Epilog 34 : Mari Bertemu Lagi (2)

428 91 30
                                    

Pembaca, penulis, dan protagonis berbagi kisah yang sama dan masing-masing mulai mengingat apa saja yang telah dilalui selama ini, kecuali Kim Dokja. Dia mulai melemparkan bom di tengah reuni mengharukan ini.

"Aku pikir The First Nightmares menjadi baik hati terhadapku."

God Of Stories merasa ada sesuatu yang terasa salah dari pernyataan itu, dia bertanya-tanya. "Apa maksudmu?"

Kim Dokja menatap matanya dengan intens, yang terakhir memiliki rasa gelisah karena apa yang dia prediksi tentang alasannya bisa berada di sini benar-benar nyata.

"Menurut kalian bagaimana kalian bisa ada di sini?" tanya Kim Dokja.

God Of Stories dan Yoo Jonghyuk saling berpandangan sekilas kemudian menyadarinya, mereka tak tahu tempat apa ini, yang pertama menebak bahwa ini adalah ruang seperti perpustakaan atau semacamnya, sementara yang terakhir sempat mengira ini adalah surga, yah itu sedikit konyol.

Kim Dokja memandang dua orang yang saat ini berada di depannya dengan perasaan rumit. Mempertanyakan sekali lagi apakah dia telah menempatkan pecahan segelnya dengan benar dan sudahkah dia mempersiapkan segalanya untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi?

Dia melambaikan tangannya di depan mereka untuk mengalihkan perhatian, dalam layar smartphone Kim Dokja, mereka melihatnya.

"Han Sooyoung, bukankah kau seharusnya tahu?"

God Of Stories memucat dan menunjuk apa yang ditampilkan di layar dengan gemetaran.

"Apa yang kau korbankan kali ini, Kim Dokja? Kau menghentikan aliran waktu yang mustahil!"

Di layar adalah pemandangan di dunia kiamat itu, tak ada yang bergerak di sana selain pria bertopeng putih yang tampaknya menggumamkan sesuatu.

Yoo Jonghyuk memelototi Kim Dokja dengan amarah yang meluap-luap setelah mendengar kata-kata God Of Stories dan melihat sendiri peristiwa tersebut. Kim Dokja hanya tersenyum dengan senyumnya yang memuakkan, selalu begitu ketika dia merencanakan sesuatu yang membalikkan seluruh keadaan.

"Sepertinya bukan kau yang dipermainkan, tapi kau lah yang mempermainkan," sindir Yoo Jonghyuk.

Kim Dokja terkekeh lalu mematikan smartphone-nya, cerita yang dia bagi dengan mereka sebelumnya adalah sesuatu yang dia baca secara ringkas.

<Tiga Cara Bertahan Hidup di Dunia yang Hancur>

<Cara pertama, regresi. Yoo Jonghyuk membuktikannya>

<Cara kedua, melintasi dimensi. Jang Hayoung menjadi pelintas dimensi dengan keberuntungan karena memiliki Dinding Tidak Dikenal>

<Cara ketiga, reinkarnasi. Penjaga Mandala di pulau reinkarnator telah mempertahankan lingkaran dalam persegi proses kehidupan>

Namun, tiga cara bukan berarti hanya tiga orang yang selamat. Kim Dokja menekankan hal itu berkali-kali dalam kepalanya. Itu hanyalah metode yang diberitahukan secara langsung, tetapi sebenarnya ada metode lain yang tak bisa diterima yaitu pengorbanan eksistensi yang menjadi dalang dari semuanya.

Dia akan mengakhiri pengorbanan payahnya jika saja The First Nightmares tidak membanjirinya dengan informasi yang selama ini dicari oleh dirinya yang lain. Kenapa? Kenapa harus dia yang mengetahuinya? Apakah karena The First Nightmares menganggapnya sanggup menanggung informasi tersebut tanpa membayar? Tidak mungkin, tak ada yang gratis. Kim Dokja merevisi penyelesaian bagian terakhir dari akhir yang seharusnya telah selesai.

"Ini adalah ruang penyegelan," jelas Kim Dokja. "Kalian hanya akan berada di sini untuk sementara."

Yoo Jonghyuk menghela napas dan mengusap wajahnya dengan kedua tangan, dia benar-benar lelah mendengar pengorbanan dari orang di depannya. Selalu, dan selalu begitu tanpa bisa dihentikan. Rasa lelahnya memang tidak bisa dibandingkan dengan orang itu, tidak, Yoo Jonghyuk harus mengakui bahwa bagaimanapun dia menahan dan melarang ataupun mengancam, orang itu sama sekali takkan mengubah pikirannya yang bengkok.

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang