Fight

149 32 9
                                    

Sore itu Danny tampak bersemangat. Hari ini ia sudah boleh pulang, setelah seminggu di rawat. Sesuai perjanjian dengan sang ibu. Ia punya waktu seminggu untuk berkemas. Lalu pulang ke Indonesia untuk sementara waktu. Konyol sekali, seumur hidupnya ia tidak pernah bersembunyi. Sekarang Zafrina memintanya untuk melakukan hal itu.

Alaric membantu membawa tas Danny, ia mendapat tugas mengantar kakaknya pulang.

Danny menatap Alaric kesal setelah mendapati surat pengunduran dirinya di tolak.

"Maksud emak lo apaan nih Al? Masak gue nggak boleh resign"

"Mana gue tau. Coba tanya ke emak lo sana. Katanya ini case spesial, jadi anggap aja cuti tak terbatas"

"Ya enak di gue dong. Makan gaji buta"

"Ngimpi anda! Emangnya lagi ngambil cuti maternity leave. Makanya tetep di gaji. Bilangin si Matthew tuh makanya kalo bikin serius dikit biar jadi. Trus kakak hamil, ngelahirin. Cuti tiga bulan deh"

Danny menjewer telinga Alaric kesal.

Tak lama kemudian, Daniella menangkap ekspresi aneh dari Alaric.

"The brakes" ucap pria itu menatap Danny.

"Shit" Danny tidak menyangka akan di kerjai secepat ini.

Ia berusaha berpikir dengan cepat.

"Lo cuma nggak bisa ngerem kan? Belokkin mobil ini ke danau cepet. Lepas sit beltnya" Danny membuka kaca jendela lalu melempar tasnya keluar. Mereka berdua sudah melepas sabuk pengaman. Memastikan tak ada barang yang tertinggal.

"Jump! Now!" Perintah Danny.

Seketika mereka melompat ke sisi yang berbeda.

Alaric segera membantu kakaknya berdiri sementara mobilnya masuk ke danau. Untungnya hari ini selasa pagi, tak ramai orang lalu lalang. Tampaknya mereka harus ke kantor polisi lagi.

***

Zafrina menghambur ke arah Danny terlebih dahulu. Mengecek keadaannya setelah insiden tadi pagi. Baru kemudian memeluk si bungsu. Ia dan Matthew baru saja berdiskusi mengenai hasil olah tkp dari pihak asuransi dan detektif.

"Tadi pas berangkat remnya masih normal ma, sumpah" Alaric menggigit ibu jarinya.

"Hey. Hey. That's okay" Zafrina mengusap tengkuk Alaric pelan.

Danny menepuk nepuk tangan adiknya, mengatakan jika itu semua bukan salah Alaric.

"Kita harus balik ke kantor, mama uda pesen taksi online barusan. Matt, jagain Danny. Okay?" Zafrina memeluk Daniella, mengecupi telinga, pelipis. Mengusap wajah putrinya sebelum pergi.

Zafrina menatap Matt yang langsung di balas dengan anggukan. Mama Danny menepuk pipi Matt, lalu bersama Alaric melangkah keluar dari rumah Matthew.

Danny duduk di samping Matt yang mengusap wajahnya dengan kasar. Lalu membawa laki - laki itu ke dalam pelukannya.

Danny selalu was - was saat Matthew ingin mengatakan sesuatu di saat seperti ini. Ia takut jika Matthew tertekan dan mengucapkan kata berpisah. Padahal itu wajar sekali, karena memaksakan diri dalam keadaan sekarang akan terus melukai Matthew ataupun Danny. Tapi, mereka memilih mengambil jalan itu. Jalan paling berbahaya dan terkesan buta akan cinta.

Padahal tidak seperti itu, ada hal yang mendasari keputusan Danny agar tetap bertahan. Ia sudah berulang kali berkata pada Matthew, tidak apa - apa jika ingin menyerah. Danny sama sekali tidak keberatan. Yah, munafik kalau ia tidak terluka. Bohong sekali jika Danny tidak sedih saat kalimat itu meluncur dari bibirnya.

Friends Special Edition (Joo - Kyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang