Epilog 37 : Kaleidoskop (1)

374 79 3
                                    

Itu adalah bola kaca kecil seukuran telapak tangan, ataukah mungkin itu adalah mainan? Dari jauh memang terlihat seperti mainan, namun ketika melihatnya dari dekat, sensasi aneh membayangi sehingga seseorang tak bisa fokus melihat bentuk sebenarnya. Kim Dokja saat ini merasakannya untuk ke sekian kalinya.

Dia ragu-ragu saat mengulurkan tangannya ke bola kaca itu secara perlahan dalam ruangan gelap bernuansa menyeramkan ini, kamar Ayahnya. Jantungnya berdetak kencang tidak teratur akibat rasa takut yang aneh dan pikiran berantakan. Berkat ocehan kedua orang tadi, dia memberanikan diri menyentuh benda ini untuk pertama kalinya.

Ibunya bilang itu adalah warisan kakeknya atau apapun semacam itu, sementara Ayahnya sangat melarangnya berani bahkan melihat benda ini dalam pandangannya. Sekali lagi dia melirik pria paruh baya yang tertidur pulas di ranjang di samping meja tempat bola kaca ini, aneh bahwa hanya satu barang inilah yang tampak seperti mutiara di antara tumpukan kotoran bekas botol minuman di sekitar.

Satu, dua, tiga.... Dia menyentuhkan ujung jarinya ke bola kaca itu dan melihat hasilnya, rasa dingin merambat ke punggung dan bulu kuduknya berdiri.

"Apa yang kau lakukan?!!!"

Seperti horor, suara menggelegar itu membuat Kim Dokja tersentak dan menarik napas dalam-dalam sambil menghadap ke asal suara, dengan ketidakpercayaan terpampang jelas di wajahnya, mata hitamnya memantulkan bayangan seorang pria yang jelas bukan pemabuk. Tubuh Kim Dokja gemetaran di bawah tatapan menusuk pria itu.

Pria itu, Ayahnya, meraih kedua bahunya lalu mengguncang dengan keras sambil berteriak nyaring. "Kau…… apa yang barusan kau lakukan, anak nakal?!!!!"

Plak!!!

Kim Dokja mendapat tamparan sangat keras di pipi kirinya, sakit berdenyut-denyut menyebabkan gemetaran tubuhnya berhenti. Mengapa? Kim Dokja bertanya-tanya alasan pria itu tampak takut akan sesuatu saat memukulnya? Dia yang selalu memperhatikan perubahan ekspresi orang lain lebih baik dari siapapun dapat menyatakan bahwa dia belum pernah melihat orang ini seperti itu.

Ada apa dengan bola kaca itu?

Plak!!!

Tamparan berlanjut, Kim Dokja meringkuk menutupi wajahnya hanya untuk diseret keluar.

"Jangan berani-berani mendekati kamarku lagi!!!"

Pria itu mendorongnya sampai membentur dinding di sisi lain kamarnya, pintu kamar tertutup setelah itu. Kim Dokja memiliki ekspresi kosong di wajahnya yang membengkak.

***

"Sampai kapan kau mau terus mengikutiku, Yoo Jonghyuk?" tanya Time Controller yang saat ini adalah Kim Dokja. Dia berada di celah dimensi waktu yang menghubungkan masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Ditemani oleh seekor kunang-kunang cahaya yang terus berkedip dan memutarinya, itu lebih tepat disebut bola cahaya kecil seukuran telapak tangan dan anehnya terasa hangat.

Bola cahaya berkedip sekali lagi kemudian mengirimkan pesan secara langsung ke pikiran Kim Dokja.

—Aku akan terus menemanimu.

Kim Dokja terkekeh sambil menepuk bola cahaya yang berada di tangannya. "Yah, karena kau bukan bagian dari yang diasuh The First Nightmares, kau selalu bisa mengikutiku. Apakah Dewa Cahaya mengizinkanmu berkeliaran seperti ini? Tetapi, sayangnya kau tidak bisa mengikutiku dalam perjalanan waktu ke masa lalu dan masa depan," ucapnya dengan lembut.

Kunang-kunang itu bergetar sesaat.

—Aku pikir kau pasti bosan dengan pertanyaan kenapa, jadi aku tidak akan bertanya.

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang