105|269|38

158 35 2
                                    

"....tanah yang kaya akan sumberdaya nya, kerajaan yang nyaman dan kuat, dan bayi-bayi rupawan tak berdosa yang tak terhitung jumlahnya."

Sebuah Suara yang luar biasa menggelitik terdengar ditelingaku.

Aku tersentak dan membuka mata tertutupku.

Clap clap, clap clap-

Aku mendengar suara air yang menyegarkan dari suatu tempat. Tidak, aku sebenarnya setengah tertidur dalam keadaan tubuh di dalam air.

"...Dan berkat kepada keturunan naga emas yang melingkupi keberadaan mereka."

Pada suara berikut nya aku melihat ke sekeliling tempat diriku berada. Kemudian aku dikejutkan dengan pemandangan didepan mataku.

Aku dikelilingi oleh ratusan orang yang mengenakan tudung putih luar dalam dengan tongkat ditangan mereka.

'Apa-apaan, siapa orang-orang ini....'

Aku mengerutkan kening dan mencoba mencari tahu siapa mereka.

Namun anehnya ketika aku mencoba untuk berkonsentrasi dengan tatapan mata ku, pandangan ku menjadi buram, seperti seseorang memaksa ku untuk tidak menekan kedua mata ku.

Satu-satunya hal yang bisa dikenali adalah tongkat yang mereka pegang di tangan mereka.

'Ini seperti tongkat cermin milikku....'

Di tengah kegilaan ini, pikiran seperti itu muncul di benakku.

"Orang bijak yang telah diberi bantuan naga emas, ditakdirkan untuk melindungi semua hal."

Sekali lagi suara agung itu mengucapkan kata-kata yang tidak bisa diketahui makna dan artinya.

"Tetapi orang bodoh yang tidak melakukannya, dan tamak, akan dihancurkan oleh sayap naga emas ketika dia memegang kehidupan kekal di tangannya."

'Apa yang sebenarnya kamu katakan....'

"Keturunan terakhir yang mengembara untuk mencari jejak kita."

Itu dulu. Salah satu tudung putih yang membuat keributan di sekitarku dan tiba-tiba mendekat.

"Pilihan apa yang akan kamu buat, nak?"

Saat dia bertanya, dia mengulurkan tangannya ke wajahku yang terbaring.

Telur besar berwarna emas yang didambakan berada di satu tangan.

Dan tangan lainnya memiliki alat bantu pernapasan di dalamnya. Ventilatornya pernapasan yang menggantung seolah-olah akan menyentuh hidung ku.

'Apakah ada alat bantu pernapasan modern di dunia ini?'

Aku pikir ada sesuatu yang sedikit aneh disini.

Namun, seolah-olah mendesak pilihanku, gemetar dari alat pernapasan oksigen yang menyapu ujung hidung ku meningkat.

Tentu saja, aku tidak perlu terlalu khawatir tentang itu, jika aku hanya harus memilih salah satu dari dua pilihan ini.

'Jelas saja...'

Pilihan Itu adalah saat aku meraihnya salah satu benda ditangannya.

".....tri!, putri! Penelope Eckart!"

Seseorang segera mengguncang tubuhku dengan kasar.

Aku membuka mata ku lebar-lebar.

"Hah!"

"Kamu akhirnya sadar? Hah?"

".....Callisto?"

Segera setelah aku mengenali wajah pria yang menatap ku dengan wajah putus asa, batuk pun keluar dari mulutku.

White Lily Means Death[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang