Epilog 13 : Penjelajah yang Tertinggal(3)

759 168 3
                                    

<Kim Dokja Umur 28 Tahun(end)>

Itu terjadi pada saat skenario pertama dimulai, deja vu yang aneh menimpaku dan rasanya seolah keberadaanku bukan bagian dari dunia ini.

Aku berpikir, menyusun skema, dan menyimpulkan. Seperti apa rasanya untuk sesaat hidup sebagai orang lain? Aku tak bisa menjawabnya dengan tepat, tapi satu hal yang ingin aku akui adalah aku egois.

Pada akhirnya aku harus kembali, jadi mengapa aku merasa sangat enggan? Aku tidak ingin menyelesaikan tujuan dan perjanjian itu. Ini tidak benar.

Tampaknya keadaan emosiku yang menjadi labil menimbulkan bencana besar, hah serius inilah yang terjadi.

Aula Besar itu datang ke dunia tanpa skenario, tak ada probabilitas di dunia itu yang bisa mengekangnya. Namun, probabilitas yang dibutuhkan untuk mengeluarkan kekuatannya berasal dari emosi labilku, sial.

Aku adalah seorang Penjelajah yang Tertinggal, menelusuri berbagai alam semesta paralel lalu cukup beruntung untuk mendapatkan kualifikasi dalam kompetisi penciptaan dunia baru.

Aku seorang pembaca yang menghidupkan sebuah garis dunia hanya dengan membacanya, tapi karena keserakahan, aku akhirnya membuat perjanjian yang seharusnya tak kulakukan.

Lalu, sekarang aku membahayakan garis dunia asli yang kupinjam. Mungkin lebih tepat menyebutnya menyalin, apa jadinya jika yang asli hancur? Apakah salinannya bisa menggantikan yang asli? Itu tidak mungkin.

Salinan takkan pernah bisa menggantikan yang asli, mungkin pengertiannya sama dengan Avatar.

Aku menyalin ingatan, kepribadian, dan semua tentangnya sambil memendam semua tentang diriku sampai waktu perjanjian datang. Aku bukan dia sejak awal....

Entah kenapa rasanya sangat sesak dan menyakitkan, tapi aku tak bisa menangis, jika itu terjadi makhluk itu akan mendapatkan lebih banyak probabilitas.

Dewa Luar adalah sesuatu yang tak bisa kukendalikan, seperti karakter yang berubah menjadi individu. Jadi, aku harus menghentikannya, satu-satunya cara adalah mematikan perasaanku. Namun, bukan aku yang akan melakukannya.

Itu Kim Dokja.

***

"Ohu, apakah kalian berhubungan dengan targetku?"

Han Sooyoung dan kelompoknya menoleh ke asal suara, seorang pria cantik berambut perak dengan hoodie coklat memperhatikan mereka dengan cermat.

"Siapa kau?!"

Pria itu hanya tersenyum pada pertanyaan Han Sooyoung. Yoo Jonghyuk di sisi lain mengeluarkan pedangnya, itu adalah insting bertahan hidup.

Shin Yoosung dan Lee Gilyoung bersiaga, mereka yang pernah bertarung dengan mempertaruhkan nyawa pasti menyadarinya, pria itu lebih kuat dari mereka semua, dan yang paling penting adalah pria itu bukan bagian dari dunia ini. Eksistensi yang terlepas dari kendala probabilitas, seolah sejak awal probabilitas tak bisa mengekangnya.

"Tenang, terlalu merepotkan kalau aku menghancurkan dunia ini. Aku akan didiskualifikasi... Haha, aku hanya ingin tahu tentang targetku. Bisakah kalian memberitahuku?"

Pria berambut perak dengan mata merahnya menebarkan pesona, pengunjung cafe yang lain ternganga dan menjadi idiot.

Han Sooyoung mengerutkan kening.

"Tepatnya kenapa dia targetmu?"

"Dia juri yang paling sulit ditemukan. Aku harus menemukannya agar bisa lolos tes."

Pria itu mengoceh omong kosong yang tak bisa dimengerti. Dia menjilat bibirnya dan dengan 'hnm' lampu cafe padam. Pengunjung lain menjadi panik.

Brak!

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang