Epilog 30 : Sesuatu yang Terlarang (1)

479 87 40
                                    

[Nomor 3, mari buat perjanjian. Biarkan aku naik sampai tingkat tertinggi dari Tower Of Nightmares sialan yang membangunkan kita, sebagai gantinya aku akan memenuhi permintaanmu]

Dua entitas yang penampilannya dikaburkan seperti kabut bersinar saling berhadapan dalam lantai terakhir yang akan mengarah ke ujung. Bentuk keduanya tidak tetap, terkadang mengecil dan juga membesar sesuai situasi yang dihadapi. Jika harus digambarkan mereka seperti casper, hantu putih yang melayang.

[Untuk apa? Aku tidak memiliki permintaan apapun]

Terhadap respon yang tak menunjukkan minat itu, Nomor 7 membentak.

[Bukan sekarang, bodoh. Kau sama sekali tidak berminat untuk melanjutkannya. Jadi, biarkan aku yang mengakhiri]

[3] memandang ke atas sejenak lalu menoleh ke [7] dengan balasan.

[Aku bisa memusnahkanmu seperti lainnya dan langsung ke ujung, menurutmu kenapa aku tidak melakukannya?]

[7] tersentak dan mundur sejauh mungkin menunjukkan kewaspadaan. [3] mengeluarkan seruan [Ah, kau takut] yang membuat [7] marah.

[Kau mau atau tidak? Jika tidak, maka kita harus bertarung di sini dan kerja sama kita berakhir di sini]

[7] mendesak dengan geraman, tapi pihak lain tidak peduli malahan terus mengorek setiap hal menakutkan yang 'mungkin' dilakukan. Entah itu main-main atau tidak, [7] tak bisa menyembunyikan kegelisahannya. Sejak awal kerja sama mereka, [3] lah yang menawarkan dan sekarang patut dipertanyakan karena [3] tiba-tiba berubah pikiran dengan berhenti di lantai ini.

[Baik, syaratnya adalah simpan 'ini' untukku. Selain itu, aku tidak peduli kau mencapai ujung atau tidak. Aku tidak akan menghalangi dan berhenti di sini]

Persyaratan tak terduga dari [3] mengejutkan [7] yang linglung sebentar. Setelah merenungkan apa maksud syarat itu, [7] akhirnya setuju dan mereka membuat perjanjian.

Kemudian, [7] dengan kekuatannya sendiri berhasil mencapai ujung untuk menemui sesuatu yang terlarang. [7] takkan pernah melupakan apa itu saat keberadaannya berubah dengan julukan 'God Of Stories'.

***

Kenangan perjanjian itu melewati kepalanya ketika dia melepaskan semua statusnya sebagai 'God Of Stories' untuk secara paksa membangunkan semua yang terbelenggu ilusi. Sosok di depannya masih memiliki mata kosong yang sama dan darah terus mengalir dari lubang yang dibuat tombak hitam.

Aura hitam dari tombak itu menyelimuti sosoknya perlahan seakan-akan menghisapnya habis. Tentu saja itu tidak mungkin, tombak itu hanya bisa menahannya sebentar. Namun, yang terpenting saat ini bukan itu.

God Of Stories melihat pembaruan dari layar merah.

<<Kemunculan 85%>>

<<Perekaman 55%>>

<<Penyegelan 15%>>

Itu menakutkan, kecepatan kenaikan persentase penyegelan sangat cepat. Jika perekaman belum selesai dan penyegelan melewati angka persentase-nya, maka…… sudah bisa dipastikan.

Dia berbalik untuk mendapati Plotter yang telah memulihkan diri, tapi sama sekali tidak membantu. Yang terakhir sepertinya tahu bahwa dia tak bisa melawan sosok yang sekarang terbaring sekali lagi. Ada hal yang perlu diragukan, yaitu dimana ratusan Juri lainnya yang sebelumnya ada dalam ruangan ini? Mereka tidak mungkin tiba-tiba menghilang dan pergi tanpa izin. God Of Stories memeriksa keseluruhan, dan tidak ada Juri lain yang ditemukan.

"Tidak mungkin," gerutunya.

Apakah Tower Of Nightmares memusnahkan mereka sekaligus?

Dia mempertanyakan itu saat melihat ada satu yang terlepas dari ilusi, itu adalah seorang pria yang menjadi inti untuk mengakhiri ini karena dia lah yang menjadi alasan keberadaan Nightmares. God Of Stories tahu ada dua dari eksistensi itu, tapi baginya hanya satu yang berhubungan dengan Nightmares yang sekarang.

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang