54|218

310 57 52
                                    

Terimakasih atas bantuannya
Kak ItasaItasa

•°•°•°•

218+Preview manhwa 39

Di pagi hari saat ibu kota baru yang saja memulai aktivitas nya, aku tiba didepan gang atas tempat Jean berteleportasi ketempat yang kuinginkan.

"Apakah ini benar, Yang Mulia? "

"Ya, senang melihatnya."

Aku merasa lega saat melihat gedung atas yang bagus didepanku.

Aku tidak berpikir dia akan mengetahui nya dan mencuri sepotong cermin dari Vinter.

"Kamu pasti kesulitan untuk berteleportasi sampai ke sini. Aku ada urusan yang harus diurus, jadi kamu harus kembali lebih dulu."

"Apa?! Uh, bagaimana anda bisa melakukannya sendiri ...! Aku akan menunggu! "

"kau yakin, terserah."

Lalu aku pikir aku beruntung.

Aku tidak perlu meminta dia untuk membawa ku ke vinter dengan cara yang memalukan.
Saat itulah aku datang dengan langkah kecil untuk mengetuk pintu tua dengan pola kelinci putih di atasnya.

"Yah, ngomong-ngomong, Yang Mulia...., Apakah bangunan itu tampak sedikit aneh?"

Jean bersembunyi dibalik tubuhku dengan takut-takut.

"Apa?"

"Aku bisa merasakan mana yang kuat di gedung ini, itu seperti mana yang akan meledak kapan saja...., tidak bisakah anda merasakannya juga?"

"Betulkah? Kalau dipikir-pikir, aku bisa merasakan sesuatu."

Tentu saja tidak, aku tidak merasakan apa pun disini.

Tapi aku tidak menganggap serius kata-katanya yang meragukan itu.

'Bukankah wajar untuk merasakan mana disini mengingat ini adalah kantor informan yang dijalankan oleh seorang penyihir?'

Menaiki tangga lainnya, aku segera mengetuk pintu luar.

"Ini aku. Apakah kamu di dalam?"

Aku mengetuk pintu sekali lagi, mengambil waktu luang.

"Aku telah kembali. Aku ingin mengatakan sesuatu dengan terburu-buru, jadi aku akan membuka pintu sekarang....."

kkiiik-.

Itu adalah momennya. Pintu terbuka lemah dengan suara yang suram.

Dan di dalam celah itu, aku dapat melihat tampilan ruangan yang sangat berbeda dari ingatan terakhir yang aku lihat ditempat ini.

"......Apa."

Bagian Kantor itu hancur di mana-mana seolah-olah ada bom yang baru saja meledak.
Langit-langit atap yang jatuh, perabotannya, dindingnya.

Tempat di mana hanya terlihat sisa-sisa bangunan yang dibakar hangus, yang tidak lagi dapat dianggap sebagai bangunan utuh, tampak seperti rumah kosong.

'Apakah aku salah masuk? "

Linglung sesaat, aku melangkah mundur dan menuruni tangga dengan langkah perlahan.
Tapi bangunan dari luar terlihat sama saja.

"Apa-apaan ini...."

Saat itulah aku melihat secara bergantian dinding bagian luar gedung dan ke dalam kantor dengan tatapan bingung.

"Saya, saya pikir itu semacam sihir optik."

Jean, yang ada di belakangku, menjawab ku dengan gugup.

White Lily Means Death[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang