Di tepi laut, pantai berpasir Haeundae. Kedua pemilik wajah yang sama bertemu.
"Kau di sini."
Iris obsidian itu menyala, wajah kecil imutnya menampilkan ekspresi keyakinan. Dia meraih ke depan, ke tangan eksistensi di depannya, eksistensi yang memiliki wajah mirip dengannya tapi bertubuh dewasa.
[Apa kau menungguku?]
"Ya."
Sulit untuk menyebutkan nama mereka karena yang satu tidak memiliki nama, sementara yang lain tidak yakin dengan namanya. Mereka saling memandang sesaat lalu tatapan mereka beralih ke langit, Aula Besar mulai mendekati tanah.
[Tolong lakukan]
Permintaan putus asa dari sosok itu menyebabkan percikan listrik di sekitarnya, dia pemilik probabilitas. Rantai-rantai emas muncul dari belakang tubuhnya lalu mengarah ke Aula Besar.
"Kim Dokja."
[Aku bukan Kim Dokja]
"Tidak, itu kau."
Sosok itu bingung dengan jawaban yang penuh keyakinan dari tubuh kecil di depannya.
Anak itu, atau apakah dia bisa disebut seorang anak?
Dia menggenggam tangan sosok berpakaian hitam dengan rantai emas yang ditautkan ke Aula Besar.
"Kau tidak harus melakukan ini, kenapa seorang Penjelajah sepertimu yang seharusnya tak memiliki emosi khusus selalu melakukan pengorbanan?"
[...]
Sosok itu menunduk.
[Tidak ada waktu, dunia asli ini akan hancur]
"Jika aku melakukannya, semua sejarahmu akan terhapus, Kim Dokja."
Sosok itu terlihat jengkel.
"Apa kau bersenang-senang menganggap dirimu bukan Kim Dokja dan beranggapan menyalin Kim Dokja yang asli? Itu konyol. Egomu tampaknya terbagi. Ini kasus langka untuk Penjelajah. Tentu saja, itu mungkin untukmu. Penjelajah yang Tertinggal."
[Aku tidak mengerti. Kau adalah Yang Hebat, kenapa kau seperti pernah mengenalku sebelum perjanjian dibuat?]
Anak itu terkekeh.
"Anak yang malang. Tidak aneh bagi God Of Stories untuk mengasihanimu dan memberimu kesempatan untuk hidup di ruang yang tak hampa. Namun, fana."
[Anak, itu lebih cocok untukmu]
Grrrrrrr!!!
Langit seperti akan runtuh, tak ada cahaya tersisa yang bisa terlihat di langit. Semua ditelan kegelapan, badai yang dahsyat menyebar, sosok itu menjadi tergesa-gesa dengan mengeluarkan lebih banyak rantai.
"Kau ingin menghentikannya? Itu artinya perjanjian kita selesai dan kau harus kembali, demikian juga diriku. Kau tahu artinya, kan?"
Sosok itu mengangguk.
[Sejak awal aku harus kembali]
"Bagaimana dengan skenario paksa yang kau berikan pada teman-temanmu?"
Wajah sosok itu berubah, itu ekspresi kesedihan dan kesepian.
[Tentu saja, aku sudah mempersiapkan sejumlah probabilitas untuk itu]
"Tidak, bukan itu."
Anak itu mengangkat kepalanya lalu menyentuh wajah entitas yang tunduk di depannya. Yang terakhir memejamkan matanya lalu menghilangkan rantai itu, tubuhnya menyusut. Asap hitam menelan keduanya sesaat.
![](https://img.wattpad.com/cover/236710023-288-k247209.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints [End]
FanfictionIni adalah fanfic dari karya aslinya, aku menulis ini untuk menemukan epilog yang kuinginkan sebagai pembaca karena epilog karya aslinya adalah open ending maka aku bisa melanjutkan epilognya. Untuk yang belum baca novelnya sampai tamat sebaiknya j...