Jackpot

166 35 12
                                    

Sudah hampir tengah malam dan Danny belum bisa memejamkan kedua matanya. Ya ampun besok dia harus menemani calon investor dari Korea yang akan berkunjung ke perusahaan. Padahal ia sudah menyalakan lilin aromaterapi wangi Lavender, minum teh chamomile juga. Kalau ia tak kunjung tidur, mata panda akan menghiasi wajahnya. Haruskah ia minum obat tidur?

***

Matthew baru saja mematikan laptop ketika pintu kamarnya terketuk.

"My Allie. Heh, uda jam berapa ini? Kenapa belum tidur?" sapanya mendapati kekasihnya datang sambil memeluk bantal guling.

"Makanya itu. Padahal besok meeting mas. Huhuhuhu" Danny mengeluarkan isakan palsu.

"You need bed stories? Lullaby? Come in" Matt mempersilahkan Danny masuk.

Gadisnya langsung melompat ke tempat tidur Matthew. Membenahi bantal sebelum meletakkan kepala.

"Jangan lepas kacamatanya!" Cegah Danny.

Matthew menatap Danny.

"Soalnya mas ganteng kalo pake kacamata" Danny tersenyum membuat Matthew melompat ke sampingnya.

Mendekap Danny erat erat dalam pelukannya. Mengecupi wajah sang kekasih bertubi - tubi. Membuat Daniella tertawa. Kemudian ia menyadari sesuatu. Tangan kanannya meraih wajah Matthew. Mereka berpandangan sejenak.

"Belom cukuran mas?" Tanya Danny mengelus dagu Matt.

"Kentara banget ya? Baru kemaren juga kamu nggak ketemu aku padahal" balas Matt ikut menyentuh sisi wajahnya sendiri.

Ya, kemarin Daniella tidak sempat pulang karena harus memantau uji coba parfum baru. Sampai kepalanya migrain karena terlalu banyak menghirup wewangian. Nafsu makannya hilang, jika Matt tidak menanyakannya malam itu. Mungkin ia akan tidur di lab kantor bersama yang lain. Untungnya Danny sudah menaruh beberapa stelan baju di apartemennya. Jadi, ia bisa bermalam di sana tanpa khawatir tak ada baju ganti. Sudah dua bulan ia bekerja di sana. Tapi, Zafrina memberinya pekerjaan yang aneh - aneh. Ia sendiri tidak keberatan, mengingat ia lulusan ISIPCA. Terjun langsung ke tempat pembuatan parfum bukanlah hal yang baru. Tapi, setau Danny. Ini bukan tugas Secondary Assistant.

Matt sempat komplain ke Danny karena beberapa kali mereka melewatkan kencan karena Zafrina menyita waktunya saat weekend. Matt juga pernah memergoki Zafrina berteriak pada kekasihny lewat telephon. Danny hanya menjauhkan smartphone dari telinganya dan menghela nafas panjang sebelum akhirnya menjawab. Bos gila!

"Besok pagi aku cukur deh" kata Matt kemudian.

Ia mendekatkan wajah, berusaha menempelkan bibirnya ke bibir Danny. Tapi...

Krek!

Suara kacamatanya yang tertekan saat memersatukan wajah mereka berdua membuat Danny tertawa.

"Damn! I just try to kiss my girl" ujar Matt mengomeli kacamatanya.

Setelah Matt melepas benda itu, Danny terlebih dahulu meraih wajah kekasihnya. Selanjutnya naluri mereka yang mengambil alih. Beberapa menit kemudian Danny dan Matt memisahkan diri untuk mengambil nafas.

Matt tertawa kecil melihat betapa merahnya bibir Danny sekarang.

"Jangan kenceng kenceng napa. Nanti bibirku bengkak mas" kata Danny menyadari betapa sensitif bibirnya tiap kali berciuman agak lama.

Matt terkekeh, lalu mengecup kening Danny. Membiarkan Danny meletakkan kepala di dadanya. Tangan Matthew menepuk punggung Daniella pelan. Sementara Danny mulai memejamkan kedua mata. Tak lama kemudian terdengar dengkuran halus Danny yang seperti anak kucing. Matt mengecup pucuk kepala gadisnya pelan. Lalu ia ikut terlelap.

***

Paginya,

Danny mendapati Matt tidak ada di sampingnya. Ia segera bangun, merapikan rambut sebisanya dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Gadia itu berniat menyiapkan sarapan seperti biasa. Tapi, ia menemukan Matthew tengah sibuk menata alat makan di meja. Lengkap dengan apron navy bermotif batik mega mendung.

Danny memeluk pinggang Matt dari samping, menyandarkan pipi ke bahu Matthew manja.

"Pagi" Matt mengecup wajah Danny sekenanya.

"Thanks for the breakfast" kata Danny mengusap matanya sambil menguap.

Matt tertawa, mengusap rambut Daniella yang kini berwarna blonde.

Baru makan beberapa suap, handphone Danny sudah mengeluarkan suara gaduh.

Melihat nama yang tertera di sana, Matt melarang Danny mengangkatnya. Ini masih jam enam pagi lewat 15 menit. Sebagian orang malahan masih tidur. Kenapa juga Danny harus mengangkatnya. Daniella menggenggam tangan Matt. Jemarinya men slide tombol hijau.

"I need.. hhh, hhh"

"Ma'am. Are you okay?"

"Omeprazole, ranitidine, paracetamol 500 mg, histigo. Now!"

Sambungan terputus, Danny berusaha menjernihkan pikirannya.

"Mas. Tolong anterin aku ke apotik 24 jam. Aku harus beli obat sekarang juga buat di anter ke Nyonya Quinn. Bisa? Soalnya aku nggak bawa mobil hari ini" Danny menatap Matt yang sebenarnya hampir meledak.

Matt mengangguk, Danny memberinya sebuah kecupan kecil di pipi sebelum berganti baju.

***

Danny dengan tergesa memencet password rumah yang Alaric berikan padanya. Ia segera masuk, mencari letak kamar utama. Di sanalah Zafrina meringkuk kesakitan, memegangi perutnya. Danny segera mengambil botol air mineral, membantu wanita paruh baya itu untuk bangun. Ia segera memberikan omeprazole terlebih dahulu.

"Eat this first" Daniella membuka kotak bekal berisi oatmeal lezat buatan Matt untuk sarapan tadi.

"I don't want it!" Sahut Zafrina ketus.

"Then go to hospital by your self. I have to go, there is an important meeting this morning. I can't baby sitting you here" balas Danny lebih galak.

Zafrina tersinggung karena Danny meninggikan suaranya.

Danny masih mengangkat sendok berisikan oatmeal. Zafrina terpaksa memakannya. Danny memaksa bosnya makan lebih dari tiga suap. Baru kemudian memberi ranitidine serta histigo. Jika sakitnya masih terasa, barulah ia menyuruh Zafrina mengonsumsi paracetamolnya. Beberapa kemudian, terdengar bunyi bel.

"Where are you going?"

"Aku barusan manggil Dr. Brown kesini. Alaric yang suruh, aku perlu bukain pintu kan?"

Danny memutar kedua bola matanya.

Dokter melakukan pemeriksaan terlebih dahulu, menanyakan beberapa hal, melakukan diagnosa. Kemudian memberi resep untuk di tebus.

"Your daughter in law?" Tanya sang dokter, menoleh ke arah Danny yang sedari tadi berdiri di samping ranjang.

Zafrina mendengus, mengomeli Dr Brown karena pertanyaannya sangat tidak lucu.

"You're alone?" Kini Dr Brown tengah berkemas.

"Just go, Billy" usir Zafrina.

"I am so sorry doctor. Dia jadi rewel seperti anak bayi saat sakit seperti ini" kata Danny merasa tak enak.

"I know. Get well soon Zaf" Dokter itu terkekeh. Membiarkan Danny mengantarnya ke depan.

***

Danny berlari ke sumber suara, Zafrina tadi meneriakkan namanya. Terlihat aneh, Danny segera menghampiri Nyonya Quinn di tempat tidur. Baru saja memegangi tubuh sang bos. Daniella mendapatkan hadiah.

"Bwekk"

Zafrina baru saja memuntahkan isi perutnya di pangkuan Danny. Jackpot!

Friends Special Edition (Joo - Kyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang