{Oh, anakku yang malang. Tidakkah kau sudah mempersiapkan hal ini sebelumnya?}
"Hah!"
Kim Dokja menghela napas keras-keras seolah dia benar-benar lelah dengan semua ini dan menentukan keselamatannya, kematian jauh luar biasa lebih baik untuknya. Dengan berat hati, dia menerima alasannya menjadi pemegang rahasia langit. Tidur abadi yang diimpikannya telah lenyap, dan sekarang dia harus menghadapi perannya yang sesungguhnya.
Kurang lebih, dirinya yang lain, pria bertopeng putih itu telah mengetahuinya. Bahwa sebelum mereka terpisah, dia menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan jiwanya yang terus-menerus mendesak untuk mencaritahu rahasia langit, karena siapakah itu?
Waktu, apakah ada seseorang yang dapat melihat seperti apa bentuknya? Bagi manusia itu adalah detak jarum jam yang selalu berputar dan perubahan dari pagi menjadi malam, namun apakah ada yang benar-benar tahu apa itu waktu?
Waktu, keabstrakan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, beberapa sangat menghargainya, sementara beberapa sangat takut padanya. Akan tetapi, apa yang akan terjadi bila simbol dari waktu itu sendiri berbaur dengan bentuk kehidupan?
-Tak ada siapapun yang bisa kembali ke masa lalu.
Siapapun dapat berarti seseorang bukan apapun. Jika dijabarkan adalah seperti ini; makhluk hidup dan benda mati atau simbol dari sesuatu jelas sangat berbeda. Katakanlah bahwa dia adalah pengendali waktu bukan hanya untuk satu garis dunia namun seluruhnya dan dia memimpikan sebuah dunia dimana dia dapat berbaur, tetapi dia tahu bahwa tak ada yang akan benar-benar menerima dirinya.
-Penjelajah yang Tertinggal
—Melewati ruang mimpi yang fana, seorang penjelajah tertinggal dalam kabut mimpi tanpa akhir.
Time Controller adalah julukan barunya menggantikan ceritanya sebagai Penjelajah yang Tertinggal, Nightmares, dan sebagian jiwa dari pria bertopeng itu yang merupakan utusan keabadian dan epilog. Darimana dia mendapatkan gelar sebagai utusan keabadian dan epilog? The First Nightmares lah yang memberikannya karena Time Controller bersemayam dalam jiwa pria itu, ketika pria itu memutuskan membagi jiwanya dengan mantra distorsi waktu, Time Controller terlepas darinya.
{Apa kau benar-benar ingin melakukan ini, nak? Kau akan melalui ruang yang tanpa akhir sekali lagi. Bukankah kau dulu meminta padaku untuk memberikanmu seorang teman?}
Time Controller masih ingin dipanggil sebagai Kim Dokja, manusia atau makhluk hidup yang bukan simbol. Dia membuka mulutnya. "Memang. Dan aku sudah mendapatkannya, sebagian dari diriku ada di luar sana."
Itu adalah saat Dinding Keempat, Master Of Abyss, mencuri sebagian jiwanya yang ternoda dan termakan oleh jiwa asli, hampir seperti dia akhirnya bersemayam lagi. Namun, jiwa asli sama sekali tidak berniat memakannya, justru sebaliknya. Mungkinkah jiwa yang asli, pria dengan topeng putih itu telah mengetahuinya lebih lama dari yang dia perkirakan?
{Meskipun begitu, kau ada di sini, yang di luar sana adalah cangkang kosongmu.}
"Benar. Namun, aku selalu bisa memasuki cangkangku kapan saja, kan? Tentu saja, setelah aku selesai membayar hutangku,"tuturnya.
Dia mulai memanipulasi sesuatu di ruang kosong ini, penghalang keemasan yang seperti air menguap dan akhirnya menampilkan interior sebenarnya. Ada banyak sekali liontin waktu, jam dinding, arloji saku kuno, dan segala bentuk penunjuk waktu kuno contohnya jam matahari. Semua mengelilinginya dan mulai memancarkan cahaya. Hal yang dia beritahukan tentang ruang penyegelan memang benar, ini adalah tempat penyegelan bagi yang lain selain dirinya, dan dia lah yang mengendalikan segel itu. Di salah satu sudut, terdapat jam berwarna hitam yang mengkilap, ada nama yang tertulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints [End]
FanfictionIni adalah fanfic dari karya aslinya, aku menulis ini untuk menemukan epilog yang kuinginkan sebagai pembaca karena epilog karya aslinya adalah open ending maka aku bisa melanjutkan epilognya. Untuk yang belum baca novelnya sampai tamat sebaiknya j...