Hope

211 30 10
                                    

Tak ada yang spesial setelah kejadian malam itu.

Danny seperti biasa, melayani customer, berbicara dengan mesin kopi, memuji betapa cantiknya warna minuman yang sudah menyatu sempurna dalam cup. Berdebat dengan Kingkong, maksudnya Lucas. Membantu Chris menyiapkan makanan yang akan di display. Bergosip dengan managernya, Minara.

Kalau Matt?

Danny juga tidak mendiamkan Matthew kok. Tetap membuat sarapan, menyapanya ketika bertemu. Mengajaknya bercanda saat luang. Lain halnya dengan Matt, sang owner kafe mulai menyadari hal hal kecil yang sering di lakukan oleh Danny.

Daniella sering menyetel musik di rumah jika Matt belum pulang. Selalu mengecek dapur sebelum tidur untuk memastikan tak ada piring kotor. Suka sekali mem puk puk mesin kopi setelah menghasilkan espresso. Member tetap sudah seperti temannya sendiri. Tiada hari tanpa cekcok dengan Lucas. Bersembunyi di belakang Minara bila sudah terpojokkan. Orang pertama yang mencicipi makanan yang Chris buat.

Ya ampun, seolah semua database tentang wanita itu selalu bertambah tiap harinya. Dua tahun lalu, Matthew tak pernah sekalipun memikirkannya, jangankan berpikir, sekedar ingin tahu saja tidak.

Pada saat jam makan siang Nusantara Coffee selalu membalikkan tag open menjadi rest. Matt tidak mau mereka harus menunggu satu sama lain selesai makan. Jadilah, mereka selalu makan bersama di pantry. Minaralah yang mengusulkan untuk catering makanan bagi para karyawan tiap harinya. Biasanya akan ada sesi curcol dadakan.

Kebiasaan Danny, ia akan memberikan separuh porsi makan siang miliknya secara random ke siapa saja. Kecuali si bos.

Min sudah terlebih dahulu selesai makan. Luke memangku kotak makannya secara defensif. Begitu juga Chris begitu melihat gelagat Danny. Hanya ada Matt sekarang. Jadilah, Danny mengalihkan separuh porsinya pada Matthew.

"Loh. Kok aku? Biasanya kan kalo nggak Min, Luke apa Chris" protes Matt.

"Bapak nggak liat mereka semua uda pada nyelametin diri masing - masing? Tinggal punya bapak aja yang tempet makannya masih keliatan" jawab Danny membuat Lucas tertawa.

"Kamu tuh kenapa sih? Makanannya nggak enak apa gimana?" Tanya Matt pasrah.

"Dia punya maagh akut sama asam lambung tinggi. Nggak bisa makan banyak walopun dia pengen. Kalo di paksa, dia suka muntah. Jangan heran stok tolak angin kita yang ngabisin dia" oceh Minara memberikan Danny segelas besar air putih.

Matt baru tahu.

"Kalo orang lain mabok wine, bir, cocktail. Dia mah mabok kopi, teh sama sirup" ledek Lucas menyelesaikan makan siangnya.

"Cola juga pernah. Pas kita nonton apa ya. Kan kita beli popcorn sepaket sama soda. Eh dia cepet banget makannya, abis itu minum tanpa jeda. Nggak lama tiba - tiba lari keluar. Balik balik pucet, minta permen mint. Ya itu, abis muntah. Kelar nonton, ngeluh laper. Makan steak. Cuma secuil doang yang di makan. Sisanya kita bagi dua ya Luke?" Chris ikut merapikan tempat makannya.

"Enak kalo kulineran ajak dia mah. Icip doang, kita yang kenyang" ledek Lucas yang langsung di jawab oleh Danny lewat cubitan pada pinggang.

Matt iri melihat kedekatan Danny dan Lucas. Mereka sepertinya sudah terbiasa meledek satu sama lain tanpa harus tersinggung.

"Pulang kerja ke China Town yuk" ajak Chris.

"Ngapain?" Balas Danny.

"Liat barongsai" lanjut Chris.

"Nggak perlu jauh - jauh kali. Nih, uda ada" tunjuk Dannya ke arah Lucas.

"Syalan lo ya!" Lucas berniat mengejar Danny.

Friends Special Edition (Joo - Kyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang