Richard

139 28 26
                                    

Ren menatap Danny dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Lo bisa nggak sih pake bajunya biasa aja. Heboh amat. Bisa - bisa tamu undangan di gereja nggak fokus ke pengantennya malah ke lo" kata Ren.

"Gue biasanya nggak pake baju. Gimana dong?"

"Gue bilangin si mama ya, biar di rukyah lo ntar"

Danny memutar kedua bola matanya, ia langsung mengganti gaun pendek backlessnya dengan pakaian yang lebih sopan.

Beberapa menit kemudian

"Good luck girls"

Sri mengecup wajah Ren dan Danny bergantian.

***

Matthew memandangi cermin, menatap pantulan dirinya yang terlihat tampan memakai stelan suit berwarna hitam. Danny hanya mengirimi ucapan semoga beruntung padanya pagi ini tanpa pembahasan lebih lanjut. Seseorang mengetuk pintu ruang tunggu. Marvin tersenyum begitu kakaknya mempersilahkan masuk. Menggendong Prince yang memegangi mainan karet berbentuk Stegosaurus.

"I don't know what to say brother" Marvin meletakkan Prince di lantai, membiarkan bocah kecil itu berlarian.

"It's better for you not to say anything. Before i run away from this stupid occasion" Matthew menatap Marvin lewat kaca di hadapannya.

Marvin terkekeh, ia menepuk kedua bahu Matthew. Kemudian keluar bersama Prince dari ruang tunggu. Matthew menghela nafas, bahkan kedua orang tuanya tidak ada yang datang menghampirinya hanya untuk sekedar say hello.

"Sir. It's time to go" kata salah satu staff wedding organizer pada Matthew.

Pria itu mengangguk, menatap ke cermin sekali lagi sebelum melangkahkan kakinya menuju altar.

***

Danny sengaja memasuki aula gereja pada detik - detik terakhir. Tak ingin semua teman - teman Matthew melihatnya datang. Ia segera duduk di samping Ren yang sedari tadi menyilangkan kedua kakinya karena bosan. Wedding MC mengetuk microphone, memberi tahu tamu undangan jika mempelai pria akan memasuki ruangan. Danny berusaha mati - matian untuk tidak tertawa saat kekasihnya masuk dengan wajah serius juga frustasi.

"Bukannya kasian malah ketawa. Pacar laknat emang" omel Ren pada Danny.

"Duh, mana lupa gue foto lagi. Mukanya nggak nyantai" sahut Danny mengambil smartphone dari sakunya.

Danny mengangkat wajah, tatapannya terpaku pada seseorang yang juga tengah menatapnya saat ini. Pria itu menyunggingkan senyum. Dannypun melakukan hal yang sama. Mereka berdua berharap agar rencana ini berhasil. Mereka kembali fokus saat mempelai wanita di minta masuk.

Terdengar suara gaduh tepat di pintu masuk. Danny sibuk memandangi kuku jemari tangannya. Ren tertawa, pasti ini ulah sahabatnya.

"Excuse me, ma'am" sang WO menghampiri Vivianne, langkahnya terburu - buru dan ekspresinya tampak kebingungan.

Wanita itu menunjukkan sebuah surat pada ibunda Matthew. Vivianne mengumpat langsung di hadapan calon besannya.

"Your daughter just run away from the wedding with her boyfriend. This is embarrassing!" Teriaknya.

Matthew masih mematung di depan altar. Apa ia baru saja di tinggal oleh mempelai wanita?

Tak lama kemudian para tamu memilih untuk keluar dari aula, membawa serta gosip untuk di sebarluaskan ketika pergi dari tempat itu. Danny juga Ren segera berbaur dengan keramaian. Mereka sudah selesai di sini. Sementara para sahabat Matthew masih tetap tinggal. Mencoba menghibur Matthew yang masih mencerna keadaan.

Danny sudah terlebih dahulu melakukan riset mengenai Jolin. Ayahnya mempunyai hutang cukup besar pada Vivi. Karena tak sanggup membayar hutang, ia secara sukarela menyerahkan Jolin sebagai tebusan. Menjadikannya calon pengantin Matthew tanpa berpikir panjang. Daniella tahu, Jolin sudah punya kekasih. Bahkan gadis itu tengah hamil muda.

Jolin dan kekasihnya tampak kalut. Saling berpegangan tangan dalam tangis saat menghabiskan waktu di suatu kafe. Danny tidak ingin ada tragedi Romeo and Juliette. Jadi, ia datang menawarkan sebuah bantuan. Memberi Jolin juga pria yang ada bersamanya sebuah tiket, tempat menginap selama seminggu juga uang saku selama kabur. Syaratnya mudah, Jolin tidak boleh hadir saat pernikahan.

Tapi, Jolin seorang family woman. Ia masih memikirkan kemungkinan buruk jika ia nekat kabur. Di luar rencana, Richard bergabung. Menjanjikan pelunasan hutang, ia menuliskan nominal di atas secarik cek. Menyerahkannya pada Jolin secara sukarela. Motifnya? Richard ingin sekali saja dapat membantu putranya bahagia.

Sepasang kekasih itu akhirnya setuju, lalu meninggalkan Danny juga sang papa mertua.

"You following me, sir?" Tanya Danny masih menikmati lollipopnya.

"Actually we run into each other. Destiny bring us together. I never know if you are tryin to save my son too. Lady" Pria paruh baya itu menepuk kepala Danny pelan.

"Sometimes we did something that never expected because of love isn't it?" Danny menoleh ke arah Richard, saling bertukar pandang. Ayah Matthew tak menjawab. Daniella tahu pria itu tengah memikirkan sesuatu.

"Admit it. You also did the same thing" Danny terkekeh, membelah permen menggunakan gigi gerahamnya.

Richard menatap ke luar jendela kafe.

"Om dulu waktu selingkuh. Pasti niatnya cuma buat cari perhatian tante vivi kan? Tapi, dia malah sibuk terus ngebangun bisnisnya. Sampe akhirnya om kebablasan, Kak Miley hadir dalam hidup om. Mamanya Kak Miley dulu meninggal karena apa om?"

"Kanker otak"

"Kenapa om nggak ninggalin Kak Miley di panti asuhan? Om nggak tega kan? Om lebih milih ngadepin amukan Tante Vivi daripada harus pisah sama anak yang Om cinta.

Tau nggak kenapa Tante Vivi nerima Kak Miley sampe di asah jadi wanita karir yang sukses?"

Richard menggeleng. Ia juga masih tak habis pikir kenapa istrinya melakukan hal itu.

"Dia juga ngerasa bersalah karena uda bikin om kayak gitu. Makanya dia mau ngerawat Kak Miley. Walaupun aku yakin, hati beliau sakit tiap kali liat Kak Miley.

Om juga tau kalo selama ini Tante Vivi punya bisnis terlarang. Kenapa om diem aja? Karena om sayang juga kan sama istri om? Pokoknya apapun yang Tante Vivi lakuin, om nggak keberatan selama istri om bahagia. Tapi, apakah itu bisa disebut bahagia yang sesungguhnya?

Lucu ya, saling cinta tapi pura - pura kalo rasa itu nggak ada. Pepatah bilang gelas yang pecah itu nggak bisa di satuin lagi. Begitu juga dengan perasaan, kalo uda di khianati bakalan susah percaya lagi. Tapi, nggak ada salahnya kan buat mulai kembali. Semuanya bisa di bicarain dari hati ke hati.

Om sama tante belom bener bener nyoba buat berdamai sama masa lalu sih. Makanya hati kalian masih sakit sampai sekarang.

Ah, i have to go. See you in wedding day papa" Danny segera beranjak, meninggalkan Richard dengan gelas teh yang hampir kosong.

Gadis itu baru saja memberi Richard sebuah pelajaran berharga yang selama ini tak pernah terpikir olehnya. Tak salah jika Matthew jatuh cinta pada Daniella.

Friends Special Edition (Joo - Kyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang