64|228

274 57 15
                                    

Terimakasih atas bantuannya
Kak AyuJohari

•°•°•

228

'Mengapa…?'

Aku menatap kosong pada tempat di mana naga itu menginjak tanah dengan keras.

pikiranku kacau balau.

mengapa eclise melakukan itu, dan mengapa yvonne, yang aku pikir dia berada di pihak yang sama, meninggalkannya seperti itu?

ramuan itu memulihkan kekuatanku, tetapi pikiranku masih berputar.

'Bagaimana jika ML bisa mati? ML tidak mati tidak peduli hal berbahaya apa pun yang dia lakukan.'

Aku sudah menyadari bahwa ini adalah kenyataan nya berkali-kali, tetapi aku hanya bisa merasakan bahwa semua situasi ini aneh dan tidak biasa

ada serbuan ketakutan yang terlambat datang kepada ku.

naga yang menghilangkan keberadaan eclise bangkit lagi, meraung dengan keras.

Kenyataan yang pasti adalah semua ini tidak akan berakhir sampai naga dan yvonne terbunuh.

“de, dekina… ”

Aku menggigil dan membuka mulutku, melafalkan mantra sebagai tugas dari tongkat cermin ditangan ku.

Hawa panas naik lagi dari bawah leherku.

“levati….m!”

itu dulu. saat aku menyelesaikan mantraku, seseorang segera menutup mulutku.

"Aku rasa ini tidak akan berhasil sekarang, jadi simpanlah itu untuk kedepannya."

itu callisto.

kieeekkk!”

"sial!"

dia berbalik ketika melihat naga yang mulai terbang kembali ke arah kami, dia melontarkan sumpah serapah nya dan menatapku sekilas.

"Kau, Yang Mulia."

“Bersabarlah meski kamu akan terguncang!”

putra mahkota mulai berlari tanpa ragu denganku di bahunya seperti karung.

dari cara siapa dia mengambilnya, dia mengambil pedang kasar seseorang dan melintasi medan perang yang padat.

dia akhirnya tiba di bawah puncak menara dengan memotong satu tangan musuh dan menginjak-injak tubuh yang jatuh.

Tentu saja pemandangan itu terbalik dengan meletakkan aku seperti karung beras dibahunya.

Dengan mata pusing, aku bisa melihat naga menembakan bola api sebesar batu pada tanah kali ini.

“ughhh!”

teriakan dan rintihan orang-orang yang kesakitan bergema dengan jelas ditelungaku.

Aku telah kehilangan nafas. putra mahkota menangkap wajahku dengan tangannya.

“Lihat aku, putri. kamu tidak bisa kehilangan akal sehatmu sekarang. "

dia memaksa ku kembali pada kesadaran tubuh dan melakukan kontak mata.

wajahnya yang bersinar, matanya menyala dengan berlian merah.

“…yang mulia."

aku berbisik di telinga dengan suara lemah.

"Aku takut"

Aku takut aku akan gagal, dan dia akan mati sia-sia karena perang ini.

tapi itu dulu.

White Lily Means Death[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang