Melbourne Airport, 03.20 AM
Danny menggeliat, masih menguap kecil hingga kacamata yang ia pakai melorot hingga ke hidung. Ia menyeret travel bag modisnya dalam diam, mengikuti sepinya gate arrival pada jam seperti ini.
Plak!
Danny memegangi kepala belakangnya yang baru saja di pukul oleh seseorang. Memang tidak keras. Yah, tapi cukup membangunkan emosinya yang hari ini belum minum kopi. Dengan gigi gemeletuk, Danny membalikkan tubuh. Bersiap memberi si pemukul bogem mentah.
"Apa?!"
Suara itu membuat Danny tak berkutik, justru malah memberikan senyuman termanis agar masalah tak berlanjut.
"Hello kakkkk"
Alaric memeluk Daniella sangat erat, mengecup hidung mungil sang kakak dengan lembut.
"Kok lo sama mama bisa ada di sini?" bisik Danny.
"Kak Matthew ngasi tau kalo hari ini lo ada Interview. Trus kan lo tau sendiri kalo mama kita itu kayak intel. Dia bisa prediksi apa yang selanjutnya bakalan kita lakuin. Nggak usah kaget begitu" balas Alaric berbisik.
Lalu mereka berdua masih memeluk satu sama lain menoleh ke arah Zafrina. Daniella terkekeh, seketika menubruk ibunya untuk berbagi sebuah pelukan hangat.
"Dasar anak durhaka kamu ya. Pake coba – coba ke Aussie tanpa ngabarin mama pula. Abis interview mau langsung pulang gitu juga rencananya, hah?" bibir Zafrina memang mengomeli Daniella. Namun, jemarinya tetap membelai rambut Danny juga menepuk punggungnya penuh kasih.
Danny hanya cekikikan, apa yang di katakan Zafrina memang benar. Tak ada gunanya mengelak.
Zafrina menangkup kedua pipi Daniella, mengecup kening Danny tanpa protes lebih lanjut.
***
Zafrina membiarkan Daniella meletakkan kepala di pangkuannya begitu sampai di rumah. Mereka tak saling bicara, keduanya hanya ingin menikmati momen melepas rindu.
"Ma, kapan kita nengokkin papa?" ucap Danny, matanya separuh menutup karena mengantuk.
"Abis keputusan mengenai visa kamu keluar, mama sama Alaric bakalan ikut kamu ke Indonesia" jawab Zafrina pelan.
"Yeay" ucap Danny melingkarkan kedua tangan pada perut Zaf.
09.00 AM
"Ih, mama apaan sih. Nggak usah, aku bisa sendiri" keluh Danny saat sang ibu mulai menyalakan hair dryer dan menyentuh rambutnya.
"Nggak usah protes ato mama pecat kamu jadi anak, mau?" balas Zafrina memandangi wajah putrinya dari cermin.
"Selama ini mama belum bisa jadi seorang ibu yang baik buat kamu Vi. Ah, baiknya jangan manggil kamu pake nama kecil itu. Jadi sama kayak besan psycho mama"
Daniella tertawa mendengar perkataan Zafrina.
"Jadi, mulai dari sekarang biarin mama ngelakuin semua hal yang seharusnya mama lakuin buat kamu dan Alaric. What you have to do is accept it without complaining"
Zafrina dan Danny memandangi satu sama lain melalui kaca yang ada di hadapan mereka. Danny menepuk punggung tangan Zafrina di bahunya.
"Oh My God. You are so ugly. I can't help it" Zafrina segera meninggalkan Danny di depan meja rias.
Danny tahu, sang ibu tak ingin menunjukkan air matanya yang hampir jatuh.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends Special Edition (Joo - Kyun)
FanfictionDanny, melanglang buana mencari pekerjaan di Australia berbekal Work and Holiday Visa. Suatu saat, ia berhasil mengikuti test perusahaan impiannya yaitu Arc ~ en ~ ciel Perfume Pty Ltd dan lolos. Tapi, ternyata perusahaan itu tak lagi memberikan off...