20|184

315 57 1
                                    

184: "Because of you!"

Pupil coklat keabu-abuan itu melebar besar seakan-akan hendak robek. Tidak lama kemudian, guncangan pada getar suaranya semakin meningkat.

"Yah, itu- itu....."

Eklise berhenti bernapas seolah-olah dia sedang dijeda waktu.
Cukup menyenangkan bagiku melihat wajah yang selalu tanpa ekspresi seperti patung lilin dalam waktu nyata.

"Oh, kamu tidak melihat bagaimana cara ku mati, bukan?"

Aku merasa seolah-olah aku telah menuangkan isi perut ku yang pengap. Perlahan aku mencondongkan tubuh bagian atas ke bawah, dan meletakkan wajahku di depannya.

'huuu...'.

Aku bisa merasakan nafasnya.

"Tu, tuanku."

Bahunya yang gemetar, dan mata coklat keabu-abuan milik nya gemetar.

Aku senang melihat reaksi nya, dan aku berbisik manis.

"Apakah kau, secara kebetulan, pernah minum anggur?"

"....."

"Kau tahu, saat aku minum sebotol minuman keras itu....hanya beberapa detik kemudian hatiku terasa terbakar seperti ada seseorang yang membakar diriku. Lalu aku membuka mulut sejenak karena aku merasa nafasku tercekik, dan darah merah keluar seperti air mancur dari dalam rongga mulutku. "

"...."

"Aku telah diberitahu bahwa apa yang aku minum adalah racun pembuluh darah yang membuat ku terus-menerus mengucurkan darah tanpa henti. Berkat itu, aku bahkan bisa menumpahkan seember darah bahkan setelah aku pingsan tak sadarkan diri."

"....."

"Aku sakit parah sebelum pingsan, Eclise. Tahukah kamu betapa sakitnya perasaanku?"

"Ah.....Tuanku, Tuan, Tuan."

Ketika aku terlihat sedih seperti seorang aktris terkenal dan handal yang berakting di atas panggung, aku bahkan tidak bisa tidak memperhatikan wajah Eclise yang terguncang saat itu.

Dia menggelengkan kepalanya seolah-olah dia sendiri yang mengambil racun dan merasakan semua rasa sakitnya.

Aku tidak berpikir dia itu merasa kosong dan kenyataan bahwa dia mengatakan dia mencintaiku itu adalah nyata.

Keputusasaan, frustrasi, dan rasa kehilangan yang aku rasakan ketika dia membawa Yvonne sebelum upacara kedewasaan.

'Kamu harus merasakannya juga.'

Aku menghapus ekspresi menangis yang aku buat sebelumnya. Dan aku mengatupkan gigi dan meludahkannya seperti mengunyah.

"Tapi itu semua karenamu. Apa kamu mengerti?"

"Ah, ah. Tuan, tuan..."

"Sayang sekali, jika aku tahu aku akan melihat wajahmu lagi seperti ini, aku lebih baik mati saja."

Tentunya cara yang aku pilih saat ini berdampak besar baginya.

Wajah Eclise, yang tidak pernah mengungkapkan perasaannya sebelum aku, tampak berantakan. Matanya lucu, bingung dan gemetar.

Dia tergagap, tidak bisa bernapas dengan benar seperti orang yang tenggelam dengan wajah sia-sia.

"Kenapa, ah, tuan. Kenapa kamu ingin mati.....kenapa?"

"Kenapa?"

Aku tertawa dengan brutal. Tidak, mungkin saja aku sedang menangis saat ini.

"Kamu tahu itu. Ada alasan mengapa aku merawatmu dengan sepenuh hati selama ini."

White Lily Means Death[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang