Epilog 46 : Apa yang Sebenarnya Kau Inginkan?

514 59 15
                                    

'Musuh di balik layar' menyaksikan keterkejutan mereka dengan bahagia. Sama seperti bagaimana dia bertindak menggantikan 'dia' sebelumnya, dia harus menyelesaikan tujuannya segera.

Dia takkan membiarkan targetnya melarikan diri lagi setelah semua hal yang dia lakukan, bahkan dia tak tahu apakah harus merasa bersalah atau tidak terhadap mereka yang dia manfaatkan?

Agar Dewa Tersegel mau keluar, segala macam plot ini terjadi dengan perhitungan cermat, walaupun masih ada sedikit penyimpangan, namun itu masih dalam taraf yang dapat diterima. Terutama dia sempat mengira dirinya benar-benar 'dia', hampir melupakan tujuannya.

Sangat beresiko tenggelam dalam identitas 'dia'. 'Musuh di balik layar' sebenarnya tidak punya dendam yang terlalu dalam pada Time Controller, dendam terbesarnya hanya pada Dewa Tersegel.

Dewa Tersegel yang menghancurkan dunianya. Dewa Tersegel yang cerdik memainkan segala macam skenario di luar batas. Dewa Tersegel yang seharusnya ditidurkan untuk selamanya oleh Time Controller. Dewa Tersegel yang menggunakan dalih sebagai salah satu karakter dan berpura-pura seolah-olah bukan apa-apa.

'Musuh di balik layar' telah membuat kesepakatan dengan 'Kim Dokja kecil' di dunia skenario buatan yang mereplikasi aslinya. 'Kim Dokja kecil' akan tersadar langsung saat melihat sosoknya setelah pemicu, yakni bola kristal dan dua figur mainan yang pernah dia sentuh bereaksi.

Dia mengenal Time Controller dan juga sebaliknya. Ketika masa dinonaktifkan hampir tiba, Time Controller membuat kesalahan besar. Pada saat itu, untuk pertama kalinya, 'musuh di balik layar' sungguh belajar tentang kehidupan seperti yang disarankan The First Nightmares.

Dia memakai strategi umum yaitu menjadi individu yang berbeda, tak 'kan mengingat hal-hal rumit terkait 'rahasia' langit. Namun, saat segalanya berakhir dengan tragedi, dia tersadar bahwa mungkin The First Nightmares tidak benar-benar menyuruhnya belajar tentang kehidupan.

Selama waktu yang amat lama, 'musuh di balik layar' berganti mengamati Time Controller. Tower of Nightmares sendiri beroperasi sesuai mekanisme yang dijalankan oleh Time Controller.

Sebelum periode itu datang, 'musuh di balik layar' berada di ruang hampa dalam artian kesunyian abadi. Dia merasakan kesepian mendalam setelah mengalami pengalaman kebersamaan. Sangat menyiksa dan pikirannya membengkok.

Sekarang, dia ingin tahu apa yang sebenarnya diinginkan Dewa Tersegel?

Akan tetapi, dia memutuskan membalas dendam dulu baru kemudian mendapatkan jawabannya.

"Aksesku sudah diambil," ujarnya dari balik topeng perak.

God of Stories mengeluarkan manik-manik dan menyebarkan itu ke sekutunya selain 'Kim Dokja kecil' dan bola cahaya.

'Musuh di balik layar' menahan partai Yoo Jonghyuk dan Secretive Plotter dengan rantai probabilitas, sementara dia mengumpulkan kekuatannya untuk memenjarakan bola cahaya dan 'Kim Dokja kecil'.

Dia hendak meledakkan bola cahaya yang rentan tersebut ketika tiba-tiba suara tak langsung muncul dengan antarmuka di depan semua pengunjung. 'Kim Dokja kecil' dan Yang Hebat tak menerimanya untuk alasan yang akan dikemukakan.

[Apa kau tahu apa tujuanku sebenarnya?]

'Musuh di balik layar' mendengus, ingin mengabaikan. Namun, —

[Bukan aku yang menghancurkan dunia yang kau sayangi.]

Kali ini, dia akhirnya mau mendengar lebih lanjut.

Partai Yoo Jonghyuk dan Plotter terdiam sambil menghentikan perlawanan.

[Tidakkah kau seharusnya membaca memoar reboot di Perpustakaan Abadi selama mencuri identitas 'dia'?]

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang