Pulang

163 32 2
                                    

Danny mengantar Matthew dan putranya ke bandara hari ini. Kemana Lucas dan Freya? mereka mengambil penerbangan berbeda kemarin sore. Jadi, mereka berempat tidak pulang bersama.

Prince menggandeng kelingking Daniella tak bersemangat. Sedari tadi ia terus mengayunkan jemari tanpa melihat ke arah sang Bubu. Tidak, Prince tidak tantrum ataupun mengomel. Hanya diam, membuat Danny makin tidak tega mengantar kepergian si kecil.

"Prince ada yang mau di sampein ke Bubukah?" Danny mengajak Prince duduk di sampingnya. Sementara sang ayah tengah membeli kopi di salah satu sudut bandara.

"I am happy if Bubu happy" Prince mengayunkan kedua kakinya, masih menolak kontak mata.

"Tapi, Prince nggak keliatan happy. Bubu jadi sedih"

Nada bicara Daniella membuat Prince khawatir dan menoleh. Danny membantu Prince duduk menghadapnya saat di pangku. Seperti koala kecil yang melendot pada induk.

"Kata dada, bubu bahagia di sini. Makanya, bubu nggak ikut Plince pulang sama dada" Prince menyandarkan pipi ke dada Danny.

Danny terkekeh, anak seumur Prince mencoba mengaplikasikan konsep mengikhlaskan. Sungguh lucu, bahkan Daniella yang usianya berkali kali lipat dari Prince saja masih kesulitan berhadapan dengan kata ikhlas.

"Nanti kalo Prince kangen bubu, Prince bisa main lagi kesini. Jangan lupa ijin dada kalo mau ketemu bubu ya?" Danny mendekap Prince ke dalam pelukannya.

"Plince boleh minta nomol bubu nggak?" seketika si kecil mendongak.

Daniella tertawa, Rasanya seperti sedang di PDKT oleh calon gebetan.

"Boleh, simpan baik - baik ya nomornya bubu. Minta tolong ke dada kalo mau telphon bubu. Okay, ganteng?"

Prince mengangguk, membiarkan sang ibu menuliskan nomor handphone pada suatu note lucu bergambarkan rabbit yang di ambil dari dalam tas tangan.

Prince menempelkan ujung hidung mungilnya pada kertas pemberian Danny, apapun benda kepunyaan sang bubu. Pasti mempunyai wangi yang enak tuk di hirup.

"Bubu, kalo Plince ada acala sekolah. Bubu bisa dateng nggak? Masak mama Minala telus yang dateng"

Daniella mengusap dahi Prince yang berkeringat.

"Memangnya kenapa kalo mama Minara yang dateng sayang?"

Danny masih mengamati Prince yang mengusap kertas berisikan nomor handphonenya.

"Kan mama Minala bukan mommynya Plince. Mommynya Plince ya bubu"

Danny menghela nafas, bagaimana menjelaskannya kalau begini?

"Nanti kalo bubu ada waktu, pasti dateng kok" Matthew menyerahkan cup berisi ice chocolate pada Daniella.

"Leally?" tanya Prince dengan senyum terkembang.

"Bubu usahain asal Prince jadi anak yang baik dan nurut sama dada" Danny menyodorkan ujung sedotan pada Prince, si kecil meneguknya perlahan.

"Emmm, delicious" kata Prince mengambil alih cup grande dari tangan Daniella. Membuat mereka tertawa.

"Mau punyaku? Cold brew, low acid" Matthew menawarkan minumannya.

Danny berpikir sejenak. Ia lumayan haus, jadi mau tak mau ia meneguk kopi milik Matthew.

"Thanks" ucap Danny menyunggingkan senyum, Matthew mengangguk. Lalu kembali melanjutkan acara minum kopinya.

"Kamu dapet email nggak semalem?" tanya Matt iseng membuka buka halaman passportnya dan Prince.

Friends Special Edition (Joo - Kyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang