Putus Asa

160 31 14
                                    

Matt melangkahkan kakinya menusuri koridor rumah sakit. Awalnya ia mengetuk dengan ragu. Kemudian Alaric membukakan pintu kamar kakaknya. Menyalami Matt dan mempersilahkan Matthew masuk.

"What happening?" Bisik Matt pada Alaric.

"Mereka abis adu bacot" sahut Alaric membuat Danny melotot. Matt dapat melihat perban membalut bahu bagian kirinya dari balik kancing baju yang terbuka.

"Already met your mother?" Tanya Zafrina masih menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Not yet ma'am" jawab Matthew.

"Good. Jangan temui mama kamu dulu sebelum masalah ini selesai. Nah, sekarang saya mau tanya sama kamu. Matthew Martana"

Matthew seketika menegakkan punggung. Tampaknya ini hal yang serius karena Zafrina memanggil nama lengkapnya.

"Sayang sama anak saya?" Zafrina menatapnya lurus.

Alaric hampir saja ber cie cie. Hanya saja situasi tidak mendukung. Bisa - bisa Zafrina melemparkan lampu meja padanya.

"Yes" sahut Matthew dengan mantap.

"Ikhlasin dia" perkataan Zafrina barusan membuat Matthew kaget.

Anehnya Danny tidak memprotes apapun. Apa dia sudah menyerah?

"Kenapa diem aja? JAWAB!" Suara Zafrina meninggi, membuat Alaric membisu.

"Jika itu yang terbaik buat Daniella. Saya ikhlas" Matthew menjawabnya tanpa ragu. Mencoba mencari sebuah penjelasan dari keadaan pada tatapan Danny.

Namun, gadisnya lebih suka menatap jemari tangan di atas pangkuan.

"Saya akan bantu kamu untuk menyelesaikan semua masalah yang berkaitan dengan mama kamu. Sementara, kita sibuk. Saya akan mengirim Daniella balik ke Indonesia. Saya nggak mau, anak yang uda susah payah nyari saya sampe kesini. Jadi korban mama mertuanya yang agak psycho"

Daniella tak sanggup menahan tawa.

"Mama ngomong gitu nggak ngaca? Mama kan juga rada. Aaaargh. Damn it! See? Zafrina Eleanor Quinn also a psychopath. Aaw"

Daniella mengaduh saat mamanya mencengkram bahu kiri tanpa tenaga berlebihan dan sukses membuat Danny kesakitan.

"Mama!!" Tegur Alaric.

"Ngerti kamu Matt?" Tanya Zafrina kembali menatapnya.

"Ngerti ma'am" Jawab Matthew kemudian.

"Saya harap pepatah yang bilang laki laki itu harus bisa di pegang omongannya bukan omong kosong semata. Alaric, ayo pulang. Kamu harus istirahat, besok ke barber. Rambutmu uda kayak sapu ijuk. Kamu, my sweet bastard. Mama pulang dulu, nanti mama balik lagi. Jangan aneh aneh" Zafrina meraih dagu Danny dan menempelkan bibir ke kening putrinya.

Alaric mengusak rambut Danny, lalu berpamitan pada Matthew.

Kini cuma ada mereka berdua, Danny tersenyum. Menepuk sisi tempat tidurnya agar Matt duduk.

"Sorry" Matt meraih tangan Danny.

Tapi, Danny menarik leher Matthew dan menyatukan bibir mereka berdua. Baru kali ini Matt merasa tak berdaya, Danny benar - benar menunjukkan sisi tangguhnya sekarang. Melihat Matt mulai kekurangan oksigen. Danny melepas lumatannya, mengecap sekali lagi bibir Matthew sebelum menunjukkan smirk menggoda.

"What was that for?" Tanya Matt mengusap paha Danny.

"Anger possibly" kata Danny memeluk leher Matthew, merapatkan tubuhnya.

Friends Special Edition (Joo - Kyun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang