Epilog 32 : Setitik Cahaya Dalam Kegelapan (1)

415 86 1
                                    

Rasanya aku mendengar seseorang memanggilku dengan keras dan menarikku keluar dari lubang kegelapan yang menghimpit. Itu adalah suara yang samar-samar aku tahu dari siapa, namun pada saat yang sama aku tidak tahu kenapa seseorang itu berusaha membawaku keluar.

—Kau sudah bangun, ya.

"Ya, apa rencanamu berhasil?"

Aku tidak tahu harus menyebutnya berhasil atau tidak, tapi waktunya hampir tiba.

"Begitu, apakah aku akan tetap di sini?"

—Kenapa? Apa kau berubah pikiran?

Ada sedikit nada getir dalam suara itu, dan aku mengerti maksudnya. Pemilik suara pasti merasakan keraguan sesaat yang membuatku terbangun.

—Kau tahu, ini tidak seperti kau benar-benar akan hancur bersamaku.

"Jangan berbohong, sebenarnya aku ingin tahu 'kebenaran' apa yang kau sembunyikan?"

Kau sangat ingin tahu? Ketidaktahuan adalah kebahagiaan, loh.

Suara itu menggema dengan nada main-main, sepertinya 'pemilik' dalam suasana hati yang baik, atau apakah aku bisa menyebutnya begitu jika aku tidak tahu seperti apa wujudnya?

"Tidak peduli betapa menyakitkan nya itu, aku harus mengetahuinya. Semua cerita yang kau ambil dariku, tolong kembalikan. Dan bisakah kau menampakkan wujudmu?"

Ruang terdalam Perpustakaan Abadi bergemuruh dan berguncang keras seolah menanggapi emosi 'pemilik'-nya. Untuk beberapa lama tak ada jawaban, mungkin 'pemilik' sedang melanjutkan rencana itu.

—Itu tidak perlu bagimu untuk tahu, ini adalah cerita yang takkan sanggup kau tanggung. Biarkan aku saja yang menanggungnya untukmu, oh diriku yang lain.

"Kenapa tidak? Seberapa mengerikan cerita itu? Dan mengapa kau mengasihaniku? Itu tidak perlu!"

Ada suara tawa tak percaya pada responku, dan aku baru menyadari bahwa suara tawa itu mirip denganku.

Baik, aku akan memberikan cerita yang harus kau tahu, sementara untuk sisanya…… menjadi tanggunganku.

Dan pada saat berikutnya, ada setitik cahaya yang terbang ke arahku seperti kunang-kunang, mataku melebar saat menyentuhnya dan merasakan sensasi hangat dari cerita yang mengalir. Ini………

...

...

...

Sekarang aku akhirnya tahu apa yang dilakukan Yang Hebat sehingga penyegelan gagal, dia mengembalikan emosi yang kuberikan. Dan kini emosi itu mengalir seperti air terjun. Ini sangat aneh, jiwa yang menangis? Bisakah disebut begitu?

Ini adalah cerita yang sangat berharga bagiku, sama seperti semua cerita yang kuperoleh bersama 'mereka', jiwa kesepianku tak bisa menahannya lagi dan ini akan menjadi terakhir kalinya aku meluapkan perasaanku.

***

Yoo Jonghyuk melebarkan matanya dalam keterkejutan kuat saat melihat penampilan 'orang itu', kesimpulannya dan pada saat yang sama itu bukan. Lalu siapa 'dia' kalau begitu?

Suara dari dunia ilusi mengatakan bahwa dia harus mengingatkan 'orang itu' tujuannya menjadi Nightmares, namun Yoo Jonghyuk tidak bisa memahami tujuan yang dimaksudkan. Itu berhubungan dengan sesuatu yang berada di ranah lain baginya yang telah melihat beragam hal tidak masuk akal, itu sangat berbeda dan lebih tak bisa diterima.

"Kim Dokja?"

Dia tidak bisa membantu kekacauan pikirannya selain menyebutkan nama itu. Sosok pria berwajah lelah yang berjarak sepuluh meter darinya masih menatapnya. Namun, tatapan kali ini memiliki kedalaman yang berbeda dari tatapan kosong sebelumnya. Seolah 'orang itu' melihat penyelamatnya.

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang