Sesampainya di kantor, Danny segera menuju pantry.
"Need something Dan?"
"Mau bikin kopi"
Harry seketika membuka laci, membacakan serentetan kopi instan yang ada di dalamnya. Daniella tertawa, dia tidak membutuhkan itu. Dia perlu cup kosong guna menampung air dari coffee maker yang akan dia pakai.
"Kamu mau pake itu?" Tanya Harry.
"Lah iya. Emang ini buat pajangan doang?" Sahut Danny.
"Setengah taun alat itu di sini. Nggak ada yang make sih. Masih baru, so yes. Itu cuma pajangan" balas Harry.
Danny ber wow ria, lantas ia segera mengecek segala sesuatunya. Bagaimana bisa coffee maker semahal ini tidak pernah di pakai.
"Kenapa nggak pernah ada yang pake?" Danny membersihkan wadah penampung coffee bean.
"Ya nggak ada yang tahu cara makenya. Kita juga nggak tahu kenapa madam nyuruh departemen General Affair buat beli. It's useless, buang buang duit" kata Harry mengamati Danny yang sudah menuangkan biji kopi. Mensetting suhu, memencet tombol tombol dan mesin itu berdesing halus.
Danny menaruh cangkir ungu miliknya di bawah pipet stainless. Tak lama kemudian tetes hitam kecoklatan mulai keluar.
Smartphonenya berdering.
"Babe" sapanya tersenyum.
"Sarapan lagi kamu tuh. Gimana? Uda berpulang orangnya?"
"Hush. Ngawur kamu mas. Iya, tadi aku uda makan roti tadi"
"Kamu nggak papa? Suara kamu lemes gitu"
"Rada pusing sih mas. Ni, aku lagi bikin latte"
"Nanti aku jemput. ON TIME!"
"Galak banget ampun"
"Al, perusahaan mah kalo karyawan mati bisa cari lagi. Jangan terlalu sayang sama perusahaan. Karena perusahaan belum tentu sayang sama kamu"
"Tapi, mas sayang kan ama aku?"
"Duh Gusti. Kalo itu nggak usah di tanya"
Danny tertawa, masih memegangi handphone yang menempel pada sisi kiri wajah.
"I do love you baby"
"I do love you too, bye"
Harry memasang komuk ber cie - cie pada Danny.
"Alaric?" Tanya Harry.
"What? No!" Balas Danny melemparkan tatapan yang bearti WOW ITU SANGAT TIDAK MUNGKIN.
"Kamu udah denger gosip terbaru di kantor?"
Danny menggeleng, menyesap foam yang menjadi lapisan paling atas. Ia menambahkan bubuk kayu manis untuk menambah rasa.
"Satu. Mereka bilang kamu sama Alaric itu pacaran. Apa ya, katanya Mr Franklin kalo sama kamu matanya itu lho. Sparkling" Harry mencontohkan ledakan kembang api menggunakan kedua tangan dan wajah kocaknya. Danny tertawa.
"Alaric memang manis. Tapi, dia cocoknya jadi adek aku kali. Dua?" Sahut Daniella.
"Mereka bilang kalo kamu sekarang uda kayak Zafrina versi mudanya. Tapi, kamu versi baik dan bersahabat. Kalo madam, ya kamu tau sendiri lah" Harry menatapnya.
"Mirip di mananya?" Tanya Danny penasaran.
"Your face, your stare, your intonation whenever comes into serious problem. You are smart Danny. But, i don't why Madam Zafrina seems hate you so much. Bahkan kamu pernah di teriakin kan pas minta tanda tangan dokumen dari departemen perencanaan. Walopun yang salah mereka"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends Special Edition (Joo - Kyun)
FanfictionDanny, melanglang buana mencari pekerjaan di Australia berbekal Work and Holiday Visa. Suatu saat, ia berhasil mengikuti test perusahaan impiannya yaitu Arc ~ en ~ ciel Perfume Pty Ltd dan lolos. Tapi, ternyata perusahaan itu tak lagi memberikan off...