Danny and Tyo

145 31 42
                                    

Seminggu kemudian

"Salam buat yang lain ya kak" Danny berhenti melangkah. Memandangi Minara yang masih menggandeng tangannya.

"Matthew juga?" Alex mengaduh, karena Minara menginjak ujung kakinya.

Daniella tertawa, mereka memang pasangan yang cocok.

"Boleh minta nomer hp lo Dan?" tanya Minara berhati – hati jika Danny akan tersinggung.

Daniella menggeleng, meminta maaf. Minara tersenyum, mengusak rambut abu gadis yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri.

"Nanti kalo ada apa – apa, telphon kantor gue aja kak. Gue stand by kok, kalo nggak pasti beberapa jam kemudian gue telphon balik" balas Danny, Minara mengangguk.

"That's okay. Makasi banyak ya, selama di sini kita jadi kayak tamu VVIP. Dikasih servis banyak banget. Sampe dianter ke bandara segala" kata Alex menepuk pipi kiri Danny, ia dapat merasakan tulang rahangnya yang timbul.

"Jangan lupa kasi review bintang lima. Nanti, gue kasih voucher lagi bang" perkataan Danny membuat Minara dan Alex tertawa.

"Makan yang banyak napa Dan" Minara memegangi kedua pipi Daniella, seingatnya dulu pipi adiknya ini masih bisa dicubit dan digigit. Sekarang, tirus sekali. Garis wajahnya terlihat jelas tanpa di beri contour.

"Salah! Yang bener itu, Daniella. Gimanapun caranya lu harus Bahagia. Hati yang Bahagia adalah kuncinya" Alex menatap Minara yang sama sekali tak membantah. Omongan suaminya benar, tak perlu didebatkan lagi.

Danny tersenyum, memeluk mereka bergantian. Sebelum akhirnya melambaikan kedua tangan dan menatap punggung keduanya yang menjauh.

"Bahagia ya?" ucap Danny dalam hati

***

Danny melepas jaket begitu masuk ke dalam ruang kerjanya, blusnya terangkat. Menampakkan perut rata Daniella. Tangannya reflex menyentuh bagian tubuhnya yang sekarang terbuka.

"Hey seksi" suara Tyo yang baru saja membuka pintu membuat Danny terkejut.

"Hey seksi" suara Tyo yang baru saja membuka pintu membuat Danny terkejut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat Danny menyentuh perut, ia segera memeluk Danny dari belakang. Melingkarkan kedua tangan pada pinggang Sang Direktur. Turut menempatkan jemari di atas permukaan yang tak rata.

"Kenapa sih? Sakit?" Danny dapat mendengar deru nafas Tyo di telinganya.

Danny menggeleng. Membuat Tyo otomatis membalikkan tubuh Daniella agar menghadap padanya.

"Kiss me" Tyo memajukan bibir pucatnya pada Danny.

"Ndasmu!" Danny mencubit bibir Tyo, lalu duduk.

Tyo tertawa, duduk di tepian meja Danny. Sembari memainkan diffuser lucu milik Sang Direktur.

"Kok malah nongkrong di sini? Kerja sana!" kata Danny merebut benda itu dari tangan Tyo.

"Ya ampun, galak banget. Lagi dapet bulanan kamu?" Tyo memasang ekspresi kaget menggemaskan.

"Uda selese dari minggu lalu" sahut Danny menekan tombol on, aroma mint menguar dari uap yang di timbulkan oleh diffuser pinknya.

"Wah, bisa nunu nana dong?" Ledek Tyo membuat Danny bangkit dan menjewer telinga Tyo. Membawanya ke balkon ruang kerja mereka yang menghadap langsung kea rah pantai.

Tyo mengaduh saat Danny melepas tangannya, kini gadis itu menyilangkan kedua tangan di depan dada. Pandangannya menjelajah ke sekitar. Entah apa yang ia tatap sekarang dan apa pula yang memenuhi pikirannya hingga membisu seperti ini.

Tyo kembali merangkul Danny, menyandarkan kepala Danny pada bahunya.

"Ambil cuti aja gih" usul Tyo mengecup pucuk kepala Daniella.

Mereka sudah bekerja sama sejak dua tahun yang lalu, setahun pertama Tyo full menghandle semuanya sendiri. Sampai akhirnya malam itu Danny meminta Tyo untuk menjemputnya di bandara. Wajah gadis itu sembab, sendu dan tak bersemangat. Sekarang mereka terbiasa mengurus segalanya bersama, Tyo merasa pekerjaannya lebih ringan. Karena Daniella sudah sangat ahli dalam menangani pekerjaan direktur. Tapi, Tyo melihat ada hal lain yang Daniella coba sembunyikan dalam jabatan Direktur.

Tiga bulan pertama, Danny masih sering melamun. Menolak ajakan makan siang Tyo dengan segudang alasan. Padahal ia sengaja meluangkan waktu istirahatnya untuk menangis. Tyo mendengarnya saat ia keluar dari ruangan, ia sengaja tak langsung pergi. Mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pada bulan ke enam, Daniella jatuh sakit. Mau tak mau Tyo lah yang merawatnya di rumah sakit. Tyo tidak pernah menanyakan siapa keluarga Danny, bagaimana kehidupannya di Australia. Jika Danny butuh tempat berkeluh kesah dan ia mempercayakannya Tyo sebagai pendengar. Danny pasti akan memulai ceritanya bukan?

Malam itu, ia menemukan Danny mabuk di bar. Tak ada yang berani mendekat pada gadis berjaket kulit dengan jeans robek yang baru saja menghajar dua orang hidung belang menurut info dari sang bartender saat Tyo duduk di hadapannya. Tyo terkekeh, ia baru tahu jika Danny semaskulin itu. Baru mau menyesap gelas ketiga, Danny tampak mengerjap. Memegangi kepalanya yang sakit. Pastilah gadis itu sudah sangat mabuk. Saat akan jatuh dari tempat duduk. Tyo terlebih dahulu menangkap Danny, walaupun ia sendiri juga tengah pening.

"Tyo, my Tyo" Danny tersenyum kecil, memeluk leher Tyo dan memberi sebuah kecupan bearoma wiski pada bibir pria itu.

Asal kalian tahu saja, mereka berakhir dengan one night stand. Anehnya, setelah kejadian. Mereka malah jadi makin akrab satu sama lain.

Karena sudah sama – sama dewasa, mereka tak terlalu menganggap pusing masalah malam itu. Apalagi saat Daniella tahu jika Tyo menyukai seseorang. Pria tampan yang sering mampir ke kafe Resort untuk memesan nasi goreng sambal matah. Menu special buatan Tyo tiap hari kamis.

Makanya jangan heran jika Tyo sering menggoda Danny. Terkadang ia juga tak segan melemparkan dirty jokes pada partner in crimenya. Membuat Danny tertawa jika sedang dalam mood yang bagus. Sebaliknya, apabila waktu tidak tepat. Daniella akan menjepret Tyo menggunakan karet gelang tepat pada dahi. Melempar botol, buku, apapun yang ada di dekatnya pada Tyo.

***

"Persiapan acara buat minggu depan udah berapa persen?" tanya Danny mengunyah French fries.

"Uda 90%" Tyo menyombongkan diri.

Minggu depan akan ada seminar internasional, penyelenggara memilih Resort Daniella karena tempatnya paling mudah di jangkau dari bandara. Apalagi tempatnya di lengkapi dengan fasilitas ruang meeting elite, penginapan mewah dekat view pantai, restoran bintang lima dan tempat oleh – oleh wewangian khas bali. Paket lengkap, harganya memang tidak murah. Tapi, apa yang di dapatkan memang tidak mengecewakan.

Danny mengangguk, menghabiskan makanannya lalu mengecupi ibu jari serta telunjuk yang terselimuti garam juga penyedap rasa. Tyo menyerahkan botol air mineral pada Danny.

"Ih, pengertian banget. Gimana nggak sayang coba" ledek Danny sebelum meneguk isi botol.

"Halah, sekarang aja ngomong begitu. Aslinya antara bibir sama hati nggak konek" sahut Tyo menandatangani berkas, kemudian mengopernya pada Danny.

Tyo merinding, tiba – tiba saja Danny tersenyum memandangi dokumen darinya.

"Dulu aku pernah punya temen barista yang namanya sama kayak orang ini" kata Danny menyentuh tulisan nama di atas kertas hvs.

"Kirain apa elahh, aku uda takut kamu kesurupan leak tahu nggak" omel Tyo membuat Danny tertawa.

Friends Special Edition (Joo - Kyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang