggih buatannya. Zonk, pencarian gagal. Kemudian mereka bertiga melakukan penelusuran melalui tato yang menyembul di pergelangan tangan.
Danny sampai memohon pada Johnny agar membobol pusat data terlarang, Ren bilang itu terlalu beresiko. Bisa - bisa Johnny dibunuh kalau tertangkap basah meretas sistem. Dengan sedikit motivasi, Johnny menyanggupi dan tadaaa. Mereka berhasil tepat di sepertiga malam (kayak mau tahajud aja)
Ternyata pria itu tergabung dalam organisasi Navy Auction code Grass (tingkatan terendah selevelan gangster yang bertugas untuk mengawal dan melindungi anggota yang berada di atas Grass)
Danny berinisiatif meminta Johnny mencari nama Vivianne dalam organisasi itu. Tadaaa, ternyata ibunda Matthew terdaftar sebagai anggota lelang barang gelap dan terlarang itu dengan code Flower (tingkatan kedua paling atas dalam Navy Auction, biasanya para pengusaha dan investor ada di kelas tersebut)
Semuanya masuk akal sekarang, Vivi pun bukan orang biasa.
"Dia punya bakery ya?" Tanya Johnny kemudian.
Danny menggeleng, dia tidak tahu.
"Gue kasi datanya ya, ntar lo baca sendiri dah. Males gue ngejelasinnya. Heh, Dan" panggil Johnny.
Danny kembali menatap layar, menatap Johnny secara tidak langsung.
"Lo cantik" ucapnya tersenyum, lalu menghilang dari sambungan panggilan video.
Ren terbahak, cinta lama tidak kesampaian.
"Gile. Uda berapa taun ini. Johnny masih naksir aja. Dia nggak tau apa ya ini kita lagi nyelidikan calon mertua lo"
Kali ini Danny yang tertawa, ia dan Johnny tak bisa menjadi lebih dari teman.
"Gue belom bilang makasi padahal. Uda ngilang aja"
Danny mengambil kertas dari printer Ren. Lalu menelaah isinya, rahangnya hampir tak bisa mengatup setelah membaca keseluruhan isinya. Membuat Ren merebut lembaran - lembaran itu dari tangan Danny. Satu kata untuk Vivianne. GILA!
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends Special Edition (Joo - Kyun)
FanfictionDanny, melanglang buana mencari pekerjaan di Australia berbekal Work and Holiday Visa. Suatu saat, ia berhasil mengikuti test perusahaan impiannya yaitu Arc ~ en ~ ciel Perfume Pty Ltd dan lolos. Tapi, ternyata perusahaan itu tak lagi memberikan off...