Epilog 40 : The First Nightmares (2)

372 82 31
                                    

Time Controller sekuat tenaga mengikat nama yang berarti untuknya, 'Kim Dokja' ketika dia melintasi Hole dan mulai melaksanakan tugasnya yang terbengkalai. Sedikit fragmen manusiawi lenyap tanpa bekas, tetapi dia tidak goyah karena yakin pada sesuatu, yaitu sebagian diri manusianya ada bersama Master Of Abyss.

Tik tak tik tak!!!

Melayang di kehampaan, menelusuri satu per satu arloji saku kuno yang mengambang hingga meraih salah satunya.  Arloji yang rusak, jarum penunjuk tak lagi bergerak, dengan jari telunjuknya yang menyentuh poros pemutar, arloji itu memperbaiki diri. Namun, jarum penunjuk tetap berhenti. Time Controller menyimpannya dalam saku mantel putihnya.

Dia mengumpulkan jiwa-jiwa yang telah terhenti dalam reinkarnasi maupun regresi, dan mengambil jejak yang ditinggalkan Dewa Terkutuk itu. Banyak hal berubah, sedikit demi sedikit dari semua arloji yang mengambang, ada yang berkarat secara misterius, ada yang rusak parah sampai yang hancur setengahnya. Time Controller mengepalkan genggamannya di arloji setengah hancur itu. Pikirannya berputar, kembali ke saat 'momen penyegelan' Dewa Terkutuk itu.

Dia gagal, benar. Oleh sebab itu, 'musuh di balik layar' mengejarnya, mengganggu dan ada kemungkinan akan membahayakan mereka, orang-orang yang dia anggap sebagai rekannya. Ini memang sulit dipahami, tetapi dengan terus mengikuti arah perjalanannya, satu per satu dari segala hal yang menjadi alasannya akan terkuak.

Time Controller menyedot pecahan yang tajam, setipis jarum terkecil dan bersinar seperti batu obsidian yang menempel di arloji tersebut, mengkilap di ruang hampa nan gelap. Alam semesta sebagian besar terdiri dari materi gelap dan energi gelap, karena itulah apapun yang disebut gelap atau hitam itu pemandangan yang wajar.

Sambil melaksanakan tugasnya, dia mengingat perjalanan hidupnya sebagai manusia yang terkesan seumur hidup sebelum kebenaran tentang dirinya sendiri terbongkar. Dia berada dalam bayang-bayang dirinya sendiri selama menjadi 'manusia', katakanlah ini seperti dia akan mengingat tentang dirinya sebenarnya setelah menyelesaikan 'bagian ini' dan 'akhir dari bagian ini'.

Dan proses tersebut lengkap sehingga dia 'ada', mau tak mau dia harus menerimanya dan itu juga demi mereka. Dia tahu ini bukan keselamatan karena mereka menganggapnya 'kutukan', sedikit rencana membuat mereka membencinya dengan mengandalkan Ar juga tidak berhasil. Oh, dia tak tahu mengapa mereka sangat menyukainya hingga rela berjuang sekeras ini, walaupun mengetahui bahwa mereka akan kecewa lagi?

Bagian pertama setelah gagalnya penyegelan Dewa Terkutuk, Time Controller membuat permintaan yang dikabulkan The First Nightmares, penguncian cerita.

Setelah membayar 'harga' yang tepat, dia akan mendapatkan 'cerita' dirinya sendiri secara otomatis. Jadi, dia memilih memulai sebagai setengah manusia di cabang akar terbesar di bawah naungan The First Nightmares. Kemudian, bagian pertama dibayar ketika dia bertemu Ar, tetapi akhirnya terkunci lagi sebab penjegalan tak terduga dari 'Naga Jahat' atau dia sangat tahu bahwa 'Naga Jahat' itu adalah 'musuh di balik layar'.

Karena berbagai penjegalan yang dilakukan 'musuh di balik layar', maka Time Controller terpaksa menggunakan otoritas sementara yang diizinkan The First Nightmares untuk menyalin suatu dunia di akar yang berbeda, dan jumlahnya hampir membuatnya menyesal. Tentu saja, hasil salinan itu selesai ketika bagian pertamanya dimulai lagi, dan kala itu sebagai manusia yang malang.

Sejujurnya 'musuh di balik layar' belum membalas dendam, semua penjegalannya hanyalah pemanasan. Time Controller memikirkan dua eksistensi yang harus dia hadapi saat ini, membaca lagi cerita bagian awal dari dirinya kemudian menyeret garis yang menghubungkan semua arloji. Pada saat berikutnya, pintu-pintu terbentuk dari arloji-arloji itu.

Semua dalam warna hitam yang memancarkan fluktuasi berbeda, bayangkan saja batu obsidian yang mengkilap.

Dia memasuki salah satu pintu untuk berburu kunci yang rusak dari penyegelan Dewa Terkutuk.

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang