Friend

209 33 22
                                    

Terdengar sapaan Lucas saat David memasuki kafe. Sementara Danny masih sibuk dengan pikirannya sampai - sampai David harus mengetuk meja kasir agar wanita itu fokus.

"Ngelamun kamu cil?" Tanya David.

"Nggak. Ngelawak akutuh. Bang David mau pesen apa?" Danny tampak fokus menatap layar menu.

"Coconut latte satu sama ice americano satu, pake gelas aja, di luar. Okay, mau ngobrol sama Alex" Sahut David.

"Siap bos" Danny mengetuk dua menu secara bergantian. Lalu menerima pembayaran cash dan mencetak struk untuk pelanggan.

Lucas mengamati Danny yang tidak konsen membuat pesanannya.

"Sini, sini. Gue aja" Lucas segera mengambil alih.

Chris mem puk puk kepala Danny, memberinya beberapa lollipop dari saku apronnya. Setelah pesanan selesai, Luke berniat mengantarnya. Tapi, Danny bersikeras untuk melakukan hal itu. Chris mengangguk, memberi isyarat pada Lucas agar menuruti Danny. Daripada nanti ada perang dunia.

"Coconut latte and ice americano" kata Danny menyajikan kedua minuman dingin ke hadapan David.

"Thengkyu cil. Heh, kamu kenapa? Sini duduk dulu" David menyodorkan kursi kosong di sebelahnya. Bagaimanapun Danny pernah bekerja sebagai salah satu karyawan High Hopes. Sebagai mantan bos, David tau sekali jika ada yang tidak beres pada Danny.

Danny memangku nampan sembari membuka bungkus lollipop. Sekarang ia duduk di hadapan David.

"Ono masalah opo?"
Trans : ada masalah apa?

Danny hampir terbahak ketika logat jawa David keluar. Walaupun berstatus kewarganegaraan Australia. David menghabiskan masa kecil dan remaja di Jogja. Setelah berusia 16 tahun, ia memilih menjadi warga negara negeri kangguru. Bukannya tak cinta indonesia, David mengikuti kemauan sang ayah untuk hijrah, demi kehidupan yang lebih baik.

"Nggak ono masalah opo opo kang"
Trans : Nggak ada masalah apa - apa bro

David tertawa mendengar Danny menjawab dengan logat jawa yang di buat buat.

"Ngapusi doso lho cil" David meneguk lattenya.
Trans : Bohong itu dosa lho cil

"Emang bang David bisa bantuin kalo aku ada masalah?" Daniella memilin ujung stick permen di tangannya.

"Apa dulu masalahnya? Bapak kamu ngutang ke rentenir, trus kamu di jadiin jaminan gitu? Apa kamu nggak sengaja mecahin guci antik peninggalan dinasti Ming?" David menatap Danny.

"Kebanyakan nonton drama bang David ini" sahut Danny tertawa.

"Ya terus apa? Kamu nggak bilang. Kakangmu ini tau dari mana coba? Nggak usah pake kode kode gitu. Aku nggak peka" David mengeluarkan dua coklat bar dari dalam tas, melempar salah satunya pada Danny.

"Mas bisa sponsorin partner visa aku nggak?"

David terdiam, mengurungkan niat untuk mengunyah.

"Kalo itu aku nggak bisa"

"Sudah aku duga. That's okay"

"Kalo bisa nyeponsorin lebih dari satu sih aku mau mau aja. Soalnya kamu pasti nggak ngincer jadi real partnerku. Cuma pengen nebeng namaku biar bisa dapet visa lain buat stay kan?"

Daniella mengangguk. Tapi, kalimat awal David membuat Danny bingung.

"Wait. Bang Dave bilang nyeponsorin lebih dari satu? Itu artinya uda pernah nyeponsorin dong? Kan peraturan sponsor partner visa itu belum pernah jadi sponsor sebelumnya. Kalo nggak sponsor partner visa ya..." perkataan Danny terhenti.

Friends Special Edition (Joo - Kyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang