Epilog 23 : Apakah Kau Mengkhianati Tuanmu? (2)

479 114 0
                                    

Apakah konsep waktu itu penting? Aku tidak tahu, kukira ini sudah berjalan terlalu lama, sungguh sangat lama. Kenapa aku yang dipilih sebagai penghancur? Aku tidak bisa melakukan peran itu sekarang. Jika itu yang dulu, mungkin saja, aku tidak akan mengedipkan kelopak mata saat menerima peran itu. Akan tetapi, sekarang berbeda.

Aku kecewa, ratusan Juri itu tidak bisa menggoreskan luka sedikit pun padaku, terlalu banyak energi kekacauan yang bocor. Sudah hampir waktunya, seharusnya dia sudah datang. God Of Stories, aku menunggumu.

Ttang!

Ttang!

Ttang!

Semakin sedikit gerakan perlawanan yang kulakukan, semakin banyak energi kekacauan yang bocor dan menyebar. Energi itu sendiri seperti aura Master Pedang, tapi bertindak tak terkendali seolah-olah memiliki ego sendiri.

Sialan!

Kenapa mereka tidak bisa melukaiku?!

Seberapa jauh bedanya kekuatan generasi pertama dan generasi baru yang terbangun?!

Yah, apa boleh buat. Aku harus bergerak lebih banyak sampai dia tiba. Aku menebas tanpa memandang siapa yang kutebas, tidak, aku tidak ingin tahu siapa itu. Perasaan familiar dari membunuh ini sudah berakar kuat jauh sebelum aku menjadi karakter sementara.

Mungkin itulah alasanku begitu gatal untuk membunuh setelah menahan diri sebagai karakter 'Kim Dokja'. Tower Of Nightmares memberikan peran yang sesuai untuk diriku yang dulu, tapi sekarang tidak lagi. Aku tidak mau melakukannya.

Semua generasi pertama telah dipanggil selain tiga pekerja, aku salah satu dari ketiganya. Hah, Tower Of Nightmares yang kejam itu tidak pernah memanggilku, meskipun begitu banyak kekacauan yang sengaja atau tak sengaja kuperbuat.

Michael sepertiku, dia harus membunuh 'Jahat' sebagai perannya. Hanya peranku berkebalikan darinya. Seandainya itu adalah penyelamat, aku akan menerimanya dengan tangan terbuka, tapi kebenaran adalah sesuatu yang pahit.

Kadang-kadang aku memiliki sedikit harapan, mungkin suatu ketika aku akan bisa melepaskan peranku dan menjadi seperti apa yang kuinginkan, tidak perlu melalui keabadian sesat, sendirian dan kesepian. Mungkin dua orang yang melihatku dari luar penghalang akan menyebutku Butcher. Julukan itu lebih cocok untukku daripada Monarch Jaehwan.

Tubuh fisik Juri tentu saja mengeluarkan darah tergantung bentuk seperti apa yang dipakai, misal dia orc, itu akan menjadi lendir hijau menjijikkan. Namun, sebagian besar dari mereka dalam tubuh fisik manusia, yang tak bisa melawanku.

Krak!

Ngiiiing!!!!!

Ugh, penyegel, tidak, itu mulai terkikis perlahan, muncul tato berwarna merah yang membentuk kerah di sekitar leherku, energi merah gelap dan hitam keluar, itu tak bisa kuhentikan. Para Juri itu menjadi gemetar lalu mundur, mereka pasti sudah tahu sekarang. Mereka tahu bahwa mereka akan benar-benar musnah jika melawanku tanpa bisa dibangunkan kembali.

Kenapa 'dia' tidak mengetahui kebenaran yang kuketahui? Itu karena segel ini, jika harus dikatakan mana dari kami yang merupakan yang asli, maka tidak ada hal seperti itu, kami berdua sama-sama yang asli.

Kami terpisah dan konsepnya menjadi anak kembar, serta salah satu pasti memiliki lebih banyak kemampuan atau pengetahuan daripada yang lain, sementara sisanya memiliki bakat atau sesuatu yang tidak dimiliki kembarannya. Meskipun begitu, kami berasal dari jiwa yang sama sehingga kami tidak bisa saling menyerang.

Segel ini adalah penekan energi kekacauan yang telah terakumulasi sejak pertama kali terbangun, pertama kali terbangun…… yah, God Of Stories mengambil cerita itu sebagai sanksi, jadi aku tidak bisa memastikannya. Tentu saja, cerita dari jiwa yang sama juga terbagi. Kami memahami satu sama lain, hanya saja aku tidak mengakuinya, jika aku mengakuinya sebagai diriku yang lain dan bukan sebagai kembaran…… energi kekacauan akan mengalir padanya.

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang