205.
Aku berhenti melawan ketakutan yang kurasakan dengan ancamannya.
'mengapa dia berhenti membinik musuh dengan serangan panah?'
karena dia menemukanku di sana.
Terlepas dari situasi yang mendesak ini, aku diliputi oleh perasaan eklise yang sebenarnya, yang sangat rileks melalui kulit.
jika dia jatuh cinta pada yvonne dan bertindak untuknya, aku tidak akan merasa seperti ini.
Mata abu-abu tua eklise, yang dulunya seperti boneka, sekarang bersinar dengan nafsu mengerikan yang tidak bisa diketahui.
Aku melirik kepalanya dengan mata gemetar.
bilah pengukur kesukaan yang masih bersinar dengan warna merah gelap.
cintanya memiliki racun bagiku.
"....ketika kau membawa yvonne kembali, aku katakan lagi bahwa semuanya sudah berakhir. "
"...."
"tetapi kau akan melakukan apa pun yang kau inginkan."
"Aku bahkan belum memulainya, tapi bagaimana akhirnya, tuan?"
tidak peduli dengan suara dinginku, dia menarik punggungku untuk mendekati padanya sedikit lagi.
"....kamu sudah seperti itu sebelumnya."
Aku mengangguk perlahan dan bergumam dengan suara rendah.
Aku menurunkan tatapanku dan menyentuh tongkat cermin dengan kedua tangan.
"Memang sulit untuk membuatmu mendengarkan dengan kata-kataku. "
Aku, yang telah digantung karena suatu pertolongan, tahu bahwa dia tidak akan diperbudak, tetapi meninggalkan ku sendiri.
inilah hasilnya.
"....jika aku tidak bisa menggunakan sihir, maka aku harus menggunakannya untuk memukul."
"apa...."
saat eklise bingung dengan kata-kataku sendiri.
Tiba-tiba, aku menghancurkan kepalanya dengan pukulan sekeras yang aku bisa, menggunakan tongkat cermin yang ku pegang.
puck!
"ugh!"
dengan suara pukulan yang tumpul, kekuatan yang diraih di bagian belakang terlepas.
'tch, biarkan aku pergi!'
bukan tanpa alasan yang dikatakan putra mahkota untuk mengayunkan tongkat dan menyuruh ku memukul yvonne sampai mati.
itu nasihat praktis yang berguna, karena tongkat ini dihiasi dengan permata di sekeliling cermin kecil di ujung tongkat sihir.
"tuan, tunggu .... ugh"
pug!
setelah membalikkan tubuh ku dan memukul kepalanya sekali lagi, aku mendorongnya menjauh keluar sekuat yang aku bisa.
eklise kehilangan kendali dengan erangan.
setetes darah di dahinya membuat hatiku terasa pedih.
namun, tidak ada waktu bagiku untuk merasa bersalah.
Ini adalah momen ketika monster yang tidak bergerigi itu bergetar seperti orang gila.
"putri!"
suara yang akrab terdengar dari bawah tepat pada waktunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Lily Means Death[✓]
Random[ Just a Projects ] HUSH! Jauh-jauh sana! Jangan hiraukan keberadaan ku!